Share

Togetherness
Togetherness
Penulis: syriuzy

1| Magnolia Kenina

Dalam hidup itu ada satu kesempatan untuk memilih. Beberapa orang juga memilih kesempatan itu sesuai apa yang mereka inginkan, sesuai apa isi hati mereka. Bagi orang orang yang tidak mempunyai pilihan adalah pilihan mereka juga, ada yang mengikuti saran orang lain atau ada yang tidak paham akan pilihan yang diberikan. Tetapi ada juga orang yang sama sekali tidak mempunyai pilihan untuk memilih hidupnya sendiri, banyak orang orang seperti itu. Termasuk Magnolia Kenina atau orang orang sering memanggilnya dengan Lila.

Tubuh gadis itu hanya bisa terdiam karena suasana kamar masa depannya sangat mencekam ditambah hatinya sekarang tengah gelisah. Seorang Magnolia Kenina dipaksa orang tuanya tanpa bisa memilih jalan hidup sendiri sejak dirinya masih kecil. Entah ketakutan besar apa yang dimiliki orang tuanya hingga dia tidak diberi kesempatan sama sekali. Hidupnya yang serba diatur sampai sampai dirinya tak ada satu titik kesempatan untuk memilih lagi, ditambah kepercayaan dirinya lenyap karena sejak kecil hanya mengikuti saran orang tuanya. Kehilangan kepercayaan diri, itulah sisi dari Magnolia Kenina.

Hingga di detik ini, di umurnya menginjak 24 tahun setelah selesai masa kuliahnya dia dipaksa dijodohkan dengan orang yang baru beberapa kali ditemuinya bahkan dia sebelumnya sangat yakin bahwa tidak akan ada perjodohan dengan suaminya sekarang. Semacam guyonan hidup di zaman Siti Nurbaya, tetapi inilah kenyataannya. Memang benar, ketika kita melaksanakan perintah orang tua maka hidup kita akan senantiasa terjamin tetapi sebagai anak juga pantas untuk memilih kehidupannya sendiri tanpa ada kekangan orang tua. Memenuhi ekspetasi orang tua tidak akan ada habisnya, apalagi anak di tuntut untuk menjadi sempurna seperti anak anak yang lain padahal manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing dalam diri mereka.

Tetapi lagi dan lagi Magnolia Kenina tak dapat memilih keinginannya sendiri termasuk menghentikan dirinya untuk dipinang oleh orang lain yang sama sekali dirinya tak kenal. Dia hanya dapat menatap kosong kakinya sembari berpikir bagaimana dia bisa kabur dari malam mengerikan hari ini. Lila hanya menginginkan pergi sejauh mungkin agar tidak satu kamar dengan pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Dia sudah lelah dengan keadaan bahkan untuk meneteskan air mata pun sangat sulit.

Deg.

Jantungnya terpompa begitu cepat ketika suami sahnya itu memasuki kamar apartemen mereka. Ya, apartemen yang entah darimana asalnya tetapi sejak jam delapan malam tadi dirinya sudah diangkut untuk dibawa di apartemen tersebut. Lila tidak mempedulikan bagaimana bisa pria itu mendapatkan apartemen luas ini, yang dia pikirkan bagaimana caranya untuk tidak bertemu pria yang sudah mengajaknya untuk menjalin hubungan sakral tersebut. Lila hanya bisa menggerutu dan menangis dalam diam meratapi nasibnya yang kurang baik ini, tetapi kembali ke awal apa yang telah terjadi juga takdirnya sendiri.

"Lila, nama lo Lila kan?" tanya pria yang bernama Samuel Hayden. Dia menatap gadis malang itu berbicara layaknya teman biasa.

Namanya saja pria itu tidak tahu, lalu bagaimana Lila akan bisa menjalani hidupnya dengan pria ini. Dia menghembuskan nafasnya begitu jenuh, lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Mungkin jawaban singkat itu akan diterima oleh pria bernama Samuel, mereka belum sedekat itu, pikir Lila, jadi dia berhak akan menjawab apa. Dan lagi, Lila tidak mempermasalahkan Samuel memanggilnya seperti teman contohnya baru saja Samuel berucap 'Lo', dia sudah terbiasa dengan teman temannya yang seperti itu.

"Maaf sebelumnya, gue terpaksa harus menerima perjodohan ini. Bahkan lo yang nggak tahu apa apa masalah ini pun sampai terlibat." Samuel memijat pangkal hidungnya begitu lembut, dia memberikan pijatan itu untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya sejak kemarin. Bahkan dia sampai tidak tidur karena kesakitan.

"Gue emang cukup egois tapi perjodohan ini juga gue butuhin, sekali lagi gue minta maaf, Lila. Untuk masalah makan ataupun belanjaan itu cukup gue yang ngatur, lo tinggal masak sesuai keinginan lo. Masalah tempat tidur kita, Lo tidur disini dan gue tidur di kamar satunya. Gue tahu sekarang lo masih shock sama kejadian kemarin sampai detik ini," lanjut Samuel, dia masih berdiri untuk menjelaskan keinginannya. Dia tahu betul bahwa Lila saat ini tidak mau berada didekatnya.

"Toh nikah nggak semuanya tentang anak kan? Yang gue pikirin sekarang nikah itu sebagai partner hidup kita sampai kita tua. Gue bisa masak, gue bisa bersih bersih dan sebagainya. Gue bukan cowok patriaki kayak diluaran sana, pikiran gue cukup open minded Lila. Jadi gue mohon jangan berpikir untuk kabur, ada masanya kalo semisal lo nggak kuat sama tingkah gue, lo bisa kabur. Paham?"

Apa yang dikatakan Samuel kali ini cukup membuat Lila terkejut. Dia sudah berpikir bahwa pria ini adalah seorang yang mengerikan, dingin dan kaku ditambah tidak bisa mencairkan suasana seperti cerita cerita novel yang pernah dibacanya. Apalagi pria ini menjanjikan sebuah keinginan besar yang membuat hati Lila terkecoh untuk tidak kabur dari apartemennya sekarang juga. Ada 5% di hati Lila untuk menerima pria ini sebagai pasangan hidupnya karena sudah menawarkan perjanjian cukup menyenangkan, walaupun masih ada 95% lagi karena dia membutuhkan sebuah tindakan dari omongan Samuel. 

"Aku paham, jadi nanti malam kita nggak akan tidur sama sama kan?" tanya Lila kembali, untuk menyakinkan Samuel, Lila memastikannya dengan nada menuntut ditambah dia berani menatap pria itu.

"Iya kita nggak akan tidur bareng. Terkecuali kalo kakak gue ataupun orang tua gue tidur di apartemen ini, kita bakalan tidur bareng," ucap Samuel membuat Lila sedikit takut. Gadis itu hanya mampu menganggukan kepalanya, toh hanya saat orang tua Samuel datang saja mereka akan tidur bersama, mungkin maksimalnya dua hari saja selanjutnya mereka tidak akan tidur bersama. 

"Dan satu lagi. Jangan kaget kalo semisal gue bawa cewek kesini. Anggap aja kalian nggak saling kenal. Gue pamit," ucap Samuel pergi dari kamar yang malam ini menjadi milik Lila sepenuhnya.

Setelah kepergian Samuel Hayden, Lila menghembuskan nafasnya lega. Dia tidak akan mengalami malam buruk itu dengan rasa ketakutan sedikit pun. Hidupnya tidak akan terlalu tersiksa setelah mendengarkan semua janji yang Samuel berikan baru saja. Tetapi ada satu titik fakta yang sedikit mengejutkan Lila yaitu Samuel mempunyai seorang kekasih setelah mereka menikah, dia penasaran dengan wanita itu? Dan yang Lila pikirkan, mengapa Samuel tak menikahi kekasihnya saja daripada dirinya? Dia seperti dijebak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status