Share

Tolong, Cintai Aku!
Tolong, Cintai Aku!
Author: Hellowol_

PROLOG

Author: Hellowol_
last update Last Updated: 2025-01-23 16:05:33

“Apa hanya dengan kematianku baru Kakak bisa mencintaiku?”

Athena berdiri di depan Atlantis, air mata mengalir deras membasahi pipinya. Suaranya lemah, penuh dengan rasa sakit dan keputusasaan. Sementara Atlantis Pranadipta, pria yang ia cintai, hanya bergeming menatap ke arah lain, hatinya tampak tak tersentuh oleh kata-kata dan tangisan Athena.

“Ternyata pernikahan tidak berhasil membuat perasaanmu berubah,” suara Athena tercekat, “padahal aku sudah mati-matian berusaha, mengerahkan segala tenaga dan upaya, bahkan sampai mengemis hanya demi mendapat perhatian darimu.”

Mengambil napas dalam-dalam, Athena menatap Atlantis sekali lagi. “Kalau seperti ini akhirnya, aku bisa apa selain menyerah? Ternyata menjadi orang bodoh itu sangat melelahkan ...”

Atlantis tetap diam. Tak ada rasa iba, tak pula simpati. Yang terlihat hanya kekosongan.

“Sekarang kukabulkan keinginan Kakak. Satu detik setelah aku meninggalkan rumah ini, kita benar-benar berpisah. Perceraian yang Kakak tunggu-tunggu, terucap langsung dari bibirku ...”

Baru kali ini Atlantis membalas tatapan Athena. Matanya terbuka lebar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Aku melepasmu,” kata Athena dengan suara lirih. “Walaupun hanya sesaat, aku bahagia pernah menjadi istrimu, Kak. Terima kasih untuk segalanya. Mari kita anggap tak pernah bertemu lagi, baik setelah ini maupun di kehidupan berikutnya ...”

Lalu Athena berbalik dan melangkah pergi. Dia meninggalkan rumah itu, meninggalkan Atlantis, serta meninggalkan kehidupan mereka yang penuh dengan kepahitan.

Segala sesuatu yang dipaksakan pasti akan berakhir tidak baik. Dulu Athena berpikir terlalu sederhana, baginya yang penting bisa mendapatkan Atlantis maka itu sudah cukup. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata ia lebih serakah dari yang dikira. Dia juga menginginkan cinta pria itu, bukan hanya sebatas memiliki raganya saja.

Ending pernikahan yang semula diharapkan bahagia, justru berakhir seperti ini. Athena tak pernah membayangkan nasibnya akan semenyedihkan ini. Seolah Tuhan tidak menyayanginya, karena tak pernah ada kebahagiaan yang datang dalam hidupnya.

Angin malam bertiup kencang, membuat dedaunan bergoyang, beberapa di antaranya jatuh dan beterbangan. Athena mengemudikan mobil dengan kecepatan rata-rata, melewati jalanan yang kini mulai lengang, karena jam menunjukkan tengah malam.

Sesekali, Athena mengusap pipinya yang basah, namun ia belum menemukan cara untuk menghentikan tangisannya. Dadanya terasa sesak, sakit, dan seolah tak mampu bergerak. Kepergiannya membuat Atlantis tetap diam. Jangankan mencoba mengejar, untuk menahan pun ia tak berusaha. Itu sudah cukup menjadi bukti bahwa Athena tak pernah memiliki tempat dalam hidup pria itu.

Bagaimana bisa ada seseorang yang memiliki hati batu? Tak luluh padahal sudah diberi cinta yang besar, tak mau melirik walau sudah menerima perhatian yang besar, dan masih terus menyimpan nama wanita lain di hatinya sekalipun telah terikat dengan Athena ...

Definisi kejam ada pada seorang Atlantis Pranadipta. Antagonis sesungguhnya adalah pria itu, bukan Athena.

Sudah jauh jarak yang ditempuh, tetapi Athena belum menemukan tempat tujuan. Dia tak punya sandaran, tak punya tempat berpulang untuk berkeluh-kesah, dan bercerita masalah. Keluarganya tak benar-benar seperti keluarga. Sedari dulu Athena dianggap transparan—ada, tetapi seolah tak ada—bahkan sering dianggap tak begitu berharga.

Sekarang harus ke mana ia membawa dirinya yang hancur berantakan ini? Athena pun tak tahu.

Tetes demi tetes air hujan mulai turun membasahi bumi. Yang awalnya berupa rintik, perlahan-lahan menjadi deras. Aspal mulai basah, jarak pandang pun terbatas.

Athena mulai kesulitan mengemudi, tetapi tak sedikit pun mengurangi kecepatan. Tepatnya ketika menuruni jembatan, mobil yang dibawanya kehilangan keseimbangan. Jalanan yang licin membuat Athena menerobos perempatan, padahal saat itu traffic light menunjukkan warna merah.

Tiba-tiba sebuah truk kontainer muncul dari arah samping. Athena mencoba untuk menghindar, tetapi mobilnya terlanjur di luar kendali. Tabrakan pun terjadi. Di kesunyian malam, kedua benda itu saling menghantam. Ada suara benturan keras yang memekakkan, dan kemudian ... berakhir keheningan.

Di dalam mobil yang hancur, Athena terbaring tak berdaya dengan sekujur tubuh penuh darah dan luka. Dia memutar kembali memori-memori paling indah dalam hidupnya, lalu tersenyum miris. Baru sekarang ia menyadari bahwa tidak banyak momen seperti itu terjadi, karena lebih banyak kekecewaan yang diterimanya.

Sebelum memejamkan mata untuk selamanya, Athena berharap ia tak pernah lahir ke dunia. Tak pernah jadi anak dari kedua orang tuanya, tak memiliki kembaran seperti Artemis, bahkan tak mengenal seorang pria yang bernama ... Atlantis Pranadipta.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 40 : Serba Salah

    Hari ini tepat satu bulan sejak film Dua Sisi tayang di bioskop. Seperti yang sempat diprediksi Mahesa, film kami mendapat respons positif. Hingga kini, Dua Sisi masih bertahan di jajaran film populer dengan penjualan tiket yang terus melesat.Kesuksesan itu juga membawa dampak besar bagiku. Nama Thena kini mulai dikenal, dan akun Instagram yang dulu kubuat atas saran Sherina telah mencapai seratus ribu pengikut. Sebagian besar memuji aktingku yang, menurut mereka, berhasil menggugah emosi penonton. Sebagian lagi terpukau oleh visualku yang dianggap pas memerankan sosok pelakor berkedok perempuan muslimah.Tak hanya tawaran endorse dan iklan yang berdatangan, tetapi juga beberapa proyek film baru. Namun, aku masih mempertimbangkannya. Setelah menikah dengan Atlantis, fokusku belum sepenuhnya pada karier. Saat ini, aku lebih sibuk beradaptasi dengan peran baruku sebagai istri.Bukan berarti aku mengesampingkan dunia akting setelah berhasil menikahi Atlantis. Hanya saja, ada prioritas y

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 39 : Mulai Tinggal Bersama

    Mobilku berhenti tepat di depan rumah Atlantis. Setelah mengeluarkan barang bawaan dari bagasi bersama Mbak Hera, aku terdiam sejenak, menatap fasad rumah yang kini menjadi tempat tinggalku. Ada perasaan senang yang sulit diungkapkan, terlebih saat menyadari bahwa apa yang dulu hanya angan kini telah menjadi kenyataan. Aku berhasil pindah ke sini—sebagai nyonya rumah ini.“Mbak,” gumamku tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian. “Mulai sekarang, aku akan lebih bahagia lagi. Aku janji.”“Tentu saja harus! Aku merestui pernikahanmu bukan untuk melihatmu makin bersedih. Meskipun semuanya terjadi karena keterpaksaan satu pihak, tapi aku berharap kau benar-benar bahagia, Thena.”Tanpa berkata lagi, aku dan Mbak Hera mulai menggiring koper menuju teras rumah. Saat semua barang telah tertata rapi di depan pintu, Mbak Hera menatapku dalam sebelum akhirnya berpamitan. Dia menarikku ke dalam pelukannya, menepuk pundakku dengan lembut seakan ingin meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri.“Kau tahu,

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 38 : Malam Pertama yang Dingin

    Kamarku dan Atlantis diatur sedemikian rupa agar terasa romantis dan intim, sebagaimana layaknya kamar pengantin baru. Namun, ironi tak bisa dihindari—sebab satu-satunya yang tidak seperti pengantin baru adalah kami berdua. Sejak memasuki kamar hingga sekarang, Atlantis sama sekali tidak mengajakku bicara. Jangankan berbincang, melirik pun dia enggan. Dia hanya menjalani rutinitasnya: mandi, berganti pakaian, lalu berbaring dengan punggung menghadapku.Suasana di dalam sini terasa begitu dingin, sepi, dan penuh jarak. Tapi bodohnya aku—meskipun diabaikan, jantungku tetap berdebar kencang. Ini pertama kalinya aku berada di ruang tertutup hanya berdua dengannya, dengan pria yang kini sah menjadi suamiku. Fakta bahwa malam ini seharusnya menjadi malam pertama kami terus mengusik pikiranku.Setelah melepas gaun dan menghapus riasan, aku memanjakan diri dengan berendam di air hangat. Aroma terapi dan kelopak mawar memenuhi bathtub—seharusnya ini menjadi momen yang kubagi dengannya. Namun,

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 37 : Pernikahan; Awal Dari Segalanya

    Satu jam sebelum pemberkatan pernikahanku, suara gaduh terdengar dari luar kamar hotel. Aku yang baru saja selesai berfoto bersama Mbak Hera langsung berdiri dan berjalan keluar untuk memeriksa apa yang terjadi.“Ini semua karena Papa! Kalau saja Papa nggak menyetujui permintaan gila Athena, pernikahan ini nggak akan pernah terjadi, dan Artemis tidak akan terluka seperti ini!” suara Mama terdengar tajam, penuh emosi. Dalam pelukannya, Artemis terisak tanpa henti. “Papa tahu sendiri Artemis mencintai Atlantis, dan Atlantis juga mencintainya. Athena hanyalah orang ketiga dalam hubungan mereka!”“Ma, ini semua demi kebaikan Artemis juga.” Papa menghela napas berat, berusaha menenangkan suasana dengan suara yang lebih rendah. “Papa tidak ingin melihatnya terus menangis karena Athena. Lagi pula …” Tatapannya melembut, seolah ingin meyakinkan Mama, “Keluarga Atlantis sedang menghadapi masalah besar. Jika Artemis menikah dengannya, dia juga akan ikut menanggung beban itu.”“Lalu apa bedanya

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 36 : Cincin Keluarga

    Aku akan menikah. Setiap kali memikirkannya, jantungku berdebar kencang, dan perasaan bahagia menguasaiku. Terlebih lagi, pria yang akan menjadi suamiku adalah Atlantis Pranadipta. Hidupku yang sebelumnya terasa hambar kini penuh warna. Dia adalah harapan baruku, dan di benakku sudah tersusun banyak rencana setelah kami menikah.Aku bersumpah akan memperlakukannya dengan sebaik mungkin, mencintai dan melayaninya dengan sepenuh hati.Meski pernikahan ini bukan atas keinginannya, sebagai bentuk terima kasih, aku akan menunjukkan kasih sayangku setiap hari—setiap jam, menit, bahkan detik. Kuharap, perlahan hatinya yang sekeras batu bisa luluh setelah melihat usahaku yang tulus.Malam itu, di dalam kamar, aku berdiri di depan cermin, menatap bayanganku sendiri. Gaun tidur satin yang kupakai terasa lembut di kulit, tetapi pikiranku jauh lebih gaduh dari yang seharusnya. Aku menghela napas, mencoba menenangkan diri. Esok adalah salah satu hari yang paling kutunggu—fitting gaun sekaligus per

  • Tolong, Cintai Aku!   BAB 35 : Perjodohan

    Begitu aku dan orang tuaku tiba di restoran yang telah mereka pesan, kedua orang tua Atlantis yang sudah lebih dulu datang, segera berdiri menyambut kami. Senyum merekah di wajah mereka saat pandangan kami bertemu. Tanpa ragu, aku mempercepat langkah, menyalami mereka satu per satu, lalu memeluk Mama Atlantis dengan erat.“Om, Tante, apa kabar?” tanyaku setelah melepaskan pelukan.“Sangat baik. Bagaimana denganmu, Thena?” Mama Atlantis balik bertanya.“Tak pernah sebaik malam ini. Aku senang bisa bertemu kalian lagi,” jawabku tulus.“Kami juga,” sahut Papa Atlantis. “Terima kasih banyak sudah mengundang kami malam ini.”Beliau terlihat jauh lebih sehat sekarang, tidak seperti terakhir kali di rumah sakit—wajahnya tidak lagi pucat dan tampak lebih bertenaga.“Sama-sama, Om.”Kemudian Mama dan Papa menyalami mereka. Dalam pertemuan ini, jelas sekali aku yang paling antusias, sementara Papa dan Mama tampak biasa saja. Seolah-olah mereka tidak sedang bertemu calon rekan bisnis, apalagi ca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status