Share

114. Pitaloka

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-07-30 22:54:31

Satu Minggu menjadi hari damai untuk Rimbi karena laki-laki itu sudah tidak lagi datang ke rumahnya, tidak menghubunginya juga tidak muncul di toko bunga miliknya, dengan itu Rimbi sedikit menaruh harapan juga sedikit kepercayaan pada Yukine karena telah membuat satu minggunya menjadi damai tanpa adanya laki-laki itu yang selalu menjadi momok di dalam kehidupannya.

Padahal bukan kedamaian sejati yang terjadi karena Yukine belum sempat melakukan apapun pada monyet bekantan itu karena laki-laki itu terus mengurung dirinya di rumah karena perampokan tempo hari kemudian selanjutnya Haura membuat keributan besar pada keluarga itu.

Yukine tidak melihatnya langsung karena sedang sibuk dengan kuliahnya dan hanya mendengarkan cerita dari Geum bagaimana ibu kandungnya membuat perhitungan pada satu keluarga itu. Jika hanya mulut Haura yang marah mungkin itu tidak begitu berpengaruh namun mereka merasa tertekan ketika semua fasilitas dan sokongan dana dari Haura di tarik keseluruhan itu sangat be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   116. Dimana Peony

    "Kamu datang," sapa Rimbi pada Yukine yang baru saja muncul di depan pintu."Siang," balas Yukine pada Rimbi dan Pitaloka yang sibuk merangkai bunga."Fe Fei sudah datang kamu bisa berangkat," ujar Rimbi pada Pitaloka."Ok," ujar Pitaloka yang sedang membersihkan daun dan juga duri-duri pada bunga mawar putih.Yukine mengganti pakaiannya dengan seragam itu, rambutnya dibelah menjadi dua kemudian dikepang dan ditekuk menjadi sebuah lengkungan dengan bandana pink itu Yukine nampak begitu manis. Rimbi membebaskan stafnya menggunakan make-up namun Yukine tidak menggunakan itu hanya memastikan jika wajahnya tidak berminyak dan tubuhnya harum itu sudah lebih dari cukup."Lain waktu aku akan mengantarmu casting," ujar Pitaloka yang memandang Yukine terlihat begitu bagus menggunakan seragam itu."Pastikan mendaftar untuk peran antagonis," ucap Yukine."Bukankah menjadi seorang putri terlihat lebih cocok," sahut Rimbi."Terserah kamu ingin menjadi apa yang pasti aku ingin menyombongkan diri ji

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   115. Manusia fana tidak layak untukku

    Kehidupan Yukine yang dulu cuma sibuk dengan dirinya sendiri, tidak sempat memikirkan jatuh cinta pada lawan jenis. Pikirannya habis digunakan untuk bertahan hidup, selain tidak percaya diri dengan dirinya sendiri otaknya hanya digunakan untuk bertahan hidup menata kehidupannya yang berkeping-keping jangankan untuk memikirkan cinta untuk tetap dapat hidup dengan layak saja itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada waktu memikirkan perasaan menggebu-gebu karena seorang pria. Setiap hari hanya menjaga kewarasannya juga kelangsungan hidup yang lebih baik.Waktu sekolah Yukine memang pernah tertarik pada Damar namun hanya sebatas itu, sebelum melangkah Yukine sudah mundur dulu karena begitu banyak gadis yang menyukainya. Yukine tidak tahu makna dari sebuah mencintai ataupun dicintai jangankan dari lawan jenis dari orang-orang terdekat saja Yukine tidak mendapatkan itu.Baru dikehidupan keduanya Yukine memiliki semua milik Fe Fei dari kasih sayang, perhatian dan diprioritaskan namun sampai det

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   114. Pitaloka

    Satu Minggu menjadi hari damai untuk Rimbi karena laki-laki itu sudah tidak lagi datang ke rumahnya, tidak menghubunginya juga tidak muncul di toko bunga miliknya, dengan itu Rimbi sedikit menaruh harapan juga sedikit kepercayaan pada Yukine karena telah membuat satu minggunya menjadi damai tanpa adanya laki-laki itu yang selalu menjadi momok di dalam kehidupannya.Padahal bukan kedamaian sejati yang terjadi karena Yukine belum sempat melakukan apapun pada monyet bekantan itu karena laki-laki itu terus mengurung dirinya di rumah karena perampokan tempo hari kemudian selanjutnya Haura membuat keributan besar pada keluarga itu.Yukine tidak melihatnya langsung karena sedang sibuk dengan kuliahnya dan hanya mendengarkan cerita dari Geum bagaimana ibu kandungnya membuat perhitungan pada satu keluarga itu. Jika hanya mulut Haura yang marah mungkin itu tidak begitu berpengaruh namun mereka merasa tertekan ketika semua fasilitas dan sokongan dana dari Haura di tarik keseluruhan itu sangat be

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   113. Dia pergi

    Terserah apa yang kamu bilang," ucap Balryu sambil melepaskan dasinya yang seperti mencekik lehernya dan membuangnya begitu saja setelah itu Balryu melepaskan jasnya juga membuka dua kancing kemejanya yang membuatnya sedikit lebih lega namun itu tidak banyak membantu karena isi otaknya begitu penuh. Balryu menyalakan rokoknya tidak mempedulikan Imran yang sedang marah padanya.Hampir setengah jam mereka masih bertahan di ruangan itu tanpa ada seorangpun yang bicara maupun meninggalkan tempat itu, Imran marah namun tidak bisa berbuat banyak pada Balryu yang sedang dalam suasana hati yang buruk, jika sekarang Imran pergi maka kesalahpaham ini akan berbuntut panjang. Ketika semua batang rokok telah habis terbakar barulah Balryu bangkit dari duduknya dan berniat pergi namun segera berhenti setelah Imran membuka mulutnya lagi."Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Imran.Akan tetapi Balryu tidak menanggapi dan tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, kegelisahannya dan kekhawatiran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   112. Ini terlalu berat

    Balryu baru saja masuk ke dalam gedung dan langsung disambut oleh Imran yang nampak khawatir sekaligus lega dalam bersamaan."Kamu dari mana saja? Sejak tadi aku menghubungimu namun tidak ada yang mengangkat," ujar Imran setengah menarik lengan Balryu agar mengikutinya masuk ke dalam ruang meeting.Menggunakan tangan satunya yang bebas Balryu menepuk sakunya dan benda itu tidak ada di sana barulah teringat jika telah melempar ponselnya sendiri di rumah."Kami sudah menunggumu selama satu jam, untung saja mereka masih mau menunggumu jika bukan kamu mungkin mereka sudah pergi sejak awal." Imran terus bicara sampai mereka sampai di depan ruangan itu.Langkah Imran sedikit melambat ketika Balryu menarik tangannya sendiri yang membuat Imran bingung."Sepertinya aku tidak bisa ikut meeting," gumam Balryu pelan."Kenapa?" "Aku akan mengacaukan meeting ini," ucap Balryu masih dengan suara lemah tanpa semangat."Kita sudah membahas sebelumnya jika mereka mau 30% maka semuanya baik-baik saja.

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   111. Asrama

    Balryu berlari dengan sekuat tenaganya keluar dari ruang kerjanya bahkan tidak sabar menunggu pintu lift terbuka setelah mendapatkan telpon dari ibunya, sambil menunggu pintu itu terbuka Balryu terus menghubungi seseorang, seseorang yang baru saja membuat keputusan besar tanpa membicarakan hal itu padanya terlebih dahulu."Xiao Gui ayo angkat," gumam Balryu sambil menunggu panggilan itu terhubung namun entah sudah berapa kali Balryu membuat panggilan pada Yukine, perempuan itu masih tidak mengangkatnya.Balryu segera masuk lift dan tombol itu terus ditekannya agar benda besar itu membawanya turun. Perjalanan dari kantor ke rumah hanya membutuhkan waktu 10 menit namun Balryu merasa hari ini begitu banyak hal yang membuatnya merasa lama. Sesampainya di rumah Balryu segera berlari dan mendapati pintu rumah mereka tidak terkunci dan segera berlari namun langkanya melambat ketika melihat perempuan itu menuruni tangga dengan sebuah koper.Yukine terkejut akan kedatangan Balryu yang tiba-tib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status