Share

5| real life

Respon diamnya semakin membuat Samuel yakin bahwa Lila mendengar semuanya. Lila ingin memberikan respon menolak juga dirinya merasa hal itu tidak berguna dan memilih jujur dari kediamannya. Inti permasalahan dalam pernikahan mereka gadis itu juga mendengarkannya lantas untuk apa dirinya berbohong hanya demi egonya yang merasa tersakiti dijadikan sebuah penutup aib mereka. Untuk kali ini Lila akan menyampaikan semua keluh kesah dihatinya, dia tidak akan memendamnya seperti beberapa hari ini. Walaupun Samuel akan lebih banyak pikiran pun Lila tidak akan mempedulikannya.

Dia memikirkan sejak kemarin, mengapa harus dia yang dijadikan benteng untuk mereka? Lila tahu bahwa pernikahan itu adalah takdirnya, menjelaskan sedikit kepada dirinya juga Lila merasa tak berguna. Pikirannya akan selalu mendoktrin bahwa ini takdir yang telah merusak masa depannya. Di satu sisi untuk mengikhlaskan pun rasanya sulit. Lila pikir, bagaimana pria yang tengah memandanginya sekarang dengan mudah melamarnya sedangkan kekasihnya sendiri, Samuel biarkan. Bukankah jelas jelas pria itu menyakiti kekasihnya?

"Iya denger, aku denger semuanya!" jawabnya.

"Jadi bener kalo aku cuman buat menutupi kesalahan kalian aja?" Seharusnya Samuel tidak membahas masalah itu sekarang, Lila juga tidak akan terpengaruh dan mempendam amarahnya.

Bibir Samuel terbuka ingin berbicara sesuatu, entah itu reaksi terkejut atau mengelak untuk memberikan alasan kepada Lila, Lila pun tidak peduli. Tujuan Lila tidak berbohong bahwa dia tidak mendengarkan perdebatannya karena ingin menyelesaikan masalah itu sekarang. Lila tidak peduli sifat emosiannya akan tercium di awal awal pernikahan mereka, Lila tidak peduli bahwa egonya sangat tinggi demi mempertahankan kemauannya. Selama ini dia yang selalu mengalah.

"Bukan gitu Lil, tujuan gue nggak cuman itu aja." Samuel masih bisa mengelak nya? Lila menggerutu dalam hati. Lantas tujuan apa lagi yang direncanakan Samuel kepadanya? Lila pun yakin bahwa tujuan itu hanya untuk kebahagiaan Samuel sendiri.

"Dengan melibatkan aku apakah itu bener kak? Kenapa sih, kenapa nggak milih cewek selain aku aja? Masih banyak diluaran sana cewek yang pengen nikah cepet, nggak hanya aku," tanya Lila. Air mata yang dia tahan selama beberapa hari ini didepan Samuel tumpah begitu saja ketika dia menyampaikan apa isi hatinya, suaranya bergetar menahan tangisnya.

"Kalo kayak gini kakak egois banget. Bahkan kalo kalian ketahuan aku yang bakalan disalahin sama publik." Lila memberi jeda perkataannya demi menahan tumpahan air mata.

Dulu waktu Lila duduk di bangku SMP, dia melihat perdebatan perdebatan besar dari kamarnya. Ayah dan ibunya bertengkar ketika ayahnya berselingkuh secara terang terangan didepan mata mereka. Mengingat kondisinya sekarang dia seperti kembali di masa lalu, dimana ibunya yang mendapatkan cercaan dari tetangga tetangga mereka yang katanya 'tidak bisa menjaga diri sendiri' atau yang sering Lila dengar adalah 'tidak bisa membuat suaminya puas'. Hingga suatu hari akhirnya mereka yang mengalah, Lila dibawa ibunya ke rumah kakek mereka dan ayahnya hidup sendiri selama dua bulan lebih. Ayahnya merutuki semua kesalahannya dan berjanji kepada Lila serta ibunya tidak akan membuat ulah lagi.

Lalu yang sekarang Lila terima dari pernikahannya dijadikan sebuah alasan agar menutupi hubungan mereka. Dia dijadikan istri berkedok benteng menutupi semua kesalahan mereka. Memangnya adil bagi dirinya? Tentu saja tidak. Dimana mana orang akan marah jika dijadikan benteng sebuah hubungan gelap, jika Samuel takut menikahi Anne bukankah mereka bisa nekat keluar negeri untuk melaksanakan pernikahan mereka bukannya menjadikan seseorang korban untuk ikut campur dalam urusan mereka.

"Sebenernya kak Samuel mikirnya sampai situ nggak sih?" tutur Lila.

"Lil, gue udah ngomong baik baik sama keluarga lo kalo semisal Lo belum siap yaudah bisa ditolak kan? Kenapa seakan akan gue maksa lo buat nerima dan lagi kalo gue ketahuan, gue juga yang bakalan disalahin, bukan lo." Samuel terlihat frustasi dimata Lila. Walaupun dalam keadaan seperti ini dia masih memikirkan Samuel, namun mengingat kembali percakapan tadi siang Lila tak tahan lagi untuk menahan segala masalahnya sendiri.

"Kalo kita ketahuan gue janji bakalan mutusin semua gitu aja, termasuk ceraiin lo!" Dengan gamblangnya Samuel mengucapkan hal itu hingga Lila terkekeh sinis.

"Aku udah nolak sejak awal kak cuman orang tua aku..." suara Lila tercekat ingin melanjutkan perkataannya, air matanya juga hampir luruh.

"Orang tua aku, bener bener maksa aku buat terima perjodohan itu. Aku jadi anak yang dari dulu udah diatur mereka emangnya bisa apa? mungkin sampai mulut aku berbusa pun orang tua aku nggak akan setuju sama keputusan aku dan mereka ingin mementingkan kepentingan mereka dulu nggak mikirin gimana jadi aku. Kalo aku punya uang banyak pun aku bakalan kabur keluar kota kak, bahkan keluar negeri sekalipun buat menghindari ini semua," ucap Lila penuh kesulitan.

Pertama kalinya Lila mengucapkan hal itu kepada orang asing yang bahkan baru dua hari mereka satu rumah. Rasanya sangat menyakitkan. Lila hanya ingin hidup bebas tanpa kekangan ataupun aturan dari siapapun. Dia cukup sulit untuk mengatakan apa kata hatinya kepada Samuel. Lila juga tidak peduli apakah Samuel akan mendengarkannya atau tidak. Jika Samuel berbeda dari pria pria lain diluaran sana, Samuel akan mendengarkan semua keluh kesah Lila tanpa ingin memotong pembicaraan.

"Kalo aja dulu kak Samuel nggak datang kerumah aku, mungkin aku udah bebas dari peraturan rumah aku."

Mata Samuel berkedip beberapa kali mendengar penuturan Lila, yang Lila rasa karena Samuel terlalu terkejut sebab ungkapan hatinya barusan. Apalagi sekarang Samuel menundukan kepalanya seperti merasa bersalah kepadanya. Hatinya cukup tersentil, tetapi kali ini Lila ingin egois dengan pilihannya sendiri, dia mencoba untuk menyampaikan apa kata isi hatinya kepada semua orang. Lila butuh pengakuan bahwa dia juga penting dalam mengambil hak suaranya. Gadis itu selalu bertanya tanya, apakah dia salah melakukan hal itu.

Kini Samuel menatap Lila kembali, dia seperti menyakinkan suatu hal kepada Lila agar mempercayainya sampai kapanpun. Lila juga tak dapat menatap kearah lain selain Samuel, dia fokus akan jawaban yang akan diberikan Samuel berikutnya. Satu sisi, Lila mengakui bagaimana kehebatan Samuel bersikap mengalah dan mendengarkan ungkapan ungkapan Lila terdengar tidak mengenakan. Faktanya, banyak laki laki diluaran sana tidak mau mengalah sedikit pun dan lebih mementingkan egonya.

"Tahan untuk satu tahun lebih setengah lagi gue bakalan memutuskan hubungan kita, dan gue mohon buat jangan pernah ada kata cinta," ujar Samuel dengan nada suara terdengar pasrah.

"Satu tahun lebih setengah? Terlalu lama kak. Kalo kak Samuel tetep nggak bisa, aku yang bakalan maksa pergi," telak Lila yang tidak bisa diganggu gugat.

Nampaknya Samuel frustasi karena berdebat di awal pernikahan mereka. Raut wajahnya sudah lelah sejak awal sekarang tampak tak enak untuk dipandang. Gemertak gigi yang menahan amarah terlihat begitu jelas di mata Lila. Pria itu seperti ingin membanting semua peralatan yang ada di meja makan sekarang. Sedangkan dia hanya bisa menahan isakan isakan ingin keluar.

Pertama kalinya Lila bertengkar hebat dengan orang, apalagi orang itu terkenal baru dalam hidupnya. Lila selalu mengalah kepada siapapun orang yang berdebat dengannya, tetapi untuk pertama kalinya dia dengan berani menyampaikan argumen argumen yang hanya dipendam dalam benaknya. Lila kembali menatap Samuel sedang menstabilkan emosinya, dalam hati Lila bertanya apakah perdebatan mereka akan tetap berlanjut. Lila tak cukup siap, tetapi dia akan tetap egois. 

"Kalo lima sampai tujuh bulan gue tetep nggak bisa Lil, orang tua gue bakalan ngomong apa tentang kita?" pertanyaan yang seharusnya Samuel pikirkan sejak mereka menikah pertama kali.

"Aku udah ngomong, kalo kak Samuel nggak bisa aku bakalan pergi dari sini seperti yang kak Samuel janjiin kemarin."

Terdengar bagaimana helaan frustasi dari Samuel, Lila mengabaikannya. Dia melangkahkan kakinya pergi tanpa pamit menuju kamarnya, Lila tidak mau memperpanjang berdebatan. Jika Samuel masih tetap tidak menyetujui keputusan Lila, sisa keputusan ditangan Lila bahwa dia akan meninggalkan paksa Samuel tanpa memikirkan keadaan pria itu sekalipun.

***

Pria itu menghisap rokoknya dengan gerakan frustasi. Duduk di luar sembari menikmati suasana gedung gedung tinggi berada di Jakarta begitu menyejukkan ditambah Angin malam menghilangkan keringat keringat akibat pekerjaannya tadi. Malam yang buruk bagi seorang Ceo Samuel terlihat bagaimana cara pandangannya yang lurus kedepan tanpa mempunyai niat untuk meminum teh yang dibuatnya tadi. Teh itu terlanjur dingin seperti suasana malam hari ini, begitu pula dengan hatinya. Kacau balau. Samuel membuang putung rokok yang sudah mengecil ke sepuluh kalinya, dia berjanji ini yang terakhir.

Dua perempuan yang berhasil membuat pikirannya terguncang karena tekanan tekanan mereka menginginkan perihal status. Begitu hebatnya mereka, sampai pekerjaannya saja kalah. Samuel mengakui untuk pertama kalinya bahwa Samuel salah atas masalah ini, yang kedua dia salah memilih untuk menjadikan istri Lila. Dia hanya menuruti perintah nenek nya tanpa tahu bahwa Lila korban dari orang tuanya. Samuel kira dari awal bahwa Lila menerimanya tanpa paksaan dari orang tuanya. Gadis itu juga sama sama disakiti oleh orang tuanya, ditambah ia mempersulit keadaan gadis itu.

Permintaan Lila juga cukup berat agar pernikahan mereka bertahan hanya sampai tujuh bulan. Waktu yang sangat cepat bahkan keberanian sampai tujuh bulan kedepan menurutnya belum terkumpul. Andai saja Samuel berani mengungkapkan keiinginan untuk menikahi Anne kepada orang tua mereka, mungkin masalah tidak bertambah pelik. Apalagi kesalahan bertambah karena menikahi orang yang sama sekali tidak dikenalinya.

Samuel menghela nafasnya entah ke berapa kalinya. Kata andai dalam pikirannya angan angan yang besar namun susah untuk dia wujudkan. Samuel menyalahkan dirinya kembali karena menambah beban sakit hati kepada seorang wanita selain Anne. Kali ini Samuel akan cukup sulit untuk meminta maaf kepada gadis itu, bahkan permintaan maaf saja akan tetap kurang seumur hidupnya. Dia akan selalu menyalahkan dirinya karena tidak mampu menghadapi situasi yang melibatkan banyak orang. Samuel sadar dan membenarkan perkataan Lila bahwa dirinya egois.

"Sam, are you okay? Gue cari lu dimana mana cuman nggak ada, lu butuh minum kan sekarang gue temenin?" tanya seseorang yang mendekati dirinya.

Mungkin dengan minum akan merasa dia lebih baik.

***

Terdengar bagaimana ributnya diluar kamar Lila. Tetapi lagi dan lagi dia berusaha tidak peduli kepada sang pria. Lila masih mempertahankan egonya agar tidak mengkhawatirkan keadaan seseorang diluar kamarnya walaupun ia yakini malam ini apartemen yang dia tinggali kacau balau. Keributan yang terjadi diantara mereka cukup membuat Lila terguncang dan sedikit menorehkan luka besar dihatinya, dia merasa tidak dapat keadilan. Dijadikan sebuah benteng agar hubungan gelap mereka tetap terjalin apakah tidak sakit?

Berprinsip di pagi harinya tidak ada apa apa diantara mereka, bahkan status istri sekarang. Lila membangunkan badannya secara paksa, ia sudah lelah menangisi seharian bagaimana nasib kedepannya. Berjalan kedepan kaca kamarnya dan memperhatikan dirinya sendiri tanpa ada ekspresi sama sekali. Keputusan yang terbaik saat ini adalah menjalani seperti biasanya tanpa ada pertengkaran pertengkaran besar seperti tadi, Lila akan mengalah untuk menutupi hubungan mereka. Lila juga berpikir, mungkin ini adalah karma ayahnya.

Sungguh Lila sangat keberatan dengan keputusan yang dia buat sendiri, tetapi lagi lagi teringat bahwa dia juga tidak mempunyai pilihan walaupun pilihan akan tetap dimenangkan olehnya. Bertahan selama enam bulan itu tidak lama, Lila menyakinkan dirinya sendiri. Sanggup tidak sanggup dia harus bertahan. Lila teringat bagaimana pengorbanan ibunya, tidak jauh dengan apa yang terjadi kepadanya. Dia harus sama sama kuat seperti ibunya.

"Bun, Lila nggak kuat," ucapnya menatap dirinya sendiri didepan kaca seolah olah berbicara kepada ibunya sendiri.

Lila mencoba membuka kamar pintunya untuk sekedar melihat bagaimana hancurnya apartemen malam ini. Dia menghembuskan nafasnya melihat beberapa gelas dan botol minuman yang tidak disentuh itu berceceran di lantai. Lila juga melihat seseorang seperti paus terdampar di lantai dengan meringkuk tak jelas kadang kala beragumen merindukan seseorang. Gerakan perlahan Lila mendekati orang itu, Samuel Atlanta Hayden.

"Kak Sam?" tanyanya sembari menyadarkan orang itu, raut wajahnya benar benar datar tanpa ekspresi padahal dia khawatir dengan kondisi Samuel.

"Lila, gue pulang ya. Kayaknya Sam udah mulai gila sekarang." Lila memperhatikan seseorang berpamitan dengan dirinya, Lila menautkan alisnya bingung. Dia sama sekali tidak mengenali orang itu siapa tetapi sudah membuat mereka seolah olah dekat. Lila hanya merespon anggukan saja.

Lila kembali memperhatikan Samuel masih meringkuk diatas lantai dengan memeluk botol wine miliknya. Gadis itu menahan tawanya yang hampir menyembur dihadapan Samuel, Lila baru saja melupakan kilasan kejadian pertengkaran mereka. Walaupun tawanya hampir keluar alih alih Lila sedikit menyingkirkan beberapa pecahan beling entah siapa yang memecahkannya dari jangkauan tubuh Samuel. Lila hanya takut jika membangunkan Samuel, pria itu akan terkena pecahan beling apalagi tingkah pria itu sekarang diluar dugaan Lila.

"Lila lu disini ya? Gue udah berapa lama tidur disini?" ucap Samuel sudah tersadar penuh, bahkan dia menatap Lila begitu jelasnya ketika Lila mengambil beberapa pecahan kaca.

Lila memperhatikan raut wajah Samuel. Lelah dan frustasi, sangat cocok menggambarkan keadaan pria itu. Magnolia Kenina menundukan kepalanya merasa bersalah karena telah menyudutkan Samuel, padahal dia tahu bahwa masalah Samuel tidak hanya tentang dirinya. Lila mengakui bahwa dirinya malu sudah membongkar bagaimana isi hatinya, dia keterlaluan didepan suaminya sendiri padahal ibunya selalu mengajarkan untuk selalu menghormati suaminya. Lila meneguk ludahnya begitu kasar, sifat perasanya melawan semua isi pikiran yang tidak mau memaafkan Samuel mulai hari ini.

"Lila, gue bener bener minta maaf atas kejadian yang lu terima sekarang. Jujur, gue nggak tahu gimana keadaan keluarga lu ataupun lu sendiri. Gue nggak tahu mau balas apalagi kesalahan fatal yang gue perbuat." Ungkapan dari Samuel itu membuat Lila mengalihkan atensinya.

"Gue berharap buat terima keadaan ini untuk satu tahun kedepan, cuman setahun lil itu nggak akan lama. Waktu tujuh bulan buat gue itu terlalu cepat jadi gue mohon sama lu sekarang," pinta Samuel kembali dengan wajah super memohonnya.

Untuk kali ini, untuk kali ini Magnolia Kenina kalah lagi. Dia sama sekali tidak bisa mempertahankan keinginannya sendiri. Lila berpikir bahwa dia bukanlah orang yang cocok untuk bersifat egois kepada siapapun. Kebahagiaannya harus selalu dia urungkan sejak dulu dan terakhir takdirnya harus selalu mengalah kepada siapapun. Lila tahu pada akhirnya dia akan menyampingkan kebahagiaan seseorang tanpa melihat dirinya. Kata kata bahagia dalam versi Magnolia Kenina ini apa? Tidak ada dari dulu. Dia hanya manusia lemah tanpa daya dihadapan semua orang yang berhasil memojokkannya, bukan orang tetapi hatinya sendiri.

"Fine. Termasuk aku pacaran sama orang lain itu hak aku kan? Kita nggak boleh berhubungan badan juga itu udah termasuk hak aku yang mengaturnya, iyakan?" Hak hak egois yang ia tanyakan apakah Samuel mampu menjawabnya, walaupun Lila sendiri tidak akan tega melakukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status