Share

Sebatangkara

last update Last Updated: 2022-10-06 12:41:55

“Im sorry, Ga. Saya hanya berusaha menjaga wibawa kamu sebagai atasan di kantor ini.” Setelah rampung diketilk, kalimat itu dikirim ke nomor W******p Gaga.

“Saya hanya berusaha menjaga kamu yang lebih dari apapun di kantor ini.” Beberapa menit kemudian pesan balasan dari Gaga tiba dan berhasil mebuat Lara melengkungkan senyum.

“Thank you, Ga.”

“I need you.”

“Saya akan meluangkan waktu untuk makan malam sebagai tanda permintaan maaf, gimana?”

“Tentu saja saya bersedia, dengan senang hati, everytime you want. Ra.”

***

Malam itu Lara berjalan menuju ke arah mobil Gaga dengan balutan dress maroon dengan satu garis tali yang melingkar tak penuh di kedua bahunya. Rambutnya diikat sedikit lebih tinggi dari biasanya, menyisakan sedikit anak-anak rambut di dahi yang membuat wajah mungilnya nampak manis. Itu adalah penampilan tercantik Lara sejauh Gaga mengenalnya meski Lara hanya merias wajahnya dengan make up tipis.

“Malam …” Sapa Lara sesaat setelah naik dan duduk pada bangkudi samping Gaga.

“Malam, Ra.” Balas Gaga dengan senyum hangatnya. “Mau makan di mana malam ini?” Lanjutnya bertanya.

“Terserah kamu aja.” Jawab Lara.

“Aku benci jawaban itu, wanita.” Gumam Gaga, Lara tersenyum geli.

“Aku serius terserah kamu saja.”

“Hentikan itu, Ra. Sekali lagi kau bilang terserah akan kubawa kau ke rumahku.”

“Terserah.” Ujar Lara.

Pandangan mereka saling bertemu dan akhirnya tawa keduanya lepas.

“Sepertinya kau sangat ingin dibawa ke rumahku, ya?” Tanya Gaga.

“Kenapa tidak.”

“Ra, are you serious?”

Lara mengangguk-angguk.

“Yeah, everywhere you want. Saya mau.”

Gaga segera menelpon beberapa restaurant untuk mengirimkan hidangan makan malam ke rumahnya saat itu juga. Dia nampak antusias sekali, bukan hal sulit bagi Gaga untuk mempersiapkan itu semua dalam sekejap, sehingga saat mobil yang mereka kendarai sampai di rumah Gaga semuanya sudah tersedia.

Malam itu adalah kali pertama Lara menginjakkan kaki ke rumah Gaga, meskipun sudah delapan bulan mereka dekat, Lara selalu enggan saat diajak ke rumah Gaga. Alasannya sangat mudah ditebak, Lara tak siap untuk berhadapan dengan keluarga Gaga yang kaya raya, Lara khawatir kehadirannya tidak diterima dan alasan itu tidak pernah diketahui oleh Gaga, karena itulah Gaga sedikit terkejut saat Lara mengatakan dia bersedia. Selama ini mereka hanya menghabiskan waktu di restaurant untuk kencan mereka, tetapi kali ini, dalam rangka permintaan maaf Lara untuk Gaga, gadis itu akhirnya bersedia datang ke rumah Gaga.

Seperti yang ada dalam bayangan Lara selama ini, rumah Gaga besar dan mewah. Pagarnya tinggi, halamannya luas dan hijau, sementara bangunan rumahnya memilki keindahan yang nampaknya dirancang oleh arsitek yang memilki keahlian seni tinggi, catnya berwarna coklat susu dengan corak-corak abstrak berwarna coklat pekat di beberapa sudut, nampak begitu megah. Namun, saat Lara memasuki rumah itu, ada hal janggal yang langsung menyerbu pikirannya. Kosong, rumah itu kosong! Tak ada seorang pun yang terlihat di dalamnya.

“Silakan duduk, Ra.” Gaga mempersilakan Lara duduk di hadapan meja yang telah dipenuhi hidangan makan malam.

Namun Lara terlihat enggan untuk duduk.

“Ga …” gumamnya, “Kamu tinggal sendiri?” Lanjutnya bertanya.

Gaga mengangguk.

“Ya.” Jawabnya.

“Mana keluargamu?"

“Tak ada.”

“Maksudnya?”

“Duduklah dulu, Ra.” Gaga memegang kedua bahu Lara, mengarahkan gadiis itu untuk duduk di kursi.

“Aku tidak punya keluarga.” Lanjut Gaga dengan suara tenang. “Aku sebatang kara.” Lanjutnya.

“Kamu bercanda, ya?” Lara menaikkan satu alisnya dengan ekspresi penuh selidik, tentu saja Lara tak lantas langsung percaya begitu saja.

“Aku tidak bercanda, Ra. Ini serius.” Jawabnya.

“Kenapa? Kenapa tidak pernah memberitahuku?”

“Karena kau tidak bertanya.” Jawab Gaga. “kau hanya bertanya apakah aku memilki saudara atau tidak.” Lanjutnya.

“Apakah harus menungguku bertanya dulu untuk hal seperti ini?”

“Sudahlah, Ra.” Jawab Gaga, pria itu nampak sedikit lesu tangannya mulai bergerak membalik piring yang tertelungkup di atas meja di hadapannya, lalu melakukan hal yang sama untuk piring di hadapan Lara.

“Makanlah dulu.” Lanjutnya.

Lara menahan kalimat-kalimat yang sudah nyaris menyembur dari mulutnya. Gadis itu menahan rasa ingin tahunya setelah melihat raut wajah lesu yang ditunjukkan Gaga. Lara yakin pembahasan ini akan berat dan mungkin merobek luka lama Gaga. Lara tak ingin permintaan maafnya malam ini justru akan menciptakan masalah baru bagi mereka berdua.

Makan malam itu beralngsung tanpa ada percakapan apa-apa apalagi candaan-candaan yang dilontarkan Gaga dan membuat Lara tertawa seperti makan malam yang sebelum-sebelumnya mereka lakukan.

“Steak ini enak.” Ujar Lara memecah keheningan.

“Kamu suka?” Gaga mencoba tersenyum.

“Suka.” Lara membalas senyuman itu.

“Kamu sangat cantik, Ra.” Ujar Gaga tiba-tiba dan berhasil menimbulkan semburat merah di kedua pipi Rara.

“Ya, aku memang cantik sejak dilahirkan.” Lara segera memperbaiki rayt wajahnya yang tersipu dan bertingkah seolah dia tidak terbawa perasaan dengan pujian dari Gaga.

“Aku tiba-tiba merasa menyesal setelah mengatakan itu.”

Lara tergelak mendengar itu, begitu juga dengan Gaga pria itu tertawa terbahak-bahak. Mereka menghabiskan separuh dari makanan yang dihidangkan di atas meja dan merasa kenyang.

“Ra …” Gumam Gaga setelah menyapukan selembar tisu ke sekitar bibirnya.

“Ya?”

“Do you love me?”

Lara tak menjawab, bola matanya bergerak kesana kemari, meskipun dia tahu jika Gaga mengetahui perasaan Lara yang sesungguhnya tetapi untuk mengatakan secara langsung bahwa Lara mencintai pria itu terasa sangat sulit bagi Lara.

“Aku mau memberitahumu sesuatu, Ra.” Ujar Gaga lagi. “Tak peduli kau bersedia mendengarnya atau tidak, aku akan tetap mengatakan ini.” Lanjutnya.

“Kau tahu aku tidak akan pernah melewatkan apapun yang kamu ceritakan, jika kamu mau berbagi denganku, Ga.” Jawab Lara, dia melihat mata Gaga berkaca-kaca.

“I love you so much, Ra. Aku menyayangimu, aku suka denganmu saat pertama kali menjemputmu di terminal pemberhentian bus. Saat itu aku melihat kamu sangat cantik, namun setelah mengetahui sifat dan sikapmu perasaan suka itu berubah menjadi sayang dan nampaknya aku tergila-gila padamu. Mustahil jika kamu tidak tahu bahwa aku tergila-gila setelah semua kegilaan yang kutujunjukkan apadamu setiap hari di kantor, bahkan seluruh orang di kantor kuyakin tahu tentang hal ini.” Gaga bercerita dengan terus menggenggam tangan Lara.

“Apa aku pantas buatmu?’ Lara melepas genggaman tangan Gaga dengan halus, tangannya bergerak menyentuh dagu Gaga, mengusap rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitarnya.

“Lebih dari kata pantas.” Jawab Gaga.

Pria itu mendaratkan bibirnya ke dahi Lara, Lara tak menunjukkan penolakan apa-apa. Hal itu menyebabkan Gaga berasumsi bahwa Lara menyerahkan diri seutuhnya untuk Gaga malam itu. Kemudian kecupan lain kali ini mendarat ke bibir Lara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titipan Cinta Bentara   Please Be My Girl

    Mungkin hanya Lara yang bisa merasakan patah hati dan jatuh cinta sekaligus. Sekali waktu dia bisa menangis sejadi-jadinya, bahkan di tempat umum sekalipun saat mengingat kembali Mas Gala. Mereka tidak pernah lagi saling mengirim pesan setelah memutuskan untuk berpisah, rasanya seperti hampir gila menjalani hari-hari tanpa orang yang bahkan sebelumnya pun keberadaannya seperti tak ada. Entah jenis cinta macam apa yang melanda Lara ini.Namun di waktu lain, Lara merasakan sangat dimabuk cinta dengan Bentara. Hampir setiap hari mereka menghabiskan malam-malam panjang dengan saling menc*mbu. Lara tak pernah merasakan kenikmatan seperti yang Bentara suguhkan pada tubuhnya, pada hatinya. Bahkan jika dibandingkan dengan Gaga, yang merupakan orang pertama yang menyentuh Lara, Bentara jauh lebih baik dari segi apapun."Ra?" Gumam Bentara, di atas dada Lara."Ya?""Udah bisa sayang aku?" Tanyanya."Aku udah sayang kamu sejak kita makan cookies." Jawab Lara lalu tergelak."Kenapa nggak kentara

  • Titipan Cinta Bentara   Apa yang Lebih Penting dari Masa Sekarang?

    "Mau pakai baju?" Tanya Bentara, namun beberapa detik setelah kalimat itu terucap Bentara mengutuk dirinya sendiri karena mengajukan pertanyaan bodoh semacam itu."Iya." Jawab Lara. Lalu hendak memakai bajunya namun Bentara menyadari hal yang janggal."Sorry." Ucap Bentara lalu menyentuh br* yang Lara gunakan, "Ini basah, Ra, nggak dicopot aja?" Lanjutnya.Lara sama sekali tak terlihat keberatan saat Bentara menyentuh bagian itu."Tapi aku nggak ada gantinya." Jawab Lara, saat ini gadis itu tanpa malu-malu menatap wajah Bentara."Nggak apa-apa, dilepas aja nanti bajunya di download pakai sweater jeans aku yang tebal jadi nggak kentara." Ucap Bentara, meski nampak salah tingkah dia berusaha menatap kembali wajah Lara yang merona merah. "Dilepas, ya?" Ucapnya dengan lembut lalu mengusap-usap permukaan kulit di sekitar br* itu."Iya." Jawab Lara sambil mengangguk, napasnya sudah tidak beraturan.Tangan Bentara bergerak, membuka kait br* di punggung Lara. Sesuatu yang tadinya merekat kenc

  • Titipan Cinta Bentara   Insiden Tokek

    "Apakah aku sudah benar-benar jatuh cinta pada Bentara?""Tidak, tidak! Tidak mungkin!""Tapi kenapa aku membiarkannya mencium tanganku?"Semua pertanyaan-pertanyaan itu dikeluarkan Lara untuk dirinya sendiri. Dia membanting tubuhnya di atas kasur, pikirannya melayang ke saat di mana Bentara mencium tangannya. Jantungnya kembali berdegup kencang, rasa bahagia terasa meluap-luap di dadanya. Itu pasti karena dia sudah jatuh cinta, kenyataan itu tidak mungkin lagi terbantahkan."Oh, apa yang aku lakukan, apakah ini sudah termasuk berkhianat?" Gumamnya.Lara langsung meraih ponselnya, dia segera mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada Mas Gala, tak peduli pesan-pesan lamanya tak dibalas."I miss you, Mas. Kamu sebenarnya di mana?" Pesan itu terkirim ke nomor Mas Gala, dengan perasaan yang tak menentu Lara tetap menunggu balasan pesan itu. Lalu dia bertanya pada dirinya apakah isi pesan itu memang benar karena dia rindu, ataukah hanya rasa bersalahnya pada Mas Gala karena Lara telah berken

  • Titipan Cinta Bentara   Can I Kiss Your Hand?

    "Oh iya, hati-hati, ya. Jangan terlalu malam diantar pulangnya." Jawab ibu Lara."Iyaa tante."."Bu, Lara jalan dulu, ya.""Iya sayang."Mereka berdua kemudian memasuki mobil Bentara, lalu beranjak pergi. Ibu Lara baru menutup pintu rumahnya saat Lara dan Bentara sudah pergi."Kenapa tiba-tiba ngajakin ke luar?" Tanya Lara."Nggak apa-apa sih, cuman belum biasa aja." Jawab Bentara dengan jawaban yang menggantung."Belum biasa?" Tanya Lara."Belum biasa lama-lama nggak ngeliat kamu."Lara tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke luar jendela, berusaha menutupi pipinya yang memerah.Tak berselang lama akhirnya mereka tiba di kedai cookies yang dimaksud oleh Bentara."Yakin belum pernah ke sini?" Tanya Bentara saat mereka baru saja duduk di bangku pengunjung kedai itu."Belum." Lara menggelengkan kepalanya."Mau pesan apa dong?""Kamu aja yang pesenin, yang menurut kamu enak.""Siap, tunggu sini ya." Ucap Bentara lalu berdiri untuk memesan makanan.Tak lam

  • Titipan Cinta Bentara   Separuh Hati yang Tertinggal

    Bus itu mulai melaju, bergerak perlahan meninggalkan desa yang mengukir sejuta kenangan meski Lara hanya sejenak berada di sana. Lara selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tertinggal meski sudah berkali-kali dia mengecek ulang barng-barangnya sebelum berangkat tadi, mungkin karena separuh hatinya sudah tertinggal dan menetap di desa itu selama-lamanya. Lara teringat akan seseorang yang membuatnya kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai mengetik sesuatu.“Mas Gala, kamu apakabar? Hari ini Lara pulang, Mas, pengaadian Lara di desa itu sudah selesai. Lara udah maafin kamu dan maaf karena Lara udah abaikan chat kamu berhari-hari. Lara mau perbaiki semuanya. Semoga setelah Lara udah nggak program relewan lagi, masalah-masalah yang muncul di hubungan kita selama aku program bisa mereda. Lara masih sayang, sangat sayang sama Mas Gala, tak ada yang berubah seperti pertama kali Lara jatuh cinta sama kamu.” Pesan itu dikirimkan ke nomor Mas Gala.Bersamaan dengan terkirimnya pesan it

  • Titipan Cinta Bentara   Kutukan

    "Buat Rachel, menurut aku kamu nggak pernah nyebelin, selalu baik. Buat Baham, kamu juga baik dan keliatan banget peduli sama semua orang di regu ini. Kalau Adrian, aku nggak tahu hal apa yang positif di kamu, tapi itu nggak bikin aku benci sama kamu meskipun kita sering berantem. Buat Bentara, please ya, lain kali kalo negur nggak usah pakai bentak-bentak. Kalau buat Jul, kamu jangan terlalu baik sama cewek soalnya cewek itu gampang baper." Tutup Aniya."Gila ya, unek-unek terpendam banget kayaknya, semua keburukan terkuak di sini." Cibir Adrian, "Tapi nggak apa-apa sih, bagus malah, Aniya yang paling jujur. Bisa dicontoh nih " Lanjutnya."Adrian, kamu tahu nggak sih no interupsi? Ya udah kayaknya dari tadi udah mau ngomong kan, silakan sekarang giliran kamu." Ujar Lara."Kalau aku sih nggak akan banyak ngomong, cuma mau berterima kasih sama memohon maaf sebanyak-banyaknya sama kalian semua." Ujar Adrian."Yee sekali nggak disuruh ngomong nyerocos terus sekali di suruh ngomong pelit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status