Share

21. Buket bunga

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 03:44:13

Yukine menatap pemuda di depannya yang membawa sebuah buket bunga di tangannya, senyumnya sungguh cerah menunggu Yukine menerima buket dengan begitu banyak macam bunga di dalamnya.

"Kamu menerima bunga dari Kun tapi tidak mau menerima bunga dariku?" tanya Damar.

"Aku tahu jelas motif Kun namun aku masih bertanya-tanya motif apa yang kamu gunakan?"

"Emm ...," Damar berpikir sejenak kemudian kembali tersenyum cerah kembali. "Saat aku lewat toko bunga pagi ini aku teringat padamu yang suka mencicipi berbagai macam jenis bunga kebetulan buket ini berisikan beberapa macam jenis bunga impor mungkin rasanya akan sedikit berbeda daripada jenis bunga-bunga yang pernah kamu cicipi," ucap Damar penuh percaya diri.

Alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh Yukine hanya saja rasanya kurang nyaman menerima bunga dari seorang pemuda bernama Damar ini. Damar cukup terkenal dikalangan wanita karena wajahnya yang rupawan dan dompetnya juga lumayan memanjakan, itu yang Yukine dengan dari teman-temannya di klub taekwondo.

Akhirnya Yukine menerima bunga itu dari tangan Damar sambil mengucapkan terima kasih.

"Lain kali ketika bertemu bunga lagi aku pasti akan teringat padamu jika memungkinkan akan aku bawakan untukmu."

"Asalkan yang tidak beracun."

"Apakah ada yang beracun?"

"Minimal efeknya bisa tidur di toilet seharian."

"Oh aku baru tahu sepetinya aku harus banyak belajar tentang tumbuhan."

Yukine menggeleng tidak berdaya dan tidak mengerti mengapa Damar begitu bersemangat dengan hal ini padahal yang punya kebiasaan mencicipi bunga adalah dirinya.

"Sampai jumpa di klub besok," ujarnya sambil berlalu senyumnya masih menghiasi wajahnya.

"Wah ... wah ... wah ... apa ini?" Khia Na akhirnya menunjukkan dirinya ketika Damar sudah pergi.

"Kamu tidak bisa melihat jika ini tomat," sahut Yukine.

"Aku serius," seru Khia Na.

"Aku juga serius, serius kamu masih bertanya ini apa? Ini bunga."

"Bukan itu maksudku ...."

"Lalu?"

"Kamu menerima bunga dari laki-laki lain?"

"Memangnya kenapa?"

"Fe Fei yang kukenal tidak akan memberi bunga dari siapapun terkecuali ...."

"Stop!"

Yukine menggunakan tangannya untuk menghentikan sahabatnya itu bicara, Yukine tidak ingin lagi ada orang yang membahas tentang dirinya yang pernah menyukai saudara laki-lakinya. Yukine sudah merasa nyaman sekarang dan sahabatnya ini terus saja membahas hal itu terus menerus ingin rasanya Yukine berteriak pada khia Na jika dirinya bukanlah Fe Fei yang dulu yang tergila-gila pada gegenya sendiri ini Yukine gadis yang berbeda.

Namun apalah daya Yukine hanya dapat menyimpannya untuk dirinya sendiri kebayang berapa frustasinya dirinya andai saja Yukine menemukan satu orang yang dapat dipercayai untuk bertukar kata ingin rasanya Yukine bercerita banyak hal jika dirinya mengalami hal misterius seperti masuk ke dalam tubuh orang lain.

"Huuuhh ...." Yukine membuang napas panjang untuk menenangkan dirinya. "Bisakah jangan lagi membahas tentang aku yang pernah menyukai gege, anggap saja itu tidak pernah terjadi atau anggap saja waktu itu aku masih belum dewasa dan tidak masuk akal hingga tidak dapat membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak tepat."

Khia Na memandangi sahabatnya itu yang memasang wajah serius, meskipun Khia Na tahu jika sahabatnya itu telah berubah banyak setelah kecelakaan itu tapi dirinya belum siap menerima begitu banyak hal baru pada sahabatnya namun dirinya ikut senang.

Tiba-tiba matanya terasa panas dan Khia Na langsung memeluk tubuh Yukine, Yukine yang masih menahan emosi tidak siap ketika Khia Na yang tiba-tiba menerjangnya seperti ini.

"Aku senang sekali," ucap Khia Na namun matanya berkaca-kaca. "Kamu memang berubah tapi aku menyukainya kamu tidak lagi konyol dan tidak masuk akal seperti dulu."

"Hai lepaskan ...."Yukine tidak tahan dengan kawannya yang tiba-tiba emosional. "Namun ketika melihat mata sahabatnya berkaca-kaca Yukine tidak lagi melawan membiarkan gadis itu terus memeluknya.

"Aku ikut senang," ujar Khia Na.

"Kamu senang tapi menangis?"

"Ini air mata bahagia."

"Ingin rasanya aku mentraktir mu makan sekarang."

"Sungguh?" Khia Na semakin bersemangat bahkan dengan cepat menghapus air matanya.

"Bercanda."

Khia Na membuat wajah cemberut namun ketika melihat ekspresi wajah Yukine yang mengejeknya kemudian tertawa gadis itu tahu jika Yukine sedang menggodanya.

"Aku akan memilih makanan yang lezat," ungkap Khia Na penuh semangat melupakan beberapa detik lalu tentang haru mengharu. Yukine hanya menggeleng tidak berdaya dengan sahabatnya ini bagaimana bisa dia merubah suasana hatinya dengan begitu mudah.

Mereka pergi ke restoran pilihan Khia Na di sepanjang perjalanan Yukine perlahan memetik satu kelopak dari setiap jenis bunga yang ada di dalam buket itu, bunga-bunga itu cukup besar dan Yukine cukup kuwalahan dan mencolok jadi Yukine berhenti mencicipinya sampai selesai.

"Aku akan menyelesaikannya di rumah," ucap Yukine di dalam hati dan hanya memeluk buket itu di sepanjang jalan dan beberapa kali mengingatkan dirinya sendiri agar tidak memetik kelopak yang tepat ada di pelupuk matanya.

"Makanan di sini enak-enak," bisik Khia Na ketika mereka sudah sampai ke tempat tujuan mereka.

Mereka duduk di dekat jendela kaca, menunggu pesanan yang mereka pesan sambil mengobrol dengan santai, sebenarnya tidak bisa dikatakan mengobrol karena sejak tadi Yukine hanya terus mendengarkan Khia Na bicara tentang banyak hal yang kadang tidak dimengerti oleh Yukine.

"Yukine?"

Yukine dan Khia Na menoleh bersamaan ke arah suara laki-laki yang sudah berdiri di samping mereka.

"Kun?"

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini," jawab Kun.

"Kamu sendirian?" tanya Yukine melihat sekeliling dan laki-laki itu hanya sendirian.

"Sebenarnya aku janjian di sini hanya saja temanku tidak jadi datang jadi aku pulang saja."

"Sudah makan?"

Kun tidak langsung menjawab nampaknya bingung mau menjawab apa.

"Duduklah. Ikut bergabung bersama kami."

"Benarkah?"

"Tidak apa-apakan?" Yukine menanyakan hal itu pada Khia Na.

"Aku hanya tinggal makan masalah bertambahnya personal itu bukan tanggung jawabku," jawab Khia Na dengan enteng sama sekali tidak mempermasalahkan jika Kun bergabung bersama mereka.

Karena sudah mendapatkan persetujuan dari dua belah pihak Kun tidak sungkan lagi untuk bergabung bersama mereka. Yukine mengenalkan Kun pada Khia Na begitu juga sebaliknya. Awalnya Kun dan Khia Na masih cukup canggung dan Yukine menjadi penengahnya namun kedua orang itu memiliki kepribadian yang sangat mudah bergaul hingga hanya butuh beberapa menit saja mereka sudah bisa mengobrol lancar dan selalu mendapatkan topik dengan mudah.

Awalnya Yukine hanya mendengarkan Khia Na terus bicara sedangkan dirinya hanya diam dan sekarang Yukine menjadi pendengar sekaligus pengamat untuk pihak Kun dan pihak Khia Na yang terus bicara tanpa henti bahkan sampai pesanan mereka datang. Kun maupun Khia Na terus bicara tidak ada tanda-tanda jika mereka akan berhenti bicara untuk waktu dekat.

"Sepertinya kamu habis dapat bunga?" tanya Kun ketika melihat buket yang tidak jauh dari posisi Yukine.

"Damar yang memberinya," jawab Khia Na dengan cepat.

"Damar?" Tentu saja Kun terkejut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   28. Menatapnya lekat-lekat

    Balryu menyilangkan tangannya di depan dadanya menyandarkan tubuhnya di tiang teras rumah menatap kosong ke halaman yang luas yang tenang, bibinya pergi untuk membeli beberapa barang sedangkan neneknya tidur siang hanya dirinya sendiri yang terus diam tidak melakukan apapun demi menunggu kepulangan gadis itu.Suara bercengkrama terdengar sayup-sayup dari kejauhan, Balryu menyunggingkan senyumnya karena cukup mengenali suara itu, terlihat dari kejauhan gadis itu bicara dengan anak laki-laki dan seekor anjing terus mengikuti mereka. Rambutnya yang panjang di kepang ada beberapa anak rambut yang menutupi wajahnya namun nampaknya gadis itu tidak peduli, ada buah di tangan kanannya dan tangan yang lannya membawa ikan, bajunya kotor oleh sedikit lumpur namun anehnya Yukine nampak begitu cantik di mata Balryu.Sagara adalah orang pertama yang menyadari jika ada mobil lain di halaman itu barulah Yukine juga mengenali mobil itu."Bukankah ini mobil gege? Yukine menatap mobil berwarna hitam ter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   27. Ibu kalah suara

    Yukine berkeliling tidak jauh dari sungai dan menemukan banyak tumbuhan liar yang sedang berbunga tentunya itu adalah hal yang menyenangkan untuk dirinya bahkan bertemu dengan hewan-hewan kecil penghuni tempat itu. Tanpa sadar Yukine pergi terlalu lama membuat Sagara menjadi khawatir dan menyusulnya.Dengan raut wajahnya yang jelek Sagara ingin memukul anak kota itu yang sedang duduk di atas rumput memperhatikan seekor burung membuat sarang. Meskipun marah Sagara tidak dapat berbuat banyak pada Yukine."Ayo pulang," ujarnya dengan ketus."Ahh ... kamu sudah selesai?" Yukine terkejut melihat Sagara yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Mulut Sagara sudah bergerak-gerak namun tidak mengatakan apapun, jika bukan karena takut wanita kota ini hilang tidak mungkin Sagara menyusulnya kemari dan tidak melanjutkan mancingnya.Yukine tidak tahu isi otak dari anak itu yang dia tahu apapun yang dilakukannya tidak akan dapat menyenangkan anak itu. Di hari pertama Yukine terus diabaikan keesoka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   26. Siapa yang lebih beruntung aku kamu atau dia

    Karena arahan dari Xiyun Bumantara benar-benar tidak bekerja selama beberapa bulan dan hanya memfokuskan semua perhatiannya pada bayi yang sudah dianggap sebagai putranya sendiri, sedangkan Xiyun akan datang cukup sering namun tidak bisa setiap hari karena harus menghidupi pasangan ayah dan anak itu."Aku sungguh sudah rindu dengan Balryu," ucap Xiyun yang baru saja datang.Xiyun datang ke rumah Bumantara yang dicarinya bukanlah sang pemilik rumah akan tetapi bayi kecil yang sudah tumbuh dengan baik di bawah asuhan ayah barunya, wajahnya yang menggemaskan terbayang-bayang di pelupuk mata Xiyun. Xiyun tidak tahan untuk tidak mencium pipi gembul Balryu. "Perasaan aku hanya tidak datang dua hari mengapa aku merasa jika Balryu semakin besar saja," tanya Xiyun sambil memperhatikan Balryu yang sedang mengerakkan semua tangan dan kakinya."Kamu makan apa hari ini?" tanya Xiyun seakan Balryu kecil dapat menjawabnya.Sedangkan Bumantara hanya memperhatikan Xiyun yang sedang bermain-main denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   25. Aku terlalu berharga untuk dimadu

    Xiyun tidak tahu bayi siapa yang dibawa oleh Bumantara namun dirinya sudah menebak anak siapa itu keesokan harinya ketika laki-laki itu sudah lebih baik daripada kemarin perlahan mulai menceritakan apa-apa yang telah terjadi beberapa hari terakhir."Aku melihatnya lagi di rumah sakit setelah sekian lama tidak bertemu dengannya," ucapnya pelan sambil melihat langit sendu yang diselimuti oleh awan hitam.Hari itu Bumantara tanpa sengaja bertemu dengan Bentala di rumah sakit bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dokter. Awalnya Bumantara tidak ingin menyapa bagaimanapun juga Bentala sudah menikah tidak baik untuknya dan juga untuk wanita itu terus berhubungan namun Bumantara ingat jika suami dari wanita itu bukanlah dokter jadi memutuskan untuk menghampiri mereka."Bentala," panggilnya pelan hingga wanita yang duduk sambil menunduk itu mendongak menunjukkan wajahnya yang sedikit lebam dan sudut bibirnya yang pecah namun wanita malah tersenyum berbanding terbalik denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   24. Bentala dan Bumantara

    Yukine tidak menyangka jika kampung halaman ibunya akan begitu menyenangkan seperti ini. Siang indah dengan pemandangannya dan malam ada ketenangan yang tidak dapat di dapatkan di kota besar. Pemandangan malam juga tidak kalah indahnya, Yukine seperti memiliki taman langit bertabur bintang pribadi di depan rumah, Rumah sederhana neneknya hanya terdiri dari dua kamar tidur, dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi, satu ruang tamu yang juga dapat digunakan untuk ruang keluarga karena ada televisi di sana.Yukine diminta tidur bersama neneknya sedangkan ibunya tidur di kamar saudara iparnya. Perlahan Yukine melepaskan tangan keriput neneknya yang memeganginya perlahan turun dari tempat tidur. Hari masih belum terlalu malam mata Yukine belum mengantuk sama sekali dan hanya menemani neneknya berbaring sampai wanita tua itu lelah bercerita kemana-kemana dan akhirnya tidur."Akhirnya tidur juga," ucap Yukine dalam hati sambil perlahan keluar dari kamar itu dan melihat jika bibinya juga ma

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status