Dalam hidup itu ada satu kesempatan untuk memilih. Beberapa orang juga memilih kesempatan itu sesuai apa yang mereka inginkan, sesuai apa isi hati mereka. Bagi orang orang yang tidak mempunyai pilihan adalah pilihan mereka juga, ada yang mengikuti saran orang lain atau ada yang tidak paham akan pilihan yang diberikan. Tetapi ada juga orang yang sama sekali tidak mempunyai pilihan untuk memilih hidupnya sendiri, banyak orang orang seperti itu. Termasuk Magnolia Kenina atau orang orang sering memanggilnya dengan Lila.
Tubuh gadis itu hanya bisa terdiam karena suasana kamar masa depannya sangat mencekam ditambah hatinya sekarang tengah gelisah. Seorang Magnolia Kenina dipaksa orang tuanya tanpa bisa memilih jalan hidup sendiri sejak dirinya masih kecil. Entah ketakutan besar apa yang dimiliki orang tuanya hingga dia tidak diberi kesempatan sama sekali. Hidupnya yang serba diatur sampai sampai dirinya tak ada satu titik kesempatan untuk memilih lagi, ditambah kepercayaan dirinya lenyap karena sejak kecil hanya mengikuti saran orang tuanya. Kehilangan kepercayaan diri, itulah sisi dari Magnolia Kenina.Hingga di detik ini, di umurnya menginjak 24 tahun setelah selesai masa kuliahnya dia dipaksa dijodohkan dengan orang yang baru beberapa kali ditemuinya bahkan dia sebelumnya sangat yakin bahwa tidak akan ada perjodohan dengan suaminya sekarang. Semacam guyonan hidup di zaman Siti Nurbaya, tetapi inilah kenyataannya. Memang benar, ketika kita melaksanakan perintah orang tua maka hidup kita akan senantiasa terjamin tetapi sebagai anak juga pantas untuk memilih kehidupannya sendiri tanpa ada kekangan orang tua. Memenuhi ekspetasi orang tua tidak akan ada habisnya, apalagi anak di tuntut untuk menjadi sempurna seperti anak anak yang lain padahal manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing dalam diri mereka.Tetapi lagi dan lagi Magnolia Kenina tak dapat memilih keinginannya sendiri termasuk menghentikan dirinya untuk dipinang oleh orang lain yang sama sekali dirinya tak kenal. Dia hanya dapat menatap kosong kakinya sembari berpikir bagaimana dia bisa kabur dari malam mengerikan hari ini. Lila hanya menginginkan pergi sejauh mungkin agar tidak satu kamar dengan pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Dia sudah lelah dengan keadaan bahkan untuk meneteskan air mata pun sangat sulit.Deg.Jantungnya terpompa begitu cepat ketika suami sahnya itu memasuki kamar apartemen mereka. Ya, apartemen yang entah darimana asalnya tetapi sejak jam delapan malam tadi dirinya sudah diangkut untuk dibawa di apartemen tersebut. Lila tidak mempedulikan bagaimana bisa pria itu mendapatkan apartemen luas ini, yang dia pikirkan bagaimana caranya untuk tidak bertemu pria yang sudah mengajaknya untuk menjalin hubungan sakral tersebut. Lila hanya bisa menggerutu dan menangis dalam diam meratapi nasibnya yang kurang baik ini, tetapi kembali ke awal apa yang telah terjadi juga takdirnya sendiri."Lila, nama lo Lila kan?" tanya pria yang bernama Samuel Hayden. Dia menatap gadis malang itu berbicara layaknya teman biasa.Namanya saja pria itu tidak tahu, lalu bagaimana Lila akan bisa menjalani hidupnya dengan pria ini. Dia menghembuskan nafasnya begitu jenuh, lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Mungkin jawaban singkat itu akan diterima oleh pria bernama Samuel, mereka belum sedekat itu, pikir Lila, jadi dia berhak akan menjawab apa. Dan lagi, Lila tidak mempermasalahkan Samuel memanggilnya seperti teman contohnya baru saja Samuel berucap 'Lo', dia sudah terbiasa dengan teman temannya yang seperti itu."Maaf sebelumnya, gue terpaksa harus menerima perjodohan ini. Bahkan lo yang nggak tahu apa apa masalah ini pun sampai terlibat." Samuel memijat pangkal hidungnya begitu lembut, dia memberikan pijatan itu untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya sejak kemarin. Bahkan dia sampai tidak tidur karena kesakitan."Gue emang cukup egois tapi perjodohan ini juga gue butuhin, sekali lagi gue minta maaf, Lila. Untuk masalah makan ataupun belanjaan itu cukup gue yang ngatur, lo tinggal masak sesuai keinginan lo. Masalah tempat tidur kita, Lo tidur disini dan gue tidur di kamar satunya. Gue tahu sekarang lo masih shock sama kejadian kemarin sampai detik ini," lanjut Samuel, dia masih berdiri untuk menjelaskan keinginannya. Dia tahu betul bahwa Lila saat ini tidak mau berada didekatnya."Toh nikah nggak semuanya tentang anak kan? Yang gue pikirin sekarang nikah itu sebagai partner hidup kita sampai kita tua. Gue bisa masak, gue bisa bersih bersih dan sebagainya. Gue bukan cowok patriaki kayak diluaran sana, pikiran gue cukup open minded Lila. Jadi gue mohon jangan berpikir untuk kabur, ada masanya kalo semisal lo nggak kuat sama tingkah gue, lo bisa kabur. Paham?"Apa yang dikatakan Samuel kali ini cukup membuat Lila terkejut. Dia sudah berpikir bahwa pria ini adalah seorang yang mengerikan, dingin dan kaku ditambah tidak bisa mencairkan suasana seperti cerita cerita novel yang pernah dibacanya. Apalagi pria ini menjanjikan sebuah keinginan besar yang membuat hati Lila terkecoh untuk tidak kabur dari apartemennya sekarang juga. Ada 5% di hati Lila untuk menerima pria ini sebagai pasangan hidupnya karena sudah menawarkan perjanjian cukup menyenangkan, walaupun masih ada 95% lagi karena dia membutuhkan sebuah tindakan dari omongan Samuel. "Aku paham, jadi nanti malam kita nggak akan tidur sama sama kan?" tanya Lila kembali, untuk menyakinkan Samuel, Lila memastikannya dengan nada menuntut ditambah dia berani menatap pria itu."Iya kita nggak akan tidur bareng. Terkecuali kalo kakak gue ataupun orang tua gue tidur di apartemen ini, kita bakalan tidur bareng," ucap Samuel membuat Lila sedikit takut. Gadis itu hanya mampu menganggukan kepalanya, toh hanya saat orang tua Samuel datang saja mereka akan tidur bersama, mungkin maksimalnya dua hari saja selanjutnya mereka tidak akan tidur bersama. "Dan satu lagi. Jangan kaget kalo semisal gue bawa cewek kesini. Anggap aja kalian nggak saling kenal. Gue pamit," ucap Samuel pergi dari kamar yang malam ini menjadi milik Lila sepenuhnya.Setelah kepergian Samuel Hayden, Lila menghembuskan nafasnya lega. Dia tidak akan mengalami malam buruk itu dengan rasa ketakutan sedikit pun. Hidupnya tidak akan terlalu tersiksa setelah mendengarkan semua janji yang Samuel berikan baru saja. Tetapi ada satu titik fakta yang sedikit mengejutkan Lila yaitu Samuel mempunyai seorang kekasih setelah mereka menikah, dia penasaran dengan wanita itu? Dan yang Lila pikirkan, mengapa Samuel tak menikahi kekasihnya saja daripada dirinya? Dia seperti dijebak.Langkah kaki pria itu ia perhatikan sampai menutup pintu apartemen rapat. Samuel pergi setelah pamit untuk mengecek bukti dan mereka terpisah untuk malam ini. Pikirannya berkelana kejadian kejadian malam itu, sampai tak sadar bahwa handphone-nya bergetar. Lila langsung merogoh kantung celananya setelah ia sadar. Nomor tidak diketahui tercetak disana, tanpa tahu alasannya, jarinya mengangkat begitu mudah. "Hal-" "Magnolia Kenina Hayden." Suara itu.Jari kakinya mengetuk ngetuk lantai tak sadar, ludahnya begitu kelu ketika ingin ia telan, sekujur badannya begitu lemas sekarang. Suara itu mengingatkannya kepada orang yang telah meneror Lila serta Ree tujuh tahun lalu, sudah lama sekali bahkan Lila hampir melupakannya dan sekarang suara itu kembali lagi dengan keadaan yang berbeda, lebih bahagia tentunya dan itu membuat Lila dilanda gelisah. Nafasnya sampai berhembusan tak terkendali, ia mencoba menahan sesuatu yang ingin keluar. ["Sekarang sudah merasa puas karena berhasil mendapatka
Rambutnya yang tergerai hari ini terkucir rapi namun sedikit di modifikasi dengan memakai pita hitam lucu memanjang. Bajunya tidak terlalu mencolok hanya menggunakan blazer berwarna nude berlengan pendek sedikit pas dibadannya, dan rok rampel putih tak sampai mata kaki, alas kakinya menggunakan sneakers putih. Gadis itu tampak celingukan mencari seseorang, Samuel bisa melihatnya dari atas ruangannya memang kaca transparan berwarna hitam. Matanya sejak tadi fokus melihat laporan secara reflek bisa berpindah menatap Lila dari bawah dan sayangnya gadis yang baru saja memiliki nama belakang Hayden itu sangat cantik walaupun penampilannya sederhana sekalipun. Orang orang dibawah anehnya juga langsung me-notice bahwa Lila seorang tamu penting untuknya padahal belum ada pengumuman apapun kepada karyawannya agar disambut baik. Matanya tak mau melepas sedikitpun dan tidak menampik lagi bahwa penampilan anggun Lila ini memang seperti dari keluarga penting, old money sesungguhnya. Terbesit pe
"Kalo beneran suka lu samperin dia, bukannya menghindar dan pergi keluar kota gini." "Goblok kalo lu kayak gini, kayak anak kecil." Sudah beberapa kali Samuel mendapatkan cercaan dari temannya dan bersikap seolah olah tidak peduli. Padahal dirinya ingin sekali mengikuti saran temannya untuk menasehati Lila agar tidak jalan dengan teman prianya itu, tapi tindakannya hanya ingin mendiamkan perempuan itu sampai Lila sadar dengan sendirinya. Mondar mandir menjadi orang tersibuk di dunia ini agar pikirannya tidak terfokus pada wanita yang baru saja menjadi istri sah nya. Ya, keadaannya cukup kacau setelah mendapatkan kabar bahwa Lila baru saja nge-date dengan orang yang bernama Hessa hessa itu. Pria itu memilih untuk membaca beberapa kasus baru di perusahaannya, dan rapat akan diadakannya setelah pulang dari holiday-nya bersama Anne. Kesibukan yang dibuatnya sendiri semata hanya untuk menghindari istrinya saja. Dan melihat itu semua Emil hanya menggelengkan kepalanya sudah tidak habi
Atas perintah bosnya kemarin, ketua investigasi rahasia milik keluarga Hayden bertindak untuk mencari kejanggalan pada tempat lokasi petilas kebakaran tujuh tahun yang lalu. Beberapa dari mereka juga diperintahkan untuk mencari beberapa orang yang sempat dicurigai dan hampir dijadikan tersangka. Sekitar lima orang melancarkan aksinya masuk kedalam bangunan kosong itu serta merta mengecek dan mencari suatu barang. Sedangkan ketua mereka mengintai anak buahnya dari luar ruangan dan mengawasi keadaan sekitar. Keterlambatan dalam tujuh tahun lalu harus dicari kembali satu persatu dan tentunya membuat lebih pusing para pencarinya. Kasusnya sudah terpendam bahkan pelaku pasti sudah melarikan diri sejauh mungkin dan berusaha menutupi kasus itu secara baik baik. Atas perintah ketua pemilik Theo'sa mereka rela mengulik kembali dalam dalam masalah ini, dan melakukan berbagai cara yang terbaik.Suara dering telfon terdengar dari jarak kurang lebih lima meter, Ketua investigasi itu menoleh. Ia se
Tempat huninya masih redup sedikit remang remang karena pencahayaan dari tamannya. Sepi yang mendominasi ruangan dan dinginnya karena pendingin ruangan hidup sejak pagi. Sang pria celingukan mencari seseorang yang sudah satu tempat tinggal bersamanya selama dua bulan lebih ini. Beberapa kali mengecek namun keadaan mengatakan yang sebenarnya bahwa istrinya masih belum pulang. Tangannya bergerak untuk menghidupkan lampu demi menemaninya pada kesepian. Samuel Atlanta Hayden tidak tahu mengapa, dan dimana istrinya itu pergi bahkan menghubunginya saja tidak. Berjam jam Samuel menunggu Lila didepan tokonya, hingga pukul sembilan malam dan ia sempat bolak balik untuk mencari beberapa makanan serta minuman namun tak ada jejak istrinya yang berdiri sembari menyapa seperti biasanya. Memang Samuel salah sudah menjemput Lila hingga telat satu jam lebih, mungkin gadis itu lupa dan lebih memilih untuk mencari ojek online. Samuel mencoba membuka benda pipih itu untuk memastikan ulang apakah Lila me
Bunyi decapan memenuhi ruangan bak musik yang mengalun merdu, menambah romantisasi pada malam redup. Mata yang saling terpejam, dan beberapa kali mengubah posisi tangan mereka dari tekuk hingga pundak, mencari cari posisi yang nyaman. Rasa manis dari benda kenyal itu, Samuel benar benar menikmatinya, tidak, mereka sama sama menikmatinya. Di keadaan sadar tanpa rasa khilaf sesaat. Tangannya bergerak sedikit menuntut Tanpa sadar, menarik untuk semakin mendekatkan Lila agar mereka tidak berjauhan. Gadis itu hanya pasrah pada kungkungan suaminya. Beberapa kali ia mendorong untuk diberikan jeda bernafas, namun setelahnya Samuel melanjutkan sesinya. Malam itu pihak pria tidak bisa lagi menghentikan tatapan pesonanya pada istrinya, dia ingin dekat dengan gadis itu untuk beberapa saat. Menciptakan kedekatan yang sempat berjarak hingga terasa jauh, dimana yakinnya tidak bisa digapai. Tetapi, Samuel pun merasakan Lila dapat diraih dengan mudah, beberapa kali mereka berbicara membuat nyaman sat
Berjalan ber-iringan, mereka melewati beberapa nisan nisan yang berjajar rapi. Samuel tak hentinya sesekali melirik paras cantiknya Lila kala sore ini. Terpaan angin begitu kencang berhasil membuat jari jari manis menyingkirkan anak rambutnya. Warna langit orange hampir berganti dengan biru tua sedikit ke abu abuan itu membuat mereka harus mengakhiri sesi kerinduan kepada sang pemilik nisan bernama Reejila. Tidak terasa sudah dua jam mereka duduk dan berbincang bincang sedikit untuk menghabiskan masa kerinduan kepada Reejila. Beberapa fakta pun Samuel peroleh pada sore hari ini dan berhasil membuatnya bungkam. Fakta yang seharusnya ia tidak terima, dan mengapa harus orang itu dilindungi oleh kedua gadis yang sudah menjadi korban. Mengapa jika benar benar orang itu bukan pelakunya namun hatinya masih terasa tidak ikhlas untuk menerima? Apakah sudah terlalu tertutup dari luka batinnya. "Sejak kapan Reejila cerita ke lu kalo dia suka sama Hessa?" tanya Samuel memecah keheningan diantara
"Random banget kak nanyain kayak gitu. Emangnya aku keliatan suka sama kak Sam," tanya Lila terkekeh namun tak ada unsur gugup sama sekali disana. Wanita itu justru santai saat ditanyai Samuel. Samuel menggelengkan kepalanya. Dia memastikan hal itu memang tidak terjadi. Ketakutan terbesar pertama bagi dirinya adalah akan menyakiti Lila kembali, beribu ribu maaf untuk gadis itu tidaklah cukup. Magnolia Kenina sudah banyak berkorban demi keegoisannya. Namun juga sebelumnya, Samuel lebih takut jika ia yang mencintai Lila terlebih dahulu. Gadis itu sangat mudah membuat orang nyaman. *Samuel menatap gelas berisi kopi itu dengan sendu. Sudah berbulan bulan dirinya belum mengunjungi adiknya, berbulan bulan itu ia juga terasa rindu dengan sang adik. Ketika melihat sosok gadis yang sedang berjalan jalan mengelilingi apartemen setiap malam maupun paginya membuat Samuel semakin mengingat adiknya. Sosok kecil dan cerdas sudah tujuh tahun meninggalkan Samuel, hingga hari harinya terasa begitu ha
"Li nggak usah repot repot bawain bekal Sam, soalnya aku sama Sam mau makan bareng nanti siang," Suara Anne dari ruang keluarga membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Lila memang berniat membuatkan dua bekal untuk Anne dan Samuel, namun kali ini mengurungan niatnya itu dengan tersenyum simpul. Bangun jam setengah lima langsung membuat lawuk untuk tiga bekal, sedikit membuang tenaganya di pagi hari tetapi mendapati suara Anne, dia hanya mampu menatap bekalnya. Beruntung belum membuat satu bekal lagi untuk dirinya. Kini Lila bingung harus memberikan bekalnya untuk siapa? Senna pun tidak mungin karena gadis itu membawanya sendiri. Dia masih tersenyum simpul menatap keduanya. Lalu memasukan kedua bekal itu kedalam tas khusus dengan cepat.Melihat Anne duduk memakai sepatu serta menyiapkan keperluan tas yang akan dibawa, sudah dipastikan bahwa Anne akan ikut bekerja bersama Samuel. Wanita itu datang sejak tadi malam, sesudah malam menyedihkan antara dirinya dan Samuel, dia mengataka