Share

Bab 4

Author pov

Zia sedang merasa bahagia walaupun kejutan-kejutan pernikahannya kadang menguras batin. Zia bertekat untuk menyerahkan dirinya kepada suaminya malam ini. selepas makan malam ia pun sibuk berdandan mempercantik penampilannya. Zia duduk didepan cermin dan memandangi wajahnya yang polos.

"oke pertama-tama pakai bedak." kata Zia memulai tutorialnya.

"hemh.. terlalu pucat, aku butuh perona pipi." Zia memilih-milih produk didepannya.

"yang mana ya perona pipi?" tanya Zia kepada diri sendiri karena tak ada siapapun selain dirinya di kamarnya itu.

"ahh mungkin yang ini," Zia mengambil lipcream berwarna merah dan mengoleskannya dipipinya. Seingatnya kakaknya mengoleskan benda serupa saat mendandaninya di hari pernikahan.

Saat digosok dipipinya warna merah itu tak mau membaur, semakin digosok semakin merah tak merata.

"Baiklah biarkan dulu, hufhtt (menghela nafas sejenak) nanti hasil akhirnya pasti bisa bagus, selanjutnya lipstik." Zia masih menggumam sendiri didepan cermin.

ia mengoleskan lipcream yang sama kebibirnya.

"wow, bibirku sangat merekah. pasti kak Ahmad akan suka penampilanku malam ini."

ucap Zia percaya diri

"Kak sandra selalu mempertajam matanya dengan celak mata, baiklah suamiku aku akan secantik istri pertamamu." Semangat Zia menggebu-gebu.

Sekali lagi Zia memilih-milih, membuka tutup semua produk yang ada di meja riasnya berharap menemukan celak mata.

"Nah ini sepertinya, bentuknya aneh kenapa ujungnya kayak sikat begini?" gumam Zia heran tapi tetap saja dia oleskan juga kematanya.

Benar saja seluruh bagian mata kanannya cemong hitam karena menggunakan mascara sebagai eyeliner. Zia mulai panik dan berusaha membersihkan kekacauan yang ia buat di wajahnya. Ia ambil tishu basah dan digosokkannya tishu itu ke wajahnya, namun semakin digosok bukan makin memudar, malah semakin melebar warna hitam dan merah itu keseluruh wajahnya.

Karena semakin panik Zia berlari kekamar mandi dan mulai menggosok wajahnya dengan facial wash. Sedikit memudar Zia memudar Zia melanjutkan menggosok lebih kencang.

***

ting tung..

bel rumah berbunyi, Zia terperanjat. Ia mulai panik dan menangis. Ia tak tau lagi harus berbuat apa. akhirnya ia putuskan untuk bersembunyi didalam selimut sambil terus saja terisak. hatinya pilu bagaimana tidak, ia berharap jadi wanita tercantik malam ini tapi kenyataannya ia nampak seperti badut pembunuh di film horor. Zia tak sanggup berhadapan dengan suaminya.

Dikamar sebelah Cassandra sedang kesal pada Zia,

" Ihh kemana sih anak itu, buka pintu saja tidak mau.. mana lagi berendam gini." Gerutu Cassandra

Cassandra menyambar handuknya dan melilitkan ketubuhnya yang sintal. Dengan kesal ia mengintip siapa yg datang, setelah tau itu Ahmad Seorang diri Cassandra langsung membuka pintunya.

" Kenapa lama sekali?" Tanya Ahmad sedikit kesal.

" Maaf aku sedang di kamar mandi, ini belum bilasan. Aku lanjutin dulu ya mandinya." Jawab Cassandra sambil berlalu ke kamarnya.

Ahmad melangkah ke kamar Zia, kemudian masuk. Ahmad merasa ada yang aneh dengan Zia.

"kenapa selimutan gitu?" tanya Ahmad sambil melepas jam tangannya.

Zia tak bergerak, bahkan ia menahan nafasnya.

"ada-ada saja." celetuk Ahmad lagi sembari berjalan kekamar mandi.

***

Usai mandi Ahmad berniat langsung tidur karena lelahnya sudah tak tertahan. Tapi tentu saja ia tak menolak jika Zia sudah siap melakukannya, lelah seperti apapun akan lenyap seketika.

Ahmad berjalan kearah kasur, membuat jantung Zia berdetak kencang tak karuan. Tak sengaja ia malah menangis sejadi-jadinya. Ahmad yang terkejut spontan berusaha membuka selimut yang menutupi Zia.

"Zia, ada apa?" Tanya Ahmad khawatir

"tidaaaaaaakkk, jangan mendekati aku." Teriak Zia sambil menangis meraung-raung.

Ahmad semakin terkejut dengan sikap Zia yang mendadak menjadi kasar dan tak sopan. Tangisan Zia yang kencang membuat Ahmad merasa malu dan kecewa pada istrinya itu.

"Apa ini Zia? seperti ini kah adabmu pada suami? pantaskah kau melakukan ini? aku tau kamu belum siap dan aku juga tidak akan memaksa, aku hanya ingin tidur disamping istriku." Luap Ahmad atas kekesalannya pada Zia.

"bu.. bu.kkan beg..bebeggiiituu kak.." Ratap Zia yang sedang berusaha menghentikan tangisannya.

"Lantas apa ini, bahkan kamu menutup wajahmu begitu saat berbicara denganku. apa aku semenakutkan itu Zia." Ahmad meluapkan kekecewaannya.

"Bukan begitu kaaaaakkk." Zia memelas pada Ahmad

"Kamu tidak mau membuka selimut ini? baiklah aku akan keluar dari sini." Ahmad menyudahi perdebatan dan hendak pergi dari kamar Zia.

"Tunggu kak, baiklah akan aku buka selimutnya. jangan abaikan aku kak." pinta Zia memelas.

Ahmad langsung menarik selimut itu saat Zia melonggarkan cengkramannya.

"Astaghfirullah.. Zia." Ahmad terkejut hingga mundur beberapa langkah ke belakang kemudian beberapa detik kamudian ia tertawa terpingkal-pingkal tak kuasa melihat istrinya berdandan ala badut pembunuh di film horor.

"ini makeup terinspirasi film IT?" tanya Ahmad bercanda

Zia menutupi wajahnya sambil menangis lagi.

"Kak Ahmad jahat." Zia menangis merajuk.

"Oh sayang, maaf tapi kamu lucu sekali." goda Ahmad

"Aku ingin berdandan seperti kak Sandra, tapi aku membuat kesalahan, waktu aku mau hapus malah jadi semuka begini. aku sebel banget sama Kak Ahmad." Jelas Zia tentang insiden mukanya.

"Lho kok sebelnya sama kakak sih?" Ahmad pura-pura merajuk.

"Terus gimana nih kak?" Zia tak mempedulikan ucapan Ahmad.

"Bentar aku tanya Cassandra?" Ucap Ahmad santai.

"Nggak mau ah, malu." Tolak Zia

"Tenang aja." Ja towab Ahmad sambil keluar secepat kilat

"Kaaaak.." teriak Zia kemudian kembali bersembunyi didalam selimutnya lagi.

selang beberapa lama Ahmad datang membawa minyak Zaitun dan kapas. Zia akhirnya lega bisa segera membersihkan kekacauan diwajahnya itu.

"Setelah dibersihkan pakai minyak itu langsung cuci muka pakai sabun ya." Arahan Ahmad pada Zia.

"Baik kak." Zia menurut saja.

"Tapi kak habis ini aku harus malu dong kalo ketemu kak Sandra." Rajuk Zia

"Tenang yang tau kejadian ini hanya kita berdua kok sayang.. makanya biar aku tutup mulut ayo lakukan malam ini ya." Goda Ahmad.

Zia yang sangat malu hanya diam dan segera berlari ke kamar mandi sambil senyum-senyum.

Setelah cuci muka wajahnya kembali seperti semula. Zia sangat lega sekali noda-noda itu bisa hilang dari wajahnya. Zia merapikan penampilannya kemudian berjalan keranjang.

"Sudah cantik lagi istriku." Goda Ahmad

"Kalau begitu aku bisa meminta imbalanku sekarang kan?" Sambungnya lagi.

Zia hanya tertunduk malu, dan mengiyakan keinginan suaminya.

Zia pov

"Kak Ahmad sebenarnya akupun ingin menjadi istrimu seutuhnya. Akupun ingin melayanimu dengan seluruh ketulusan hatiku. Aku juga ingin menyerahkan tubuh dan jiwaku untuk mendapat ridhomu. Ohh ya Allah sebegitu beratkah ini,

Mengapa rasa takut ini, rasa terasing ini, rasa malu ini mengalahkan niatku untuk ibadah ini, melaksanakan sunnnah yang indah ini.

Ya Allah bimbing aku, lapangkan hati ini untuk menerima semua cinta suamiku.

Ku panjatkan doaku agar aku sanggup mengangkat wajahku dan menyungging senyum termanisku untukmu kekasih hatiku.

Entah sejak kapan hatiku terketuk

Degub jantung ku saat aku didekatmu

Ku tau cintaku terlalu naif

Cintaku tak beralasan

Datang begitu cepat

Saat kau meminangku,

saat pandangan kita bertemu,

saat kau menggendongku naik ke kamarmu,

saat kau memandangi rambutku,

saat kau menggodaku dengan buaianmu

Ataukah saat kau memelukku di balkon waktu itu?

aku benar-benar telah jatuh hati padamu, suamiku...

Sunggu rasa ini inginku hanya memilikimu seorang diri... hanya aku dan kamu." Ucapku dalam hati.

Tak terasa entah sejak kapan bibir kak Ahmad telah mengecupku, sungguh gejolak hati ini tak mampu ku bendung lagi. Kini kubiarkan kak Ahmad yang mulai membuka satu persatu pakaianku dan menyeretku dalam gelombang cintanya. Aku hanya menurut dan mengikhlaskan. Sungguh air mata ini bukan untuk rasa sakit yang kurasakan di seluruh tubuhku. Air mata ini untuk bahagiaku memiliki suamu seperti kak Ahmad.

"Kamu nggak apa-apa sayang?" tanya kak Ahmad melihat air mataku

"Aku cinta kamu kak, lanjutkanlah." jawabku untukmu kekasih hatiku.

Malam itu menjadi malam panjang pertamaku. Kami terbaring dikasur cukup lama merasakan lelah yang membahagiakan ini. Sampai Akhirnya aku bangun dan beranjak menuju kamar mandi.

Tubuhku terasa lemah, rasa perih terasa di beberapa titik di tubuhku, terutama di bagian itu rasanya aku tidak sanggup berjalan kearah kamar mandi.

Melihat langkahku yang tertatih kak Ahmad langsung menyambarku dan menyimpanku di gendongannya.

"Sakit sekali ya sayang?" Tanya kak Ahmad padaku.

Aku hanya mengangguk.

"Ayo kuantar ke kamar mandi." Kata kak Ahmad kemudian menggendongku ke kamar mandi.

Kami segera membersihkan diri dan kembali keranjang untuk segera tidur.

"Aku sangat bahagia." Bisikku pada kak Ahmad

"Akulah yang lebih bahagia." Ucap kak Ahmad kemudian mengecup keningku.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status