Share

Salah Sasaran

Aku melebarkan kedua mataku. Tidak percaya melihat Mas Farus datang ke rumah dengan tubuh terluka seperti itu? Ditambah, undangan pernikahan yang disodorkannya kepadaku.

“Mas, apa ini?” tanyaku gelisah. Semoga saja ini bukan kejutan besar buatku. Apakah ini adalah undangan pernikahan dia dengan dokter ...

“Apa?” Tidak aku percaya setelah membacanya. Ternyata?

“Maya. Aku mengalami kecelakaan. Maaf, selama lima hari aku di rumah sakit. Argh,” ucapnya sambil merintih. Spontan aku memapahnya. Dia ... benar-benar terluka parah. Tapi, kenapa luka itu masih segar? Bukankah dia mengatakan berada di rumah sakit selama lima hari? Seharusnya luka itu sudah mengering.

“Mas. Jadi kamu kapan kecelakaan? Aduh, Mas. Seharusnya kau mengabari aku. Nanti aku jemput di sana,” ucapku masih kesal. Bagaimana pun juga, aku tidak mau melihat suamiku terluka seperti ini.

“Aku tidak mau membuatmu khawatir. Lagi pula, banyak dokter di sana. Oh ya. Febri merawat Ibu. Dia tidak ikut bersamaku. Ponselku hilang saat kecelakaan itu. Aku tidak bisa memberi kabar untukmu. Untung saja ada seseorang menemukan dan mengembalikan lagi. Jarang loh, ada orang sebaik itu," ucapnya masih saja berusaha menahan rasa perih.

Pantas saja Mas Farus tidak memberi kabar sama sekali. Tapi, aku masih tidak mengerti. Saat itu Febri mengatakan tidak mengetahui Mas Farus mendapat tugas itu. Seharusnya Febri mengatakan semuanya. Aku harus tenang dengan semua ini. Tidak mungkin suamiku selama 12 tahun mendampingi aku dalam pernikahan sempurna ini, akan melakukan kebohongan. Lagi pula, seharusnya aku merasa kasihan dengannya, dan menghentikan membahas sesuatu yang bukan-bukan. Tubuhnya lecet semua. Dengan cepat aku mengambil kotak obat, membantu membuka perban yang sudah basah dan harus diganti. Di luar hujan deras. Mungkin Mas Farus kehujanan saat masuk ke dalam rumah.

“Mas. Luka ini masih segar, lo. Katanya lima hari di rumah sakit. Kok, seperti baru saja kecelakaan?” tanyaku memastikan. Aku hanya ingin melihat ekspresi suamiku itu. Mulutku tidak bisa aku jaga. Ah, kenapa aku masih saja sangat penasaran?

“Kamu itu ya, dari tadi tanya saja. Aduh, Maya. Tubuhku ini sakit semua. Bukannya mengobati, malah mencurigaiku. Emangnya kamu itu kenapa?” ucapnya sedikit tegas. Baru kali ini Mas Farus berkata kasar kepadaku.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku berdiri, lalu mengambil foto pegawai magang itu. Menyodorkan tepat di wajah suamiku. Aku benar-benar tidak bisa menahannya.

“Ini siapa? Aku menemukan di selipan bukumu, Mas. Kenapa kamu menyimpan foto gadis seksi seperti ini? Bajunya buka-buka’an gitu,” ucapku sewot. Mas Farus menerimanya. Dia menggelengkan kepala, menatapku sangat kesal.

“Kamu pengacara luar biasa dengan segudang prestasi kok malah kampungan gitu. Cemburu sama wanita yang jelas-jelas akan menikah. Sudah baca undangan yang aku kasih, kan?”

Mendadak Mas Farus berdiri, meninggalkanku begitu saja. Dia berjalan cepat masuk ke dalam kamar mandi. Sudah sepantasnya dia marah. Aku sama sekali tidak bisa mengontrol emosiku. Padahal, sudah jelas di dalam undangan itu tertulis, dokter itu akan menikahi seorang pengusaha kayu di Sumatera. Aku sudah salah sasaran. Melisa benar. Seharusnya aku tidak mencurigai suamiku.

“Mas, maafkan aku. Yah, kau benar.”

Aku mengambil piyama di almari. Membantu Mas Farus memakaikannya.

“Benar jika aku ini kampungan,” lanjutku sambil menatapnya. Oh Tuhan, aku sangat merindukannya. Dia adalah lelaki yang sangat aku cintai.

“Aku mau tidur. Kau harusnya tahu bagaimana menjadi seorang dokter. Pekerjaanku itu sangat banyak. Pulang bukannya di sayang, malah dituduh bukan-bukan," gerutunya kesal.

“Maafkan aku, Mas,” balasku sambil menarik napas.

Mas Farus tidak membalas perkataanku. Dia bersikap dingin. Menaiki ranjang tanpa mengajakku. Aku diam saja dan paham. Dia pasti marah kepadaku. Lebih baik aku membiarkannya sendiri.

Sepanjang malam aku gelisah. Memandang undangan pernikahan itu dengan seksama. Hingga ponsel mas Farus kembali mendadak berbunyi. Tidak mungkin aku membangunkannya. Dia tertidur sangat lelap. Lebih baik aku mengangkatnya.

Perlahan aku merogoh saku jaketnya sebelah kanan. Ada lipstikku di sana. Aku tersipu malu. Dia pasti sengaja membawanya karena rindu denganku. Hah, aku sangat mencintainya.

Kedua alisku mengkerut dalam saat menatap layar ponsel suamiku yang masih saja berdering. Hanya ada satu huruf di sana? Hmm, ini pasti sangat penting. Tapi, kenapa nama itu hanya inisial saja? Baiklah, aku akan menerimanya, daripada aku penasaran.

“Halo? Ini--”

Aku menghentikan ucapanku. Suara wanita menangis? Tapi, siapa malam-malam begini menghubungi Mas Farus dengan menangis?

“Maaf. Siapa kau? Dokter sedang tidur. Katakan saja apa maumu, Mbak?” tanyaku sekali lagi. Dia masih saja menangis. Mungkin itu adalah pasien yang membutuhkan Mas Farus. Aku akan bertanya sekali lagi. Siapa tahu ini sangat penting.

“Mas ... aku membutuh--”

“Maya!” teriak Mas Farus mendadak membuatku tidak mendengar ucapan wanita itu. Aku spontan melihatnya. Aku menggelengkan kepala, lalu secepatnya mendengarkan kembali perkataan wanita di ponsel Mas Farus agar lebih jelas. Aku tidak menghiraukan Mas Farus dan akan menanyakan sekali lagi.

“Apa kau mengatakan sesuatu? Maaf, aku tidak mendengarnya. Bisa kau ulangi?” tanyaku bergetar.

“Aku membutuhkan kamu, Mas,” balasnya masih menangis.

“Maya!” Mas Farus kembali memanggilku. Aku masih diam tidak menghiraukannya. "Siapa dia?" batinku penasaran.

“Maya!” ucapnya sambil menarik ponselnya yang masih aku genggam. “Kamu itu kenapa? Aku tidak bisa tidur kalau kau tidak di sampingku. Ayo!”

Dia menarikku menuju ranjang. Pandanganku masih kosong. Aku sangat mengenal suara itu. Tapi, siapa? Kenapa dia mengatakan itu?

“Maya!”

Pandanganku teralihkan kembali. Mas Farus membelaiku, menatap dengan sangat tampan.

“Kamu itu mikir apa? Hah, kamu tau gak. Aku rindu kamu, Maya.”

Aku masih saja merasa resah. Siapa dia? Tapi, aku sangat mengenal suaranya. Apa dia? Ah, tidak mungkin.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
sampah banget nih cerita. mana ada pengacara setolol ini.
goodnovel comment avatar
Adrian Muno
Maya harusnya gaplok aja farus
goodnovel comment avatar
ekabidan589
duh sopoooo iku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status