Share

BAB 25

last update Huling Na-update: 2025-08-04 12:58:59

“Tadi dia ngambek waktu makan.” Fatih langsung menjelaskan. Dia tertawa kecil saat Clara menggelengkan kepala karena tangannya memainkan kepang rambut anaknya. “Naura pikir mungkin karena kemarin Kakek dan neneknya ada salah bicara sehingga membuat Mbak Naura tidak mau menemui kami lagi.”

Naura terkekeh mendengar penjelasan Fatih. Dia memperhatikan anak kecil berpipi gembil yang sejak tadi tidak mengalihkan tatapan darinya. “Aku sedang kurang enak badan, Clara. Makanya hari ini tidak masuk kerja biar cepat sehat kembali.

Clara mengangguk mengerti. Batita itu sudah pandai berkomunikasi dua arah. Dia bahkan bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik sehingga Fatih tidak kesulitan untuk menebak keinginan Clara walau dia mengurus anaknya seorang diri.

“Clara sempat mogok makan tadi. Setelah mendapat penjelasan dari yang lain kalau Mbak Naura sedang kurang enak badan, barulah dia mau makan.” Fatih kembali memberi penjelasan. Sejujurnya, dia tidak enak hati bertamu malam-malam begini. Namun
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Dewi sm Wahid aja tersepona liat Naura apalagi Clara sm Fatih nih
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 68

    Di tempat berbeda, Dewi mengintip melalui jendela saat mendengar suara mobil memasuki halaman rumah. Dia melirik jam dinding dan menggeleng, tidak mungkin itu Wahid. Masih terlalu dini pulang saat ini karena jam tutup rumah makan masih sekitar dua jam lagi.“Pak Fatih.” Dewi mengembuskan napas pelan saat mengenali mobil yang berhenti di depan. Dia sengaja tidak ke rumah makan hari ini karena khawatir dengan keadaan Naura. Siang tadi, dia menemukan Naura di rumah dalam keadaan kacau. Setelah mendapat kabar dari Fatih kalau Naura pulang sendiri, Dewi memang langsung mengecek ke rumah untuk melihat keadaan sepupu suaminya.Setelah beberapa waktu melihat Naura sudah bisa mengelola emosi dan mengendalikan diri, Dewi cukup terpukul menemui Naura dalam keadaan seperti tadi. Itulah sebabnya, malam ini Wahid meminta dia di rumah saja karena khawatir dengan keadaan Naura.“Tunggu sebentar ya, Pak, saya panggilkan Naura dulu. Maaf diluar saja tidak apa-apa? Bang Wahid sedang tidak di rumah.” Dew

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 67

    “Kata Papa ke toilet sebentar, tapi kok lama? Sampai-sampai Arjun dan Mama sudah selesai makan, tapi Papa belum juga kembali. Makanan Papa dibungkus sama Mama biar bisa dibawa pulang. Arjun capek, mau tidur.” Arjun mengangkat tangan, minta digendong oleh Indra yang langsung mengangkatnya.“Tadi itu siapa, Pa? Kenapa Tante rambut panjang tadi teriak-teriak ke arah Papa? Apa Papa menabrak dia saat berjalan makanya dia jadi marah?” Arjun kembali bertanya saat Indra berjalan mendekati Aini. “Papa sudah minta maaf belum sama Tante tadi? Kasihan dia sepertinya kesakitan kena tabrak sampai nangis-nangis begitu.”Indra hanya menanggapi pertanyaan Arjun dengan senyuman. Lelaki itu mengelus kepala anaknya dan meng.cup keningnya. Setelahnya, Indra meraih tangan Aini. Dia meninggalkan tempat itu tanpa sekalipun menoleh ke arah Fatih yang masih terus memperhatikan di belakang mereka.“Kita mau langsung pulang?” Indra bertanya pada Aini saat mereka sudah di dalam mobil. Lelaki itu melirik ke arah A

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 66

    Naura mengepalkan tangan. Dadanya berdebar kencang. Wajahnya basah oleh air mata saat bertatapan dengan Indra. Dia menggeleng pelan. Naura tidak percaya kalau Indra bisa setega itu padanya. Apa maksud Indra ingin membuka aib yang begitu dia jaga?“Apa salahku, Ndra? Kau yang meninggalkan aku begitu saja untuk menikahi Aini, tapi sekarang kau terus menggangguku tanpa henti. Kau yang membuat aku terluka sampai hampir gila, tapi kau seolah menjadi yang paling tersakiti.” Naura menghapus air matanya dengan kasar.Beruntung tempat itu tidak terlalu ramai sehingga mereka tidak menarik perhatian. Hanya beberapa orang yang lewat dan memilih meneruskan langkah, tidak mau ambil pusing dengan apa yang diributkan oleh orang lain.“Sikapmu ini membuat istrimu menuduh aku mengganggu ketentraman rumah tangga kalian, Indra. Padahal, apa yang kulakukan? Tidak ada! Kalian yang menyebabkan ketentraman itu rusak dengan sendirinya karena terus-terusan mendatangi aku.” Naura menghentakkan kaki. Dia menghel

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 65

    “Clara sama Mama Naura tunggu di tempat makan ya? Papa mau ke toilet sebentar.” Indra menunjuk tempat makan yang sudah di depan mata. Dia lalu berjalan ke arah toilet setelah memastikan Clara dan Naura duduk di salah satu meja yang ada disana.Setelah dari toilet, Fatih berjalan cepat kembali ke tempat makan tadi. Dia tertahan cukup lama karena sempat mengantri. Langkahnya terhenti saat berpapasan dengan Indra yang sepertinya akan menuju toilet. Lelaki itu memasukkan tangan ke kantong celana dan kembali berjalan.“Bisa bicara sebentar?” Indra menahan lengah Fatih. Dia menunjuk depan salah satu toko pakaian yang sepi pengunjung karena tahu Fatih tidak akan mau diajak ngopi.“Maaf, saya ditunggu oleh anak dan calon istri saya. Mungkin lain kali.” Fatih tersenyum dan mengangguk sopan. Dia melirik ke arah tangan Indra yang masih menahan tangannya sebagai kode agar lelaki itu melepaskannya.“Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan dan pastikan.”Fatih mengangkat bahu mendengar ucapan Ind

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 64

    “Duh! Gandengan terus dari tadi. Kasihan nih tangan Papa dianggurin saja, Clara. Mau dong digandeng juga sama Mama Naura.” Fatih tertawa saat melihat Naura memutar bola mata mendengar ucapannya. Dia mengajak Clara yang tertawa-tawa untuk tos karena berhasil mengganggu Naura.“Masih mau main lagi? Atau mau … cari cincin?”“Makan di ramen kemarin saja.” Naura menjawab cepat. Namun, dia menghentikan langkah mendadak saat menyadari pertanyaan Fatih bukan tentang makanan. Dia mengangkat sebelah alis untuk memperjelas apakah dia salah dengar. “Cari cincin?”Fatih mengangguk tenang. Dia tersenyum penuh arti pada Naura yang mendadak salah tingkah. Wajah putih bersih itu tampak bersemu merah hingga membuat Fatih berusaha keras untuk menahan rasa geli agar tawanya tidak meledak. “Mau emas putih atau kuning?”“Eh, aku ….”“Clara? Mau emas putih atau kuning, Sayang?” Fatih tersenyum lebar. Walau dia bertanya pada anaknya, tapi tatapan matanya tidak lepas dari Naura yang sekarang semakin salah tin

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 63

    “Calon istri?” Indra menautkan alis mendengar ucapan Fatih. “Maksudmu Naura?” Indra memastikan. Dia memindai penampilan lelaki yang berdiri di hadapannya. Indra mengembuskan napas kencang saat lelaki itu justru tertawa mendengar pertanyaannya.“Iya, Naura. Bukankah kita sudah beberapa kali bertemu walau tidak saling sapa?” Fatih menggeleng pelan. Bisa-bisanya perhatian Indra langsung tertuju pada kata calon istri. Padahal, sejak tadi dia panjang lebar membahas tentang Aini.Indra mengembuskan napas kencang saat Fatih berlalu setelah menepuk tangannya pelan. Lelaki itu baru tersadar Aini dan Arjun sudah tidak ada dalam jangkauan pandangannya saat Fatih menghilang di tengah keramaian. “Aini? Arjun?”Indra bergegas mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia mencari kontak Aini dan mencoba menghubunginya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh tempat itu. Indra tahu Aini dan Arjun tidak akan pergi jauh karena kunci mobil dia yang bawa.“Kamu dimana, Aini?” Indra hampir berteriak saat te

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status