Share

Chapter 05

Author: Rose Dreamers
last update Last Updated: 2022-03-26 15:26:54

Farhan tertawa ringan, dia benar-benar pintar menyembunyikan kebohongannya di balik sikap yang tenang dan tutur lembutnya. Dia menghela napas panjang sesaat sebelum menjawab rasa penasaran yang menyelimuti hati Rania.

Kedua tangan Farhan mencengkeram bahu Rania tanpa menyakitinya. Matanya yang teduh menatap dalam-dalam wajah sang istri hingga perlahan membuat wanita itu sedikit melemah.

"Seharusnya kau tanyakan langsung kepadaku malam itu juga agar tidak terjadi kesalahpahaman," ucap Farhan.

Kedua alis Rania mengernyit dalam, berusaha mencerna maksud perkataan suaminya.

"Apa maksudmu?"

Farhan kembali menghela napas panjang. "Kau salah paham, Rania," katanya. Seulas senyum manis menggoda terukir di sudut bibir Farhan sebelum melanjutkan perkataannya. "Semalam aku berbicara dengan Nara di telepon, dia bilang sangat merindukanku. Kau tahu kan kalau anak itu dekat sekali denganku, dan kita juga sudah lama tidak menemuinya."

Ah, ya, Nara. Rania lupa bahwa suaminya itu memiliki keponakan yang masih kecil dan anak itu sangat manja sekali kepada Farhan. Tidak menutup kemungkinan semalam Farhan benar-benar sedang berbicara dengan gadis kecil itu karena Nara memang selalu menghubungi Farhan dan Rania sebelum tidur, tetapi dia malah mencurigainya berselingkuh.

Farhan melepaskan cengkeraman tangannya dari bahu Rania lalu merogoh ponsel di dalam saku celananya.

"Kalau kau tidak percaya, kau boleh lihat history panggilan di ponselku. Bila masih tak percaya, periksa saja semuanya. Aku tidak merasa keberatan asal kau tidak berpikir buruk lagi tentang aku." Farhan menunjukkan ponselnya kepada Rania yang membuat wanita itu langsung mengejapkan mata.

Rasa tak percaya Farhan benar-benar memberikan ponselnya untuk diperiksa. Rania pun langsung mengambil benda pipih itu dan melihat isi di dalamnya. Rania tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di sana. Namun, entah kenapa dia masih merasa ragu.

Rania mengembalikan benda pipih itu kepada pemiliknya. Dia masih menunjukkan raut wajah masam meski sudah mengetahui bahwa tuduhannya salah.

"Tapi kenapa kau pergi ke hotel kemarin? Kau juga terlihat sangat dekat dengan sekretarismu itu." Rania mengungkapkan isi pikirannya yang masih mengganjal.

"Sudah kukatakan, aku akan menemui klien. Klienku mendadak meminta aku menemuinya untuk menandatangani kontrak kerja karena dia akan kembali ke negaranya besok." Dengan sabar Farhan menjelaskan semuanya kepada Rania agar istrinya itu tidak lagi berpikir buruk tentangnya.

"Mengenai Dinar, aku tidak memiliki hubungan apa pun selain pekerjaan," tegasnya sambil menatap serius ke arah Rania.

Farhan diam sejenak sambil memerhatikan perubahan ekspresi wajah Rania.

"Ada hal lain lagi yang ingin kau tanyakan? Katakan sekarang juga jika itu bisa membuat perasaanmu tenang," tutur Farhan lembut.

Hati Rania melemah, keraguannya perlahan sirna.

"Kau yakin tidak memiliki hubungan khusus dengan wanita itu?" Rania ingin memastikan kembali.

"Hm." Farhan mengangguk. "Aku benar-benar menganggapnya karyawanku, tak lebih dari itu," ujar Farhan. "Jika kau merasa tidak nyaman Dinar jadi sekretarisku, aku bersedia memindahkannya ke departemen lain. Hanya saja, sejauh ini dia satu-satunya sekretaris yang kompeten dalam bekerja, tapi demimu aku tidak masalah merekrut sekretaris lain."

Entah kenapa? Rania justru malah merasa bersalah mendengar perkataan Farhan seperti itu. Farhan bahkan bersedia melakukan apa pun permintaannya termasuk mengganti sekretaris demi membuatnya merasa nyaman.

Namun, sesungguhnya bukan seperti itu yang dia inginkan. Farhan tidak perlu mengganti sekretaris jika memang wanita itu bekerja sangat baik asalkan mereka tidak bermain-main di belakangnya.

"Bukan seperti itu maksudku," lirih Rania. Pandangannya tertunduk sesaat, lalu kembali menatap Farhan dengan sorot berkaca-kaca.

"Kau tidak perlu mengganti sekretaris jika memang pekerjaannya bagus dan bisa diandalkan." Rania menjeda perkataannya sejenak, "Yang terpenting, kau benar-benar tidak ada main dengannya di belakangku."

Farhan tersenyum tipis, lalu menarik tubuh Rania ke dalam dekapannya. Dia usap puncak kepala istrinya itu dengan lembut.

Lega raha hati Farhan begitu dia berhasil meluluhkan hati Rania, kembali membuat sang istri memercayainya. Dia semakin mengeratkan dekapannya seolah tak ingin kehilangan, padahal sebenarnya Farhan sedang bersyukur karena kebohongannya tak jadi terbongkar.

"Kau tidak akan mengkhianatiku kan?" tanya Rania masih dalam dekapan Farhan.

"Tidak akan pernah," jawab Farhan. "Rania, aku mencintaimu," sambungnya lagi sambil mengecup kening Rania cukup lama.

Setelah itu, Farhan merenggangkan tubuhnya dari Rania, menatap wajah cantik nan polos itu dalam-dalam.

"Semalam aku sudah membuat janji dengan Nara, kita akan pergi menemuinya sore nanti. Apa kau ingin ikut?" tanya Farhan sebagai pengalihan pembicaraan.

Pria itu amat sangat bersyukur memiliki keponakan seperti Nara yang sangat dekat dengannya. Secara tidak langsung, gadis kecil itu sudah membantunya dalam menutupi kebohongan yang dia buat kepada Rania.

"Benarkah? Ah, aku juga sudah sangat merindukan anak itu," sahut Rania. Senyum di bibirnya merekah begitu manis.

"Baiklah, nanti sepulang dari kantor aku akan langsung menjemputmu." Farhan mengangkat tangan kiri dan menyingkapkan sedikit lengan kemejanya untuk melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekarang sudah siang, aku harus segera ke kantor," katanya sambil mendaratkan kembali bibirnya di kening Rania.

Tanpa merasa curiga, Rania menganggukkan kepala mengizinkan Farhan pergi ke kantor. Dia bahkan mengantar suaminya hingga ke depan rumah.

Farhan menghela napas panjang saat dia sudah ada di dalam mobil. Dia tersenyum kepada Rania yang masih berdiri di depan pintu sambil melihat ke arahnya. Setelah itu, Farhan langsung melajukan mobilnya memnelah jalanan dengan kecepatan sedang.

Setelah berada cukup jauh dari rumahnya, Farhan mengeluarkan ponsel kedua miliknya yang tidak diketahui oleh Rania. Ponsel itu khusus dia gunakan untuk berkomunikasi dengan Dinar, kekasihnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 92

    Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 91

    Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 90

    Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 89

    Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 88

    Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 87

    Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status