Share

Menemukan Sesuatu

Author: Celebes
last update Huling Na-update: 2023-01-18 17:28:11

Benar-benar tidak aku percaya. Mas Farus menarikku ke ranjang. Dia seolah-olah tidak mau mendengarkan semuanya. Dan ... seperti tidak memiliki masalah apa pun. Tapi, siapa yang menghubunginya? Aku sangat mengenal suara itu. Hanya saja, siapa dia?

“Maya. Kau ini kenapa? Dari tadi tidak tidur. Aku ini ngantuk. Hah ...,” ucap Mas Farus sambil menguap. Dia melingkarkan tangan ke tubuhku. Aku benar-benar masih tidak bisa melepaskan pikiranku dari suara wanita yang ada di dalam telepon itu. Entah kenapa aku seperti mengenal suara itu. Suara yang benar-benar tidak asing.

“Maya, tidurlah,” ucap suamiku sambil memejamkan kedua matanya.

Sepanjang malam, tanpa terasa aku terus memikirkan itu. Hingga aku tidak menduga. Sinar cahaya matahari sudah memasuki celah-celah jendela, membuatku mengernyit. Apalagi saat cahaya itu masuk ke retinaku.

Mas Farus mengeliat dan terbangun. Dia menatapku dengan kaku.

“Ah, kau ini ya,” ucap Mas Farus dengan menguap. Dia segera menuruni ranjang tanpa melirikku. Aku segera menyusulnya masuk ke dalam kamar mandi.

“Mas, tadi malam ada telepon,” ucapku singkat. Mas Farus tidak mempedulikannya. Dia hanya menikmati air shower sambil menggosok tubuhnya.

“Mas!” panggilku dengan keras.

“Aku tidak tuli, Maya.” Dia mematikan air, menerima handuk yang aku sodorkan kepadanya. “Siapa yang telepon?” tanyanya dengan sangat santai.

“Wanita,” jawabku singkat.

“Aku punya pasien. Dia selalu demam. Ternyata dia hamil. Laki-laki berengsek sudah menghamilinya. Hmm, dia selalu merepotkan. Curhat, nangis, apalah,” balasnya masih saja sangat santai. Aku hanya mengamatinya sambil diam. Apakah aku harus mempercayainya?

“Maya, ayolah,” ucapnya tiba-tiba kini menatapku. Dia segera mengeringkan tubuhnya. Lalu berjalan mendekatiku, sambil memegang kedua pundakku dengan keras. “Aku ini tidak mau pikiranmu itu rusak. Kau kira aku selingkuh?” tanyanya membuatku terkejut.

“Mas, aku itu--,” ucapku terhenti. Mas Farus mendadak memelukku erat. Mengelus-elus punggungku dengan lembut. Aku kembali terhanyut dengan perlakuannya.

“Maya ... jangan macam-macam. Pikiranmu itu buang saja. Aku tidak akan selingkuh,” bisiknya dengan tersenyum. "Aku mau pakai baju. Nanti malah gak ke kantor gituan dulu," lanjutnya menggodaku. Sepertinya aku akan mempercayai ucapan Mas Farus. Kita sudah menikah cukup lama. Lagi pula, dia sama sekali tidak pernah terlihat mencurigakan selama ini. Kali ini aku menyerah. Mas Farus tersenyum sangat tampan. Pandangan itu membuatku sangat tenang. Dia memelukku sekali lagi.

“Sekarang aku mau kerja. Jaket yang ada di gantungan itu cuci, ya. Baunya pengap,” lanjutnya lalu melepaskan pelukan itu.

“Hmm, sekarang malah disuruh cuci baju.” Dengan kesal aku menatap suamiku sambil bersedekap. Mas Farus tersenyum dan kembali mendekatiku.

“Aku sangat mencintaimu,” bisiknya dengan pelan. Dia sedikit meniup leherku, lalu menggelitikku. “Nanti malam aku pulang terlambat. Aku memiliki pasien sangat banyak. Kau tahu sendiri, aku adalah dokter yang mereka andalkan,” lanjutnya dengan tersenyum.

“Bagaimana dengan pernikahan itu? Mas, apa tidak datang? Atau, aku saja yang mewakilkan?” Sambil membantunya memakai kemeja putih, aku menunggu jawabannya. Undangan itu tertuliskan hari ini. Tapi, dia mengatakan akan lembur. Entah kenapa perasaanku sangat tidak enak.

“Hmm, baiklah. Kau bisa datang. Tapi, aku tidak datang. Kau, tidak keberatan datang sendirian? Aku kemaren bilang ama dia kalau izin. Kau tahu sendiri, Maya. Pasienku sangat banyak,” katanya sambil menatapku tegang.

“Hah ... baiklah. Aku kan harus ngerti. Pekerjaanmu itu sangat penting,” balasku dengan sedikit tersenyum.

“Kau memang istri yang hebat. Baiklah, aku pergi dulu. Jaga rumah, dan anak-anak.”

Mas Farus keluar kamar. Kedua anakku sangat senang melihat ayahnya. Mereka bergantian memeluk Mas Farus. Pemandangan di hadapanku benar-benar luar biasa. Aku sangat bahagia melihatnya. Keluargaku sangat harmonis. Tidak seharusnya aku seperti ini. Mencurigai suamiku yang sangat sempurna itu.

“Dari tadi melamun saja,” ucap Mas Farus membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum saat dia mengecup keningku. “Aku berangkat dulu,” lanjutnya kemudian segera keluar rumah dan menuju mobilnya. Kali ini dia akan mengantar anak-anak pergi ke sekolah. Kedua anakku sangat senang. Mereka tidak hentinya tertawa.

“Ibu, sarapan sudah siap.” Mbok Sri membuatku terkejut.

“Iya, Mbok. Aku mau ambil jaket Bapak dulu. Setelah itu, makan nasi goreng buatan Mbok,” balasku dengan tersenyum.

Masih dengan perasaan bahagia, aku berjalan kembali ke dalam kamar. Apa yang aku dustakan. Kehidupanku selama ini selalu sempurna. Tidak ada masalah, atau pun pihak ketiga. Semua adalah kebahagiaan, dan aku melihatnya sendiri hari ini.

Masih dengan tersenyum aku mengambil jaket yang terselampir di atas sandaran kursi. Tapi ... ada sesuatu yang aneh di sana. Sebuah ... apa ini?

Kedua mataku tidak hentinya menatap sesuatu yang sangat mengejutkan. Aku sangat berdebar. Tanpa berpikir lagi, aku segera merogoh kantong jaket itu. Siapa tahu ada sesuatu yang harus aku ketahui. Dan ternyata ... Aku mengingatnya. Saat itu aku merasa senang ketika menemukan lipstik di saku jasnya. Tapi, sekarang aku sadar. Lipstik milikku hanya satu.

“Kenapa ada di sini?” gumamku semakin tidak percaya. Aku segera berjalan menuju meja kaca riasku. Mengambil tas hitam berbahan beludru yang biasa aku gunakan saat bepergian. Aku segera membukanya, memeriksa sesuatu di dalamnya.

“Mas Farus, kenapa seperti ini?” batinku tidak percaya setelah melihat sebuah barang yang sama berada di dalam tasku dengan barang yang aku temukan di saku jaket Mas Farus.

Selama ini aku hanya memiliki barang ini satu saja. Tapi, kenapa ada barang yang sama di jaket suamiku? Apalagi, aku menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan. Ujungnya tumpul. Seperti sudah digunakan seseorang.

“Lalu, milik siapa ini? Mas, apakah kau memang melakukannya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tiga Ranjang Suamiku   Akhir Bahagia

    Dengan sangat lantang Febri mengucapkan janji pernikahan itu di depan semua orang. Aku semakin meneteskan air mata ketika penghulu itu mengesahkan pernikahan kami. Sekarang aku sudah resmi menjadi istrinya. "Maya, kau sangat cantik sekali. Maksudku ... istriku," ucapnya dengan pelan sebelum dia mengecup keningku dan memasang cincin itu dijemari manisku.Semua orang bertepuk tangan melihat kebahagiaan kami. Mas Farus dan Maria menatap kami dengan berpelukan. Akhirnya kami memiliki pasangan masing-masing. Mungkin, perceraian itu bukan akhir yang buruk. Tapi, awal dari kehidupan kita untuk memperoleh pasangan yang bisa membahagiakan keluarga yang akan dibangun nantinya.Pesta terjadi dengan sangat meriah. Aku dan Febri selalu saja saling memandang dan berpelukan di depan semua orang tanpa canggung. Ibuku dan ibu mertuaku, serta kembar dan sahabatku Ema yang sekarang sudah bertunangan dengan pasangannya, tak pernah mengalahkan pandangannya sama sekali dariku. Begitu juga dengan orang tu

  • Tiga Ranjang Suamiku   Pernikahan

    Indonesia, Negara yang sangat indah. Kami berempat akhirnya menginjakkan kaki di negara ini. Menuruni pesawat dengan sangat gembira. Tidak ada rasa canggung, dan perasaan dendam.Yang lebih mengejutkan kami semua keluarga sudah menjemput di bandara dan mengetahui kami pasti akan pulang. Keluarga lengkap yang akhirnya dipenuhi tawa."Ibu, Ayah, aku mau menunjukkan sesuatu. Aku akan memperoleh penghargaan dari Pak Walikota. Karena aku sudah memenangkan pertandingan bergengsi dan akan mewakili Indonesia saat berlomba di Singapura nanti." Ema menyodorkan sebuah dokumen. Aku sangat terkejut saat membacanya. Itu adalah sertifikat penghargaan sebagai juara lomba olimpiade sains terbaik di Indonesia. Dan dia bersama Ana akan mewakili Indonesia untuk bertarung melawan negara Asia."Kalian memang benar-benar sangat luar biasa. Ibu dan Ayah sangat bangga kepada kalian. Dan ... ini adalah hadiah terbaik yang Ibu terima." Aku memeluk kembar dengan sangat erat. Febri mendekati mereka kemudian ikut

  • Tiga Ranjang Suamiku   Kembali Bersama

    Aku sangat gugup ketika mengetahui orang tua Melisa menghubungiku. Bahkan aku sangat bergemetar saat akan menerima panggilan itu. Febri menggenggam erat telapak tanganku dan menganggukkan kepala. Dia memberikan semangat agar aku bisa menerima panggilan itu tanpa ada rasa gugup. Perlahan aku menekan tombol hijau yang berarti aku akan berbicara dengannya."Halo, bagaimana kabar kalian? Apa ada hal penting yang harus aku ketahui?" tanyaku dengan pelan. Aku menekan tombol speaker agar Febri juga mendengar apa pun yang akan kami bicarakan.(Aku menghubungimu karena aku ingin membicarakan hal yang sangat penting. Maria, ya ... ini ada hubungannya dengan Maria.)Aku spontan menatap Febri dengan sangat cemas. Aku sebenarnya tidak ingin mengurusi masalah apa pun yang ada hubungannya dengan Maria."Tuan. Apa yang harus aku lakukan? Apakah terjadi sesuatu kepada Maria? Aku sebenarnya tidak mau mengurusi sesuatu yang berhubungan dengannya lagi. Aku tidak mau ada masalah yang membuat aku akan bert

  • Tiga Ranjang Suamiku   Cinta Sejati

    Dia terpaku saat mendengar ucapan ku barusan. Dia ... menekan dadanya. Kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir memutari kamar itu. Aku tidak mengerti apa yang sudah dia lakukan. Aku mengulurkan tangan ke arahnya dan dia segera mendekatiku kembali lalu mencengkeram tanganku itu dengan sangat kuat."Sakit ...," rintihku pelan dan membuat dia segera melepaskannya."Maafkan aku. Aku ... aku benar-benar tidak percaya mendengar ucapan kamu barusan. Aku ... sudah menunggumu selama 1 tahun ini." Dia berkata dengan sangat gugup seperti itu. Dia kembali berjalan mondar-mandir memutari kamar ini kemudian memegang kepalanya dan masih saja terlihat sangat panik."Kamu ini kenapa? Sangat lucu sekali. Apa aku melakukan kesalahan sampai kau seperti itu?" tanyaku dengan tatapan yang sangat serius. Sekali lagi dia mendekatiku dan menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah ranjangku."Maafkan aku. Ah, aku tidak percaya. Masih saja tidak percaya mendengar ucapanmu barusan. Apakah kau mau mengulanginya

  • Tiga Ranjang Suamiku   Sangat Bahagia

    Aku merasakan melayang. Aku hanya melihat kabut putih di hadapanku. Namun, ada sosok yang tersenyum ke arahku dan melambaikan tangan. Aku segera mendekati sosok itu. Tidak Aku percaya dia adalah ayahku yang sudah meninggal karena sakit."Ayah ..."Aku memeluknya dengan sangat erat dan menangis. Aku selama ini selalu merindukan sosoknya. Tapi dia meninggalkanku sejak aku kecil. Aku bersama dengan ibuku saja."Kau ... sangat luar biasa. Ayah akan selalu berada di sebelahmu. Kau harus hidup dengan kebahagiaan. Ibumu sangat menyayangimu, dan Ayah juga seperti itu."Dia memandangku dengan sangat tampan. Mengenakan jas putih seperti seorang pengantin. Aku saja menangis dan terus memeluknya. Aku sangat merindukan dirinya."Ayah, aku ingin bersamamu. Aku tidak sanggup hidup sendiri. Ayah, jangan tinggalkan aku.""Kau masih memiliki banyak waktu di dunia. Bangunlah dan sadarlah. Ayah akan selalu berada di sebelahmu.""Ayah!"Aku semakin berteriak ketika dia tiba-tiba menghilang bersama dengan

  • Tiga Ranjang Suamiku   Ingin Bertemu

    Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini? Semua keluargaku berlari menghampiriku. Anehnya, Ema membawa satu koper dan itu adalah milikku."Ibu, untung saja kami menemukanmu. Ah, napasku sangat sesak sekali terus berlari menyusulmu. Untung tadi kami melihat mobilmu dan meminta seseorang untuk membawanya ke sini. Kenapa Ibu naik go-jek?" tanya Ema dengan napas sesak dan berusaha mengaturnya."Aduh Maya, kau ini larinya kaya vampir. Kencang banget. Aku bawa kopermu yang sangat berat ini. Aduh, tanganku rasanya mau patah." Ema memberikan koper itu kepadaku. Aku masih saja tidak mengerti dengan semua ini."Kenapa kalian? Dan ... untuk apa koper ini?" tanyaku sambil melotot ke semua orang yang malah tersenyum menatapku."Mas, ada apa ini? Kau tidak apa-apa? Kau sangat berkeringat." Aku masih kebingungan menatap semua orang yang masih saja tidak menjawab perkataanku. "Ayolah, ada apa ini?" lanjutku sambil bersedekap dan menatap mereka dengan sangat serius."Maya, kami semua ingin kau pergi me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status