Share

Bab 5

Author pov

Pukul empat pagi, seperti biasa Azizah terbangun. Mungkin karena letih yang amat sangat tubuhnya terasa sangat berat.

"Aaaauuuhhhh.. sakit sekali." lenguh Zia pelan.

Ia segera bangun walaupun masih berbekas rasa sakit disana sini. Seperti biasa juga, Zia segera mandi dan mensucikan dirinya untuk menghadap panggilan subuh. Setelah mandi dan bersiap Ia membangunkan suaminya,

"Kak sudah subuh." Kata Zia sambil mengguncang tubuh suaminya.

"Emmmhhh.. iya aku bangun sayang." jawab Ahmad dengan muka bantalnya.

"Kak Ahmad sholat di mana?" Tanya Zia

"Aku akan ke masjid, kamu ajak Sandra sholat bersama ya." Pinta kak Ahmad sebelum bersiap ke masjid

***

Selepas shalat subuh, Zia membantu Sandra di dapur. Sandra nampak lihai memainkan peralatan dapur membuat Zia tertegun.

"Wuaaaahhh.. Kak Sandra kayak chef-chef di acara tivi gitu kak, keren banget.. cantik pula.. pantesan kak Ahmad klepek-klepek sama kak Sandra." Puji Zia dengan lantang tanpa sengaja.

"Ahh kamu bisa aja. basic aku memang kitchen, dulu aku sekolah tataboga di singapore." Ujar Sandra sedikit menyombongkan diri didepan madunya.

"Kak Sandra hebat, aku bukan tandingan kak Sandra lah." Keluh Zia sedih.

"Ahh biasa saja, semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing." Ucap Sandra bijak membesarkan hati Zia agar tidak murung. "Kamu kuliah jurusan apa?" Imbuhnya bertanya pada Zia.

"Aku kebidanan kak, aku pingin banget jadi bidan, bantu orang lahiran gitu deh kak." cerita Zia tentang cita-citanya.

"Wah juga keren punya impian mulia." Puji Sandra.

"Akurnya istri-istriku, aku jadi seneng lihatnya." Ucap Ahmad dengan lantang mengagetkan para istri.

"Astaghfirullah, kaget tau kak." Gerutu Zia pada Ahmad.

"Kak aku ke toilet bentar ya kebelet." Ijin Zia pada Cassandra untuk mengundurkan diri dari dapur yang mulai meruntuhkan rasa percaya dirinya.

Sambil berlalu Zia melihat kearah suaminya, Ahmad yang baru pulang dari masjid rambutnya masih basah dari air wudhu. wajahnya bersinar dengan bulu-bulu yang menghiasi wajah tampannya. Zia tersenyum tak tahan melihat ketampanan suaminya. Ahmad yang sadar tengah dipandangi langsung mengedipkan mata pada Zia. Zia terkejut melihat tingkah suaminya langsung berlari kekamar mandi tak kuasa menahan malu.

***

"Aku mau ngobrol empat mata. Ayo kekamarku sekarang." Kata Sandra setelah menyelesaikan masakannya.

Ahmad mengekor dibelakang Sandra. Mereka masuk ke kamar Sandra dan mengunci pintunya.

"Apa yang terjadi semalam? aku sangat kawatir." Luap Sandra pada Ahmad.

"Tidak ada apa-apa, kami hanya melakukan layaknya suami istri lain lakukan." jawab Ahmad tenang.

"Kenapa Zia menangis seperti itu. Apa dia terluka?" tanya Cassandra tak terasa matanya melelehkan air mata.

"Zia tidak apa-apa. Kemarin ada sedikit salah paham tapi kami selesaikan dengan cepat." Jelas Ahmad.

Melihat air berlinang air mata, Ahmad paham betul.

"Kamu cemburu?" tanya Ahmad dengan lembut.

Sandra membuang muka. Ahmad dengan sigap memeluk Sandra dan membiarkan Sandra menangis di pelukannya.

setelah tangisnya mereda Sandra minta ijin untuk keluar untuk menenangkan diri di dengan treatment di salon langganannya. Ahmadpun mengijinkan istri tercintanya pergi agar hati dan pikirannya bisa terbuka dan tidak terus terbawa rasa cemburu.

Cassandra pov

Aku sedang mengeringkan rambutku dikamar saat jeritan Zia kudengar, Amarah tiba-tiba memenuhi hatiku. Suami yang sangat aku cinta dibentak-bentak oleh wanita yang baru saja masuk kehidupnya.

Akupun tak sengaja melangkah ke pintu kamarnya, hatiku yang panas mendengar bentakkannya ke suamiku membuatku hampir hilang akal. Saat aku sampai tepat didepan kamarnya kudengar Ahmad tertawa terpingkal-pingkal, tawa yang lepas. Tak pernah kudengar tawa seperti itu saat Ahmad bersamaku. Oh sungguh apa yang telah Zia lakukan pada suamiku.

Ada suara langkah kaki berjalan kearah pintu, akupun segera berlari berjingkat kearah dapur, karena dapur yg paling dekat dari pintu kamar Zia. Aku pura-pura sibuk mencari sesuatu di dalam kulkas sambil menyeka keringatku.

"Sedang apa sayang?" Tanya Ahmad mengagetkanku.

"Ehh aku lagi cari minum, aku ingin minum susu dingin. dan makan cake ini." Aku mengambil saja apa yang terlintas di pandanganku. Kemudian aku terpaksa memakan kue manis itu padahal aku sedang diet. kumasukkan susu dingin dan kue itu dengan cepat kemulutku sembari melihat Ahmad celingukan mencari sesuatu.

"Lagi cari apa?" Tanyaku

"Olive oil dimana?" Tanyanya padaku kemudian.

"Virgin, atau light?" Tanyaku lagi.

"Yang biasa kamu gunakan untuk menghapus riasanmu?" Tanya Ahmad lagi

"Oh, itu di lemari kanan atas. atau yang botol kecil ada di kamarku." Jawabku masih tak paham apa yang suami dan maduku lakukan.

"Oke aku kekamar dulu ya sayang." Ucapnya begitu saja dan berlalu.

Aku masih duduk di meja makan memakan kueku yang semakin lama semakin membuatku eneg, terlalu manis buatku. kuputuskan mengembalikkannya ke kulkas dan akupun meminum susu dinginku segera. Setelah membereskan bekas makan dan minumku akupun berjalan kekamar dengan gontai.

"Tak kukira akan sesakit ini rasanya

Tak sengaja kudengar bising di kamar maduku

Bukankah harusnya aku bahagia?

Oh sungguh terluka hatiku

Suami yang tadinya hanya memelukku

Suami yang tadinya hanya menciumku

Suami yang tadinya hanya mencumbuku

kini tengah bersama wanita lain bergumul dengan gelombang cinta mereka.

Sungguh aku tak munafik

Aku mengakui hatiku terluka." Segera kutepis ratapan hatiku, berlari kekamarku, menarik selimutku dan berusaha tertidur walau suara itu terus terngiang di telingaku menghalau kantukku.

***

Author pov

"Pada kemana orang-orang ini?" tanya Zia bingung melihat ruang makan itu kosong tak ada siapapun. Tak berapa lama Sandra dan Ahmad keluar dari kamar Sandra. Mendadak suasana menjadi kikuk entah mengapa.

"Ayo makan, Zia Sandra sudah memasak banyak sekali hari ini." Ajak Ahmad menyembunyikan perasaan tak enak dihatinya.

Di meja makan, Zia, Ahmad dan Sandra makan tanpa obrolan yang berarti. Zia tau ada sesuatu yg salah dengan mereka. rasa tak nyaman benar-benar nampak walau disembunyikan.

"Zia, hari ini Cassandra akan pergi kesalon jadi kamu akan sendiri dirumah. kalau kamu mau kamu bisa ikut aku ke Resto kita." Kata Ahmad memecah keheningan.

"Oh, iya kak." balas Zia singkat.

Sebenarnya Zia malas keluar rumah. Tapi Ia juga ingin tau Bagaimana dan dimana Suaminya bekerja.

"Sudah aku duluan ya. Aku mau siap-siap dan berangkat. Aku mau ke mall membeli beberapa barang kemudian massage di tempat biasa." Kata Cassandra undur diri

"Iya, nanti kabari aku. Kalau memungkinkan biar aku jemput." sahut Ahmad.

Cassandra hanya mengangguk kemudian meninggalkan Zia dan Ahmad yang masih belum menyelesaikan santap pagi mereka.

beberapa lama Zia dan Ahmad duduk dengan tenang menyantap masakan buatan Sandra. keheningan hadir cukup lama. pikiran masing-masing sedang melayang entah kemana.

"Masih sakit?" tanya Ahmad tak tahan dengan suasana hening tak bersahabat seperti itu.

"Eh.. eh.. i..iya.." jawab Zia terbata takut pertanyaan Ahmad didengar Cassandra.

"Mau lagi?" Tanya Ahmad lagi

"Kak Ahmad jangan gitu dong, malu tau." Jawab Zia merajuk

"Tapi mau kan?" Tanya Ahmad lagi memaksa

"Kak Ahmad kalik." Jawab Zia mantab sambil menjulurkan lidah dan beranjak dari kursinya.

Zia membereskan piring dan gelas kotor dari meja dan mencucinya. Rambut panjangnya bergoyang-goyang mengikuti gerak tubuhnya. Melihat pemandangan itu Ahmad ambil kesempatan. Ia memeluk Zia dari berlakang dan menciumi tengkuk istri kecilnya. Tanpa mereka sadari sepasang mata sedang memandangi mereka.

Cassandra pov

"Jadi seperti inikah rasanya berbagi suami?

Merasa tidak adil sepanjang waktu

Seperti inikah?

Aku masih disini dan mereka menampilkan adegan mesra mereka yang membuatku muak, sebegitu menarik kah istri barumu itu?

Aku merasa bodoh dan tak berarti

hatiku kosong

Aku tak bisa merasakan apapun

Kau suka dengan Rambutnya yang indah?

Kau suka Aroma tubuhnya?

Kau suka tingkah manjanya?

Kau tak mendapatkan itu dariku?

Jika sanggup kuputar waktu, akan kupinta kau hanya milikku seorang seutuhnya seumur hidupku." Aku menyeka air mataku dan berusaha berekspresi datar sembari menggumam didalam hati.

"Aku pergi, Assalammualaikum." Pamitku kilat, enggan melihat adegan mesra suami dan maduku. Kupercepat langkahku agar tak ada seorangpun yang melihat kerapuhanku saat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status