Share

20. Rute yang sama

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 17:08:02

Yukine tidak menyangka jika masakan mantan tetangganya ini ternyata begitu cocok di lidahnya, Yukine bangkit untuk membayar makanannya menemui wanita itu yang hanya tinggal sendirian sedangkan perempuan bernama Rayi itu entah kemana perginya.

"Buk aku ingin membayar," ujar Yukine berdiri di depan etalase yang memisahkan mereka.

Wanita itu menyebutkan harganya dan Yukine membayarnya dan bermaksud untuk membungkus untuk dibawa pulang hanya saja udang besar dan manis yang sama seperti yang dimakannya sudah habis.

"Aku bayar sekarang dan aku akan mengambilnya besok apakah bisa?"

"Bisa," jawab wanita itu cukup senang karena Yukine membeli untuk 4 porsi sekaligus.

"Masakan ibuk sangat enak."

"Terimakasih," jawab wanita itu dengan senyuman cerah.

"Sepertinya rumah makan ini aku belum pernah melihatnya sebelumnya apakah masih belum lama buka?" Yukine bertanya seolah-olah Yukine cukup mengenal daerah sini padahal ini adalah kali pertamanya Yukine melintas di daerah ini. Di lihat dari perabotan yang nampak masih bagus dapat di simpulkan jika tempat ini masih baru dan wanita ini baru saja pindah karena beberapa bulan sebelumnya Yukine pernah melihat Rayi sebelum meninggal.

"Belum lama ini."

"Sebelumnya ibuk jualan di mana?"

Wanita itu sempat ragu namun masih menyebutkan kota itu dengan tidak enak hati.

"Aku juga punya teman di sana hanya saja aku tidak tahu nama daerahnya."

Wanita itu tersenyum canggung melihat kearahnya, Yukine menyudahi untuk hari lagi pula ini hanya untuk pendekatan hanya awalnya saja masih banyak kesempatan untuknya. Sebenarnya dirinya lebih tertarik terhadap Rayi karena ketika melihat reaksinya yang begitu berlebihan Yukine sedikit memiliki dugaan. Ini hanya dugaannya saja dan malah berharap jika dirinya salah tentang ini.

Keesokan harinya Yukine mengambil rute yang sama seperti yang dilakukannya kemarin namun hari ini dirinya sudah memiliki beberapa persiapan bukan apa-apa itu hanya beberapa makanan anak kucing dan susu khusus kucing. Setelan puas bermain-main dengan 4 anak kucing itu Yukine kembali ke tempat di mana dirinya melihat Ischa namun sepertinya hari ini tidak seberuntung hari kemarin.

Tidak ada seorangpun di sana namun perasaan di awasi masih di rasakan olehnya tapi di rooftop tidak terlihat ada orang mungkin di sana ada orang namun tidak menampakkan diri saja. Yukine tidak berharap juga jika mereka harus menampakkan diri tujuan awal datang bukan untuk mereka namun memuaskan dirinya dengan bunga-bunga ini.

"Apakah mereka takut padaku?" ucap Yukine di dalam hati kemudian Yukine tersenyum tipis, lagi pula aku adalah Yukine bukan Fe Fei. Yukine tidak punya ingatan apapun tentang Ischa apalagi masalah dengannya.

Jika Ischa benar-benar takut padanya dan menghindarinya itu malah semakin membuat Yukine penasaran sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka. Yukine mengambil beberapa kuntum bunga dan membawanya menuju rumah makan Rayi masih sama seperti kemarin gadis itu menyapanya dengan senyuman lebih hanya saja hari Rayi sudah mengenalinya.

"Silahkan duduk, ingin makan dulu atau langsung mengambil pesanan?"

"Makan," jawab Yukine dengan tersenyum juga. "Sama seperti kemarin," imbuhnya.

"Baik."

Dengan cepat pesanannya datang kebetulan hari ini hanya ada dirinya dan satu pengunjung lainnya yang sudah hampir selesai. Yukine makan dengan pelan menunggu pengunjung itu pergi baru berani memanggil Ruyi mengobrol.

"Bisakah bicara sebentar?"

"Ada apa?" Hari ini Ruyi salam suasana hati yang baik dan juga tidak ada pelanggan jadi langsung duduk di depan Yukine.

Yukine mengatakan pada Ruyi jika kemarin sempat mengobrol dengan ibunya dan tahu jika mereka dari kota itu. "Aku punya teman di sana namanya Yukine tapi sudah hampir setahun aku tidak bisa menghubunginya."

"Yukine," gumam Rayi pelan.

"Apakah kamu kenal?"

Rayi menunduk sambil menggigit bibir bawahnya kemudian menggeleng di tutupi dengan senyum memaksa.

"Sayang sekali kamu tidak kenal," Yukine yang tahu jika Rayi berbohong tidak langsung membuka kebohongannya mungkin Rayi punya alasan tertentu hingga tidak ingin terbuka padanya.

"Aku sangat khawatir padanya terakhir kali dia mengatakan jika keluarganya melarangnya untuk kuliah dan yang lebih menghawatirkan lagi dia mengatakan jika bibinya akan menjualnya."

Yukine mendalami perannya menatap wajah Rayi yang sudah tidak lagi dapat menyembuhkan kegelisahannya.

"Aku pergi bertemu dengan teman sekelasnya dia juga mencari Yukine, dia sudah bertanya di rumah bibinya dan keluarga itu mengatakan jika Yukine ikut bersama ibunya kemudian kuliah di luar negeri tapi aku tidak percaya itu karena aku tahu jika hubungannya dengan ibunya tidak baik."

Semakin banyak Yukine bicara semakin Rayi gelisah dan akhirnya tidak sanggup lagi duduk bersama dengan Yukine.

"Aku tidak kenal siapa dia, aku tidak kenal," seru Rayi sambil beranjak.

"Maafkan aku, aku hanya bingung harus bicara dengan siapa. Aku terbawa emosi."

Rayi tidak mengatakan apapun lagi kemudian menghilang lagi seperti kemarin, Yukine tidak bermaksud mempermainkan perempuan itu hanya saja dirinya merasa jika gadis itu juga bermasalah. Yukine juga tidak mengerti mengapa melakukan hal ini.

Yukine mengambil pesanannya kemudian pergi setelah meninggalkan uang yang lebih. Keluar dari jalan kecil itu menuju jalan raya yang ramai lancar namun anehnya perasaan di awasi seperti di tempat Ischa masih ada bagaimana laki-laki itu bisa sampai membuntutinya sejauh ini.

Awalnya Yukine masih ingin terus berjalan namun karena merasa kurang nyaman jadi Yukine pergi ke halte terdekat bermaksud untuk naik bus namun belum juga sampai halte mobil yang familiar berhenti di sampingnya.

"Fe Fei," panggil wanita itu.

"Ibu?" Yukine tidak menyangka jika dirinya bertemu dengan ibunya di sini.

"Masuk."

Yukine tidak berkomentar langsung masuk ke dalam mobil ibunya.

"Dari mana?"

"Membeli ini," Yukine menunjukkan udang pesanannya.

Mobil itu segera meninggalkan tempat itu meninggalkan seseorang yang sedari tadi mengikuti Yukine tapi sayangnya kali ini tebakannya salah itu bukan laki-laki yang bersama dengan Ischa melainkan laki-laki yang membuntuti Yukine sejak meninggalkan universitas. Itu adalah Damar.

Damar mengikuti Yukine bukan karena memiliki maksud tertentu hanya saja menuruti rasa familiar di hatinya, hingga hari ini tanpa sengaja melihat Yukine pulang hanya dengan berjalan kaki. Damar tanpa sadar mengikuti kemana perginya gadis itu kemudian menemukan hal-hal yang lebih familiar lagi seperti memberi makan kucing dan kembali mencicipi bunga liar. Bukan salah Damar jika merasa jika gadis itu begitu familiar serasa mirip dengan seseorang tertentu yang dikenalnya.

"Bagaimana kalian bisa sangat mirip?"

Damar bukan mengada-ada karena merasa jika perasaan dan adegan ini begitu Dejavu. Damar pernah melihat adegan seperti ini sebelumnya dan gadis itu Yukine sedangkan yang diikutinya adalah gadis yang berbeda namun mengapa mereka melakukan hal yang sangat mirip. Jikapun mereka bersahabat bukan berarti mereka memiliki kebiasaan yang sama dengan banyak yang sama seperti sifat, cara bicara dan sorot matanya.

"Tolong siapapun jelaskan semuanya jika aku salah, tidak mungkin orang dihadapan ku ini adalah gadis yang ku rindukan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   22. Bersikaplah bodoh

    Meskipun Yukine sadar jika Kun sedang menatapnya namun Yukine masih tidak mengangkat pandangannya dari makanan di depannya baru setelah Kun tersenyum tipis Yukine melihat ke arahnya."Aku seperti melihat kekasihku," ucap Khia Na pelan sambil melihat ke arah lain. "Tunggu sebentar," seru Khia Na sambil bangkit.Yukine dan Kun juga melihat kemana Khia Na memandang, ada 4 laki-laki yang akan keluar dari tempat itu dan Khia Na mengangkat tangannya untuk menyapanya, laki-laki yang menjadi kekasihnya datang menghampiri setelah melihat Khia Na ada di sana."Kamu di sini," ujarnya dingin dan Khia Na menjawabnya dengan anggukan penuh antusias."Kenalkan ini Iwan," ujar Khia Na memperkenalkan kekasihnya pada Yukine dan Kun."Bukankah ini Fe Fei?" Iwan nampak ragu namun masih mengenali Yukine."Iya dia Fe Fei. Kamu sudah akan pergi?""Ya.""Aku juga sudah selesai bisakah aku pulang bersamamu?" "Tidak bisa, kamu pulang sendiri saja lagi pulang aku bersama teman-teman ku kami masih akan pergi ke

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   21. Buket bunga

    Yukine menatap pemuda di depannya yang membawa sebuah buket bunga di tangannya, senyumnya sungguh cerah menunggu Yukine menerima buket dengan begitu banyak macam bunga di dalamnya."Kamu menerima bunga dari Kun tapi tidak mau menerima bunga dariku?" tanya Damar."Aku tahu jelas motif Kun namun aku masih bertanya-tanya motif apa yang kamu gunakan?""Emm ...," Damar berpikir sejenak kemudian kembali tersenyum cerah kembali. "Saat aku lewat toko bunga pagi ini aku teringat padamu yang suka mencicipi berbagai macam jenis bunga kebetulan buket ini berisikan beberapa macam jenis bunga impor mungkin rasanya akan sedikit berbeda daripada jenis bunga-bunga yang pernah kamu cicipi," ucap Damar penuh percaya diri.Alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh Yukine hanya saja rasanya kurang nyaman menerima bunga dari seorang pemuda bernama Damar ini. Damar cukup terkenal dikalangan wanita karena wajahnya yang rupawan dan dompetnya juga lumayan memanjakan, itu yang Yukine dengan dari teman-tema

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   20. Rute yang sama

    Yukine tidak menyangka jika masakan mantan tetangganya ini ternyata begitu cocok di lidahnya, Yukine bangkit untuk membayar makanannya menemui wanita itu yang hanya tinggal sendirian sedangkan perempuan bernama Rayi itu entah kemana perginya."Buk aku ingin membayar," ujar Yukine berdiri di depan etalase yang memisahkan mereka.Wanita itu menyebutkan harganya dan Yukine membayarnya dan bermaksud untuk membungkus untuk dibawa pulang hanya saja udang besar dan manis yang sama seperti yang dimakannya sudah habis."Aku bayar sekarang dan aku akan mengambilnya besok apakah bisa?""Bisa," jawab wanita itu cukup senang karena Yukine membeli untuk 4 porsi sekaligus."Masakan ibuk sangat enak.""Terimakasih," jawab wanita itu dengan senyuman cerah."Sepertinya rumah makan ini aku belum pernah melihatnya sebelumnya apakah masih belum lama buka?" Yukine bertanya seolah-olah Yukine cukup mengenal daerah sini padahal ini adalah kali pertamanya Yukine melintas di daerah ini. Di lihat dari perabotan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   19. Bunga dari tanaman liar

    Langkah Yukine menyusuri trotoar yang berantakan karena ulah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk berjalan, entah mengapa hari ini dirinya ingin berjalan kaki ketika pulang. Yukine tidak melewati jalan besar malah memilih jalan gang yang mempersingkat waktu juga bisa melihat sisi lain kota baru yang telah ditempati ini.Yukine rindu ketika dulu lebih banyak berjalan kaki daripada naik kendaraan, ketenangan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di pinggir jalan di antara semak-semak terdengar suara anak kucing dengan suara lemah. Yukine mencari-cari asal suara itu dan mendapati ada anak kucing melihatnya dengan matanya yang mengundang simpati."Apa yang kamu lakukan di sini sendiri?" tanya Yukine pada kucing berwarna abu-abu itu. Kucing itu terus memandanginya dan tanpa terasa tangannya terulur membawa anak kucing yang sangat kurus itu."Apa kamu lapar? Tapi aku tidak punya makanan."Yukine melihat sekeliling tidak banyak oran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   18. Ruy Forest and Big Gui

    "Ge ponselmu berdering," ujar Yukine ketika mereka sampai diparkiran.Tautan tangan mereka akhirnya terlepas dan itu membuat Yukine merasa lega karena sejak tadi ingin melepaskannya namun tidak berani. Ponselnya ada di dalam saku jas tentunya Yukine mengambilnya dan melihat nama Beru di sana."Siapa?" tanya Balryu.Yukine tidak menjawab namun menyerahkannya ponsel itu ke pemiliknya tapi ketika melihat nama itu Balryu enggan untuk menjawab dan malah pergi masuk ke dalam mobil. Yukine bingung mengapa Balryu mengabaikan panggilan dari orang bernama Beru itu."Abaikan saja," ujar Balryu ketika panggilan itu datang lagi."Mungkin saja penting, dia telfon terus menerus," Yukine masih tidak enak hati mengabaikan panggilan dari seseorang."Apanya yang penting kami baru saja bertemu.""Memangnya siapa dia?""Atasan.""Kan masih berani tidak angkat teleponnya? Oh aku lupa dia juga temanmu."Mobil itu perlahan meninggalkan tempatnya dan Yukine baru menyadari jika tempat itu cukup penuh pastinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status