Share

2| Samuel Atlanta Hayden

Samuel Hayden, seorang CEO yang baru saja memulai karirnya ketika dia memasuki usia 27 tahun awal ulang tahunnya. Menjadi CEO kebanggaan ayah serta kakeknya dan mendapatkan sebuah amanat khusus untuk selalu menjaga kantor tersebut hingga anak cucunya kedepan. Dirinya cukup bahagia memperoleh semuanya dengan instan. Jangan salah mengartikan instan, maksud instan disini sudah berdirinya kantor untuknya tanpa harus mendirikannya sejak awal. Salah satu privelege dari orang tuanya untuknya.

Samuel Hayden, juga pernah menjadi manusia prihatin untuk mendapatkan kantor tersebut. Saat remaja dia harus dipisahkan dari orang tuanya agar bisa belajar sederhana sejak dini, walaupun dari kecil pula orang tuanya mengajarkan Samuel untuk menjadi sederhana tetapi kesederhanaan itu tetap kurang. Dia harus berlatih mencuci piring sendiri, menyapu kamar ataupun rumah dan melakukan masak untuk kakak ataupun keluarganya. Jika bertanya apakah dia mempunyai pelayan rumah? Keluarga Hayden menyewanya tetapi Nyonya Hayden selalu berpesan bahwa pelayan adalah miliknya bukan milik putra ataupun putri mereka.

Samuel Hayden, bukan seorang babu rumah mereka. Tetapi dari kakek mereka yang baru memulai semua segala urusan bisnis, mengajarkan bahwa kesederhanaan serta keprihatinan menentukan masa depan seseorang. Ayah Samuel-Anthony diajarkan untuk selalu bersedekah dan selalu bersikap ramah kepada siapapun, Anthony dibentuk untuk menjadi pribadi yang kemasyarakatan seperti ayahnya dulu Romi dan di tuntut untuk mengajarkan cucunya seperti dirinya dahulu. Semua itu agar merasakan bagaimana nasib keprihatinan dirinya memulai bisnis yang begitu besar hingga sekarang.

Samuel Hayden diusia remajanya di pisahkan oleh orang tuanya dirumah milik Romi-Kakek Samuel. Dia diajarkan banyak hal tentang semua kesederhanaan yang kakek dan neneknya laksanakan selama mereka hidup. Dia diajarkan bagaimana sosok yang mengayomi semua orang dan diajarkan menjadi seorang pria tanpa menghina ataupun menyakiti hati wanita. Dari kecil Samuel harus berpikir bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh wanita adalah pekerjaannya juga tanpa harus merasa malu ketika melaksanakan, karena semua orang harus bisa melakukan pekerjaan tersebut.

Pernah suatu hari karena masalah sepele, seorang CEO bernama Samuel Hayden hampir terkena pukulan oleh sang kakek karena tidak mau mencuci piringnya sendiri, beruntung pada waktu itu neneknya menolongnya terlebih dahulu, neneknya membelanya. Sejak hari itu pula, Samuel menjadi laki laki yang bisa menjadi seorang perempuan sekaligus, mungkin pernah mendengar seorang perempuan bisa menjadi laki laki? Tetapi sekarang Samuel mematahkannya, dia bisa menjadi pria sekaligus perempuan.

Jarang jarang ada seorang pria diluaran sana seperti Samuel sekarang apalagi status CEO berada di dada kirinya sebagai tanda menjadi penghormatan para bawahannya. Mereka, para laki laki berpikir bahwa pekerjaan mencuci piring, menyapu, semua hal yang berkaitan dengan kegiatan rumah dilemparkan oleh para wanita. Semua itu salah, karena hal itu adalah basic menner setiap orang.

CEO ini juga sangat prihatin semasa sekolahnya walaupun Ayahnya dulu seorang CEO. Dia harus bekerja sendiri sembari sekolah ketika memasuki bangku menengah akhir di kelas dua, Samuel tidak mempermasalahkan hal itu karena dia yakin bahwa dirinya akan mendapatkan sebuah bonus ketika bersusah susah dibelakang. Orang tuanya tetap membayarkan uang sekolah tetapi sebagai uang jajan keseharian, Samuel menggunakan uangnya sendiri. Hingga kegiatannya itu berakhir ketika dirinya selesai mendapatkan gelar Sarjana di indonesia dan gelar Magister di London. Semuanya terbayarkan sudah ketika dia mendapatkan pangkat tertinggi di Perusahaan milik kakeknya.

"Semuanya bakalan berakhir kalo gue udah nikahin itu cewek kan? Gue juga masih bisa berhubungan sama Anne."

Kekurangan Samuel adalah kurang bisa menyakinkan orang tuanya bahwa dia bisa menikahi Anne, anak angkat orang tuanya. Dia sadar bahwa semuanya salah, tetapi perasaan cintanya terlalu besar kepada Anne hingga dirinya tidak mampu menghilangkan perasaan itu. Samuel tahu bahwa Anne adalah anak angkat orang tuanya ketika dia berumur lima tahun sedangkan Anne tiga tahun. Anne juga tahu bahwa dirinya anak angkat orang tua Samuel. Perasaan keduanya tumbuh seiring berjalanannya waktu, tetapi anehnya kemesraan keduanya tidak dapat diketahui oleh orang rumah. Memang aneh, tetapi itu kenyataannya.

"Kak Samuel? Ada didalam. Ini aku udah siapin sarapan," ujar Lila yang berada diluar kamarnya, sebelumnya dia mengetuk pintu Samuel hingga sang pemilik kamar mengerjapkan mata sedikit terkejut. Semua lamunannya terbuyarkan sudah.

Pria itu berjalan dengan gontai membukakan pintu kamarnya yang tidak dikunci sama sekali. Dia bisa menatap langsung wanita cantik itu memakai apron di tubuhnya sembari menunggu dirinya. Hari ini adalah hari liburnya, jadi dia bisa menikmati rasa lelah tubuhnya di apartemen ini. Dan syukurnya lagi kini sudah ada seorang wanita berstatus istri sudah menyiapkan sarapan di pagi hari, biasanya Samuel yang menyiapkannya setiap pagi. Istri ya? Samuel tidak terbiasa dan tidak percaya bahwa dia mempunyai wanita itu untuk mendampinginya.

"Mungkin besok besok gue jadwal aja kegiatan rumahnya. Gue belum terbiasa." Samuel menarik kursi makan tanpa memperhatikan Lila yang sudah menatapnya baru saja.

"Urusan itu terserah kak Samuel, tempat tinggalnya kan punya kak Samuel jadi buat apa aku nolak," ucap Lila sembari mencuci piringnya sisa sarapan baru saja. Lila sengaja tidak mau satu meja sarapan dengan Samuel saat ini, dia belum terbiasa. Apalagi masih ada rasa dendam dihatinya.

Samuel menatap gadis yang tengah berdiri di wastafel tersebut. Dia menganggukan kepalanya samar mendengar jawaban lembut dari Lila. Ada satu titik rasa kecewa dihatinya karena gadis itu masih tidak mau berinteraksi lebih dengannya, terlihat bagaimana penolakan secara tidak langsung Lila kali ini. Gadis itu dengan sengaja sarapan terlebih dahulu dan meninggalkan dirinya pergi ke ruang tengah, tanpa pamit kepadanya. Cukup tidak sopan, tetapi Samuel memakluminya. Dia tahu bahwa Lila belum terbiasa dengan status mereka, apalagi mereka dijodohkan.

"Lila, Lo boleh banget ngomong lo-gue ke gue. Gue sama sekali nggak akan mempermasalahin hal itu," ujar Samuel tiba tiba, jujur saja dia tidak terbiasa dengan Lila yang berbicara aku-kamu. Samuel seperti di perlakukan orang khusus bagi Lila.

"Berhubung lo-gue itu diantara kita nggak sopan apalagi status kita suami-istri dan Lila juga diajarin bunda buat ngomong aku-kamu ke orang orang. Karena nanti waktu main ke Jogja rumahnya nenek, keliatan nggak sopan aja didenger apalagi bunda ngajarin buat jangan ninggalin adab Jawa walaupun keluarga aku tinggal di jakarta," ucap Lila. Dia berbicara tanpa menatap Samuel berada dibelakangnya, Lila lebih fokus untuk mengamati handphone genggamnya sekarang, dia lebih tertarik dengan handphonenya daripada Samuel.

"Emangnya bunda lo Jawa asli ya? Kenapa keliatan kayak orang luar gitu," tanya Samuel yang mulai tertarik dengan pembicaraan mereka. Bahkan dia membawa piring sarapannya agar bisa bergabung dengan Lila.

"Iya, bunda asli jawa. Dulu kakek juga Jawa asli cuman nikah sama nenek yang asli London dan menetap di Jogja masih masa penjajahan. Mungkin Bunda lebih dominan ke nenek makanya nggak ada mirip miripnya sama kakek," ucap Lila.

Lila mendapatkan nama Magnolia karena neneknya dan nama Kenina dari ayahnya. Sebenarnya dulu waktu masih kecil usianya menginjak dua tahun Lila dipanggil dengan nama Lia, tetapi karena Bunda dan ayah Lila merasa nama panggilan anaknya terlalu Jawa akhirnya dipanggil nama Lila. Banyak orang terkadang memanggilnya Lia tetapi juga Lila bersamaan. Gadis itu sendiri lebih senang jika dipanggil Kenina, memang sedikit berbeda dari yang lain tetapi dia senang orang orang terdekatnya memanggilnya dengan nama Kenina.

"Gue makan dulu ya, keburu laper," ungkap Samuel setelah tak ada pembicaraan sama sekali bahkan terlewat beberapa menit sampai suasana tampak canggung.

"Kak Samuel, aku boleh tanya? Ini cukup privasi, tetapi mungkin ini demi kenyamanan kita berdua juga," ujar Lila yang mulai pembicaraan tersebut. Mulutnya gatal ingin mempertanyakan hal itu kepada Samuel.

Samuel mengangkat pandangannya hingga mereka berdua saling menatap beberapa detik, dilepaskan secara paksa oleh Lila menatap ke handphonenya. Pria itu sangat menghargai jika Lila ingin berbicara hal privasi kepadanya, nantinya juga mereka akan saling terbuka bukan? Atau justru sebaliknya. Samuel malah sangat mengharapkan mereka saling terbuka satu sama lain, menghilangkan rasa kecanggungan yang ada dengan menceritakan hal privasi yang mereka miliki.

"Ya ada apa? Tanya aja nggak papa," jawab Samuel dengan menyuapkan satu sendok nasi dan orak arik sayuran hasil masakan Lila pagi ini. Samuel sangat menikmatinya.

"Kalo boleh tahu, pacar kak Samuel itu yang mana? Lila boleh tahu fotonya? Aku nggak akan maksa juga kalo kak Samuel nggak mau ngasih tahu." Lila mengucapkan kalimat tersebut penuh ketakutan, dia takut setelah ini Samuel akan mencaci maki dirinya. Dia tidak berekspektasi banyak jika Samuel bersikap baik kepadanya lagi. Lila tahu kalimat yang ditanyakan itu sudah masuk ke ranah kehidupan mereka masing masing, tetapi Lila disini memang ingin mencoba menjalin hubungan yang baik dengan Samuel termasuk dengan kekasih pria itu. Apa salahnya dia untuk menjalin hubungan yang baik?

"Namanya Anne. Dia kayaknya bakal kesini besok cuman perkiraan gue aja biar lo ngerti sendiri gimana dia, nggak papa kan gue nggak ngasih tahu fotonya dia ke lo?" Samuel mengangkat alisnya kepada Lila, untuk meminta persetujuan.

Magnolia Kenina, mulut gadis itu sedikit terbuka akan ekspetasi ekspetasi mengerikan yang akan didapatkannya nanti. Samuel malah bersikap ramah kepadanya, apalagi jawaban lembut yang pria itu berikan kepada Lila. Sesungguhnya Lila harus bersyukur sekarang karena tidak mendapatkan bentakan dari Samuel. Dia tersenyum manis setelah menerima jawaban puas Samuel lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban, tidak masalah jika Samuel tidak mau memberi tahunya. Setidaknya Lila sudah tahu nama gadis itu.

"Tapi gue minta izin ke lo buat bolehin Anne tidur disini sama gue. Lo nggak keberatan kan?" tanya Samuel baik baik membuat Lila mengerjapkan matanya berkali kali.

"Nggak bakalan ada orang yang curiga sama hubungan gue dan Anne, mereka percaya percaya aja sama kita. Lo percaya sama gue kan? Kita nggak akan ada apa apa, mungkin maksimal ciuman aja."

Seperti bom baru saja menerpa di apartemen mereka, Lila mendapatkan sebuah serangan bolak balik dari Samuel. Bahkan pria itu mengucapkannya begitu gamblang hingga dia hanya mampu terdiam saja. Jika Lila menolak maka dia mengingat dirinya hanya siapa disini, tetapi jika dia membiarkannya saja apakah tidak membuat curiga tetangga mereka ataupun orang orang rumah nantinya? Posisi Lila serba salah. Dia menolak pun bukan bermaksud karena adanya rasa cemburu, tetapi takut jika Samuel bisa terkena semprot dari banyak orang saja. Balik ke awal, siapakah dirinya sekarang bisa mengatur seorang CEO Samuel Hayden.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status