Share

9. Tidak Mudah

Semua masalah yang terjadi pagi ini telah teratasi dengan baik. Lidia dan Kira pun telah selesai memakan sandwich yang telah Lidia beli tadi pagi untuk sarapan. Dari keseluruhan penyelesaiannya, Lidia hanya membuat satu kesalahan saja. Ia lupa untuk meminta rok ganti yang sedikit lebih panjang agar lututnya yang telah dibalut plester luka tersebut dapat tertutupi.

“Terlihat aneh, ya?” tanya Lidia pada Kira sambil menunjukkan penampilannya saat ini.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari pakaiannya saat ini, hanya saja bekas luka yang terbalut plester itu terlihat sedikit mencolok dan sedikit mengenaskan.

“Tidak terlalu, kok.. Kamu terlihat sangat hebat, hanya..” jelas Kira menggantung dengan senyum yang dipaksakan.

Lidia hanya menatap sekretaris mudanya tersebut dengan tatapan yang sangat datar. Karena sebenarnya ia telah tahu jawaban dari pertanyaannya tadi dengan sangat jelas. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaannya tidak akan bisa tiba-tiba selesai sendiri meskipun ia terluka parah.

“Sudah cukup bincang-bincangnya. Karena jam masuk kantor sudah lewat sejak beberapa menit yang lalu, mari mulai pekerjaan kita saja. Aku yakin semua orang yang bekerja di kantor ini sudah menempati tempatnya masing-masing saat ini,” ajak Lidia dengan nada dan raut penuh semangat.

“Baik, Bu CEO muda..” jawab Kira sambil membungkukkan badannya lalu membukakan pintu ruangan untuk mempersilahkan agar Lidia keluar terlebih dahulu.

Lidia menatap sekretarisnya tersebut sambil membuang napas jengah. Ia benar-benar tidak nyaman dipanggil Ibu oleh wanita tersebut.

Lidia berjalan diiringi oleh sekretarisnya untuk segera memulai pekerjaannya. Ia memperhatikan semua daftar departemen yang harus ia datangi untuk evaluasi. Dari para direktur-direktur, hingga ke kelompok-kelompok kecil di bagian divisi. Kemarin Lidia sudah sempat membaca semua berkas laporan-laporan perusahaan selama beberapa tahun terakhir. Untuk kali ini, ia akan memeriksa langsung kinerja semua orang, serta menjelaskan secara langsung apa-apa saja yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan.

Hal pertama yang akan ia tangani adalah di bagian keuangan. Bagian yang di pegang oleh diektur yang kemarin sempat meremehkan kemampuan Lidia, serta meragukan rencananya hanya karena usia Lidia yang masih sangat muda.

Sebenarnya, Lidia bisa saja menyuruh semua orang yang ada di perusahaan ini menuju ke ruangannya, tanpa ia harus berkeliling sendiri seperti ini, karena memang ia memiliki wewenang mutlak untuk melakukannya. Namun, Lidia merasa bahwa dirinya mampu untuk melakukannya sendiri, juga ia ingin sekalian melakukan pendekatan dengan perusahaan. Alhasil, ia mengambil keputusan ini.

“Ini ruangannya,” ujar Kira sambil menunjukkan ruangan khusus direktur keuangan perusahaan ini.

Lidia pun mengangguk lalu mengetuk pintu ruangan tersebut dan segera masuk setelahnya.

“Selamat pagi, Pak Zein..” sapa Lidia sambil menundukkan badannya sedikit.

Beberapa orang yang berada di ruangan tersebut pun lansung berdiri menyambut kedatangan Lidia. Tak terkecuali pak Zein dengan raut muka tak nyamannya.

“Saya tidak akan banyak basa-basi. Jadi, langsung saja ya.”

Setelah itu, Lidia pun langsung mengerjakan semua yang telah ia rencanakan dari sebelumnya. Dari memeriksa beberapa berkas tiga tahun terakhir, cara kerja manajer, dan lain-lain. Ia benar-benar serius untuk memajukan perusahaannya ini.

Setelah selesai memeriksa dan mengevaluasi bagian keuangan ini, Lidia pun langsung meminta semua orang yang bekerja di bagian ini untuk berkumpul dan menjelaskan strategi baru serta metode-metode yang harus di ganti atau perlu dimaksimalkan. Ia benar-benar menjelaskannya dengan sangat detail dan baik dengan bahasa yang mudah dimengerti untuk semua orang.

“Kau benar-benar yakin akan membuat perubahan sebesar ini?” tanya pak Beni, masih dengan nada tak sukanya.

“Sangat yakin,” jawab Lidia tegas.

“Selama ini kami bisa bertahan dengan strategi dan metode lama, apakah harus tiba-tiba mencoba hal yang sedikit berbeda seperti ini?”

“Harus kita coba. Selama ini meski bisa bertahan, kulihat kalian mengeluarkan power yang terlalu besar yang bahkan itu tidak perlu dilakukan. Akan tetapi, sebenarnya kita bisa mengurangi sedikit tenaga dan pengeluaran tanpa harus rugi sedikitpun. Bahkan mungkin akan bisa lebih menguntungkan,” jelas Lidia.

“Tapi kau kan belum pernah mencobanya juga. Jangan sampai kau jadikan perusahaan ini sebagai kelinci percobaanmu.”

“Tidak akan ada ruginya kita mencoba semua ini. Aku pun telah memastikannya. Dan kau tidak perlu khawatir, aku sama sekali tidak berminat untuk menjadikan perusahaan ini sebagai kelinci percobaan. Mendapatkan semua ini saja aku telah mempertaruhkan segalanya,” ujar Lidia dengan seringai di wajahnya.

“Tapi sepertinya kau malah dipermudah. Semua yang dimiliki orangtuamu bisa langsung berada di tanganmu kan, setelah mereka tiada?”

Setelah kalimat tersebut terucap dari bibir orang yang menjabat sebagai direktur keuangan perusahaan itu, seisi ruangan mendadak jadi hening. Semua orang entah mengapa ikut tertohok dengan perkataannya. Semua orang beralih menatap Lidia untuk melihat respon seperti apa yang akan diberikannya. Namun, yang mereka lihat adalah Lidia yang hanya tersenyum tipis sambil mengangkat salah satu alisnya menatap pak Beni.

Kira yang mendengar hal tersebut pun murka, karena pembahasan yang diucapkan Pak Zein tersebut sudah keterlaluan, bahkan keluar jauh dari konteks yang sedang dibahas.

“Pak Zein! Sepertinya kalimat anda sudah sangat melampaui batas,” ujar Kira memperingatkan.

Lidia pun hanya mengangkat tangannya untuk menghentikan amarah Kira. Ia menganggukkan kepalanya, menunjukkan bahwa dirinya tidak apa-apa.

“Benar, aku memang sedikit dipermudah. Ya, meskipun sedikit sekali. Tapi jangan khawatir, meskipun mendapatkannya sedikit sekali dipermudah seperti yang kau maksud itu, apapun yang terjadi, aku akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini,” jelas Lidia penuh keyakinan.

Belum sempat seorangpun mejawab atau menanggapi perkataannya barusan, Lidia pun segera menutup rapat yang telah berlangung dari tadi pagi hingga siang hari ini.

“Saya rasa cukup untuk pembahasan hari ini. Kapanpun, jika ada yang dirasa tidak cocok atau kurang dimengerti, bisa langsung menemui saya. Atau mungkin memiliki kritik dan saran yang bisa bermanfaat untuk memajukan perusahaan ini, pintu ruangan saya selalu terbuka lebar setiap saat. Terima kasih, Selamat Siang.”

“Siang..” jawab semua orang dalam ruangan tersebut.

Lidia keluar diikuti oleh sekretarisnya seperti biasa. Kira, yang sedari tadi menahan emosinya karena perkataan direktur keuangan yang sudah keterlaluan itu, berjalan sedikit lebih cepat agar dapat berdampingan dengan Lidia.

“Setidaknya kamu harus memperingatkannya tadi, jika tidak, dia akan mengulanginya saat memiliki kesempatan. Benar-benar keterlaluan,” ungkap Kira sambil mendengus kesal.

“Hei, tenanglah.. Aku baik-baik saja. Menurutku pak Zein hanya butuh pembuktian dari kemampuanku. Sepertinya dia memang masih meragukanku,” jelas Lidia santai.

“Tapi kan...”

Brukk..

Belum sempat Kira menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba seorang pria tidak sengaja menabrak bahu Lidia hingga membuatnya hampir saja terjatuh.

Lidia memandang wajah pria tersebut, matanya pun langsung terbelalak mengetahui siapa ternyata pria ceroboh yang telah menabrak bahunya barusan.

“Gio?..”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status