Home / Romansa / Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah! / 25. Aku terlalu berharga untuk dimadu

Share

25. Aku terlalu berharga untuk dimadu

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-05 18:06:22

Xiyun tidak tahu bayi siapa yang dibawa oleh Bumantara namun dirinya sudah menebak anak siapa itu keesokan harinya ketika laki-laki itu sudah lebih baik daripada kemarin perlahan mulai menceritakan apa-apa yang telah terjadi beberapa hari terakhir.

"Aku melihatnya lagi di rumah sakit setelah sekian lama tidak bertemu dengannya," ucapnya pelan sambil melihat langit sendu yang diselimuti oleh awan hitam.

Hari itu Bumantara tanpa sengaja bertemu dengan Bentala di rumah sakit bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dokter. Awalnya Bumantara tidak ingin menyapa bagaimanapun juga Bentala sudah menikah tidak baik untuknya dan juga untuk wanita itu terus berhubungan namun Bumantara ingat jika suami dari wanita itu bukanlah dokter jadi memutuskan untuk menghampiri mereka.

"Bentala," panggilnya pelan hingga wanita yang duduk sambil menunduk itu mendongak menunjukkan wajahnya yang sedikit lebam dan sudut bibirnya yang pecah namun wanita malah tersenyum berbanding terbalik dengan Bumantara yang terkejut melihat keadaan wanita pujaannya itu.

"Bumantara ...?"

Yang tidak diharapkan oleh Bumantara wanita itu begitu bahagia ketika melihat Bumantara dan setelah bercakap-cakap Bentala mengatakan jika dirinya kabur dari rumah dibantu oleh dokter di sampingnya yaitu dokter Halaong.

"Kenapa, kenapa kamu kabur?" Bumantara tidak menyangka jika Bentala bisa melakukan ini namun sebenarnya dirinya sudah dapat menebaknya dari kondisi Bentala yang memiliki bekas luka di wajahnya.

"Dia membawa wanita lain ke rumah dan sedang hamil dua bulan," jawab Bentala dengan masih tersenyum pada Bumantara namun gagal gagal karena perutnya merasakan kontraksi lagi meskipun ringan.

Sambil menahan kontraksi di perutnya perlahan Bentala menceritakan tentang hal-hal yang tidak pernah diceritakan kepada siapapun termasuk orang tuanya jika suaminya tidak sebaik yang dikenal banyak orang. Suaminya memang kaya dan baik orang akan berpikir jika Bentala akan beruntung diperistri olehnya ternyata salah laki-laki itu hanya baik dipermukaan saja. Sifatnya kasar dan main tangan, menganut patriarki yang sangat merugikan Bentala.

Awalnya Bentala masih berusaha untuk sabar bagaimanapun juga mereka menikah karena dijodohkan sejak kecil mungkin butuh waktu untuk semuanya apalagi Bentala sedang mengandung Balryu tidak mungkin untuk meronta sekarang namun kesabaran Bentala tidak ada lagi ketika laki-laki itu membawa pulang seorang wanita yang sudah hamil. Saat itu juga Bentala langsung memutuskan untuk pergi dari rumah namun sayangnya tidak semudah itu.

Suaminya malah memukulinya sampai babak belur tidak peduli jika Bentala sedang mengandung darah dagingnya sendiri. Bentala di kurung di dalam kamar dan tidak boleh seorangpun mengeluarkannya tanpa seijin laki-laki itu.

"Aku masih terlalu berharga untuk diperlakukan seperti ini. Aku juga punya harga diri tidak serendah itu untuk dimadu."

Karena tekatnya Xiyun berhasil kabur dari rumah itu dengan bantuan dokter Halaong sayangnya diperjalanan menuju rumah orang tua Bentala, wanita itu mengalami kontraksi dan langsung saja menuju ke rumah sakit dan bertemu dengan Bumantara ketika menunggu tempat untuk persalinan.

Persalinan itu berjalan lancar hanya saja karena stres yang berlebihan membuat semuanya buruk, Bentala berhasil menyelamatkan bayinya namun tidak dapat mempertahankan hidupnya sendiri. Alih-alih menyerahkan bayinya pada keluarganya Bentala malah ingin Bumantara yang merawat putranya.

"Jika bayi ini diserahkan kepada orang tuaku laki-laki itu lebih berhak dan dapat mengambilnya tapi dia tidak akan dapat mengambilnya darimu karena tidak tahu tentangmu. Bayi ini pasti akan menjadi pemuda sepertimu baik dan berhati lembut namun jika diambil olehnya mungkin akan menjadi monster seperti ayahnya."

"Aku tidak mau," ucap Bumantara sambil memegangi tangan wanita yang berbaring di depannya itu. "Bisakah kamu merawatnya sendiri." Bumantara menangis karena tahu jika waktu wanita itu tidak akan lama lagi.

"Maafkan aku Bumantara seharusnya aku menjadi anak durhaka kala itu dan lebih memilihmu."

"Aku bisa memaafkan mu asalkan kamu bisa hidup lebih lama."

Bentala tersenyum cerah sambil berseru pelan, "Aku akan hidup lebih lama di dalam hatimu."

Setelan mengatakan kutukan itu Bentala menutup matanya untuk selama-lamanya meninggalkan semuanya untuk Bumantara. Laki-laki itu meraung keras karena tidak dapat menerima takdir yang kejam ini. Karena campur tangan dokter Halaong Bumantara dapat membawa pergi Balryu sedangkan untuk jasad Bentala akan di serahkan kepada pihak keluarga Bentala.

Bagaimana jika keluarganya maupun suaminya menanyakan perihal bayi yang lahir itu, dokter Halaong mengatakan jika itu menjadi urusannya nanti. Keluarga maupun suaminya hanya akan tahu jika ibu maupun anak tidak ada yang selamat dokter Halaong hanya membutuhkan jasad bayi yang lain dan Bumantara tidak tahu bagaimana dokter Halaong mendapatkannya.

Bumantara keluar rumah sakit hanya membawa bayi diperlakukan langkahnya tidak stabil dan dapat jatuh kapan saja namun karena suara tangisan bayi diperlukannya membuat Bumantara kembali sedikit ke akal sehatnya untuk terus melangkah menjauh dari rumah sakit itu, hatinya mengatakan ingin kembali ke dalam rumah sakit untuk melihat Bentala lebih lama lagi namun bayi di pelukannya harus segera dibawa pergi secepatnya sebelum orang-orang itu menemukan mereka.

***

Perusahaan tempat Xiyun terlalu membutuhkan keberadaan wanita itu pada akhirnya memberikan cuti yang selama ini tidak pernah diambil olehnya. Xiyun sementara tinggal bersama dengan Bumantara untuk menata kehidupan laki-laki itu yang sangat berantakan. Xiyun hanya takut karena kehilangan Bentala membuat Bumantara menjadi linglung dan tidak dapat merawat bayi yang baru lahir itu.

"Untuk sementara kamu tidak perlu bekerja," ujar Xiyun di suatu malam. "Kamu hanya perlu merawat Balryu dengan baik."

"Kami perlu hidup juga," jawab Bumantara lirih sambil memainkan jari mungil Balryu.

"Aku punya tabungan lebih dari cukup untuk menghidupi kalian."

"Bagaimana mungkin, aku tidak bisa lagipula kebutuhan Balryu banyak."

"Kamu perlu beristirahat otakmu berantakan saat ini Balryu juga sangat membutuhkan dirimu."

"Kenapa?" Bumantara diam kemudian menatap wanita di depannya itu. "Kenapa kamu melakukan semua ini."

"Bukankah kita teman aku yakin jika ini terjadi terhadap ku kamu pasti akan melakukan hal yang sama."

"Xiyun ...?" Panggilan itu tergantung di bibirnya, Xiyun pun tidak langsung menyahut.

"Cintaku sudah habis untuk Bentala," ucapnya sangat berat.

"Aku tahu," jawab Xiyun dengan tegas.

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Lalu apa yang kamu harapkan dari laki-laki seperti aku?"

"Bukankah aku sudah mengatakan jika kita adalah teman aku tidak berharap apapun darimu."

"Aku tahu jika kamu menyukaiku sejak lama, aku tidak buta tapi maaf."

"Baguslah jika kamu tahu aku juga tidak memiliki niat untuk memberitahukan kepadamu maupun ke siapa pun."

"Lalu kenapa kamu masih melakukan ini, aku tidak bisa membalas apapun padamu."

"Aku melakukan ini karena ingin. Jika yang aku harapkan adalah kamu aku pasti akan terluka sejak dulu, aku tidak bisa membuat diriku terluka oleh ekspektasi ku padamu yang terlalu tinggi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   28. Menatapnya lekat-lekat

    Balryu menyilangkan tangannya di depan dadanya menyandarkan tubuhnya di tiang teras rumah menatap kosong ke halaman yang luas yang tenang, bibinya pergi untuk membeli beberapa barang sedangkan neneknya tidur siang hanya dirinya sendiri yang terus diam tidak melakukan apapun demi menunggu kepulangan gadis itu.Suara bercengkrama terdengar sayup-sayup dari kejauhan, Balryu menyunggingkan senyumnya karena cukup mengenali suara itu, terlihat dari kejauhan gadis itu bicara dengan anak laki-laki dan seekor anjing terus mengikuti mereka. Rambutnya yang panjang di kepang ada beberapa anak rambut yang menutupi wajahnya namun nampaknya gadis itu tidak peduli, ada buah di tangan kanannya dan tangan yang lannya membawa ikan, bajunya kotor oleh sedikit lumpur namun anehnya Yukine nampak begitu cantik di mata Balryu.Sagara adalah orang pertama yang menyadari jika ada mobil lain di halaman itu barulah Yukine juga mengenali mobil itu."Bukankah ini mobil gege? Yukine menatap mobil berwarna hitam ter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   27. Ibu kalah suara

    Yukine berkeliling tidak jauh dari sungai dan menemukan banyak tumbuhan liar yang sedang berbunga tentunya itu adalah hal yang menyenangkan untuk dirinya bahkan bertemu dengan hewan-hewan kecil penghuni tempat itu. Tanpa sadar Yukine pergi terlalu lama membuat Sagara menjadi khawatir dan menyusulnya.Dengan raut wajahnya yang jelek Sagara ingin memukul anak kota itu yang sedang duduk di atas rumput memperhatikan seekor burung membuat sarang. Meskipun marah Sagara tidak dapat berbuat banyak pada Yukine."Ayo pulang," ujarnya dengan ketus."Ahh ... kamu sudah selesai?" Yukine terkejut melihat Sagara yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Mulut Sagara sudah bergerak-gerak namun tidak mengatakan apapun, jika bukan karena takut wanita kota ini hilang tidak mungkin Sagara menyusulnya kemari dan tidak melanjutkan mancingnya.Yukine tidak tahu isi otak dari anak itu yang dia tahu apapun yang dilakukannya tidak akan dapat menyenangkan anak itu. Di hari pertama Yukine terus diabaikan keesoka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   26. Siapa yang lebih beruntung aku kamu atau dia

    Karena arahan dari Xiyun Bumantara benar-benar tidak bekerja selama beberapa bulan dan hanya memfokuskan semua perhatiannya pada bayi yang sudah dianggap sebagai putranya sendiri, sedangkan Xiyun akan datang cukup sering namun tidak bisa setiap hari karena harus menghidupi pasangan ayah dan anak itu."Aku sungguh sudah rindu dengan Balryu," ucap Xiyun yang baru saja datang.Xiyun datang ke rumah Bumantara yang dicarinya bukanlah sang pemilik rumah akan tetapi bayi kecil yang sudah tumbuh dengan baik di bawah asuhan ayah barunya, wajahnya yang menggemaskan terbayang-bayang di pelupuk mata Xiyun. Xiyun tidak tahan untuk tidak mencium pipi gembul Balryu. "Perasaan aku hanya tidak datang dua hari mengapa aku merasa jika Balryu semakin besar saja," tanya Xiyun sambil memperhatikan Balryu yang sedang mengerakkan semua tangan dan kakinya."Kamu makan apa hari ini?" tanya Xiyun seakan Balryu kecil dapat menjawabnya.Sedangkan Bumantara hanya memperhatikan Xiyun yang sedang bermain-main denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   25. Aku terlalu berharga untuk dimadu

    Xiyun tidak tahu bayi siapa yang dibawa oleh Bumantara namun dirinya sudah menebak anak siapa itu keesokan harinya ketika laki-laki itu sudah lebih baik daripada kemarin perlahan mulai menceritakan apa-apa yang telah terjadi beberapa hari terakhir."Aku melihatnya lagi di rumah sakit setelah sekian lama tidak bertemu dengannya," ucapnya pelan sambil melihat langit sendu yang diselimuti oleh awan hitam.Hari itu Bumantara tanpa sengaja bertemu dengan Bentala di rumah sakit bersama dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian dokter. Awalnya Bumantara tidak ingin menyapa bagaimanapun juga Bentala sudah menikah tidak baik untuknya dan juga untuk wanita itu terus berhubungan namun Bumantara ingat jika suami dari wanita itu bukanlah dokter jadi memutuskan untuk menghampiri mereka."Bentala," panggilnya pelan hingga wanita yang duduk sambil menunduk itu mendongak menunjukkan wajahnya yang sedikit lebam dan sudut bibirnya yang pecah namun wanita malah tersenyum berbanding terbalik denga

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   24. Bentala dan Bumantara

    Yukine tidak menyangka jika kampung halaman ibunya akan begitu menyenangkan seperti ini. Siang indah dengan pemandangannya dan malam ada ketenangan yang tidak dapat di dapatkan di kota besar. Pemandangan malam juga tidak kalah indahnya, Yukine seperti memiliki taman langit bertabur bintang pribadi di depan rumah, Rumah sederhana neneknya hanya terdiri dari dua kamar tidur, dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi, satu ruang tamu yang juga dapat digunakan untuk ruang keluarga karena ada televisi di sana.Yukine diminta tidur bersama neneknya sedangkan ibunya tidur di kamar saudara iparnya. Perlahan Yukine melepaskan tangan keriput neneknya yang memeganginya perlahan turun dari tempat tidur. Hari masih belum terlalu malam mata Yukine belum mengantuk sama sekali dan hanya menemani neneknya berbaring sampai wanita tua itu lelah bercerita kemana-kemana dan akhirnya tidur."Akhirnya tidur juga," ucap Yukine dalam hati sambil perlahan keluar dari kamar itu dan melihat jika bibinya juga ma

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status