Share

40. Rooftop

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 12:50:31

"Kenapa kamu mendadak bodoh?" tanya Geum bingung melihat adiknya yang tiba-tiba bengong dengan mulut ternganga dan mata terbuka lebar.

Ischa tidak menjawab namun menggunakan tamparan ringan pada Geum agar laki-laki itu melihat apa yang sedang dilihatnya.

"Apakah aku salah lihat? Cepat katakan jika ada yang salah dengan pengelihatanku," ucap Ischa tanpa merubah posisinya.

"Kenapa nona ini ada di sini? Sepertinya kita dalam masalah," sahut Geum yang tidak kalah terkejutnya.

Melihat bagaimana adik kakak yang hanya berdiri bodoh di sana membuat Yukine tidak sabar, Yukine menggunakan jari-jarinya yang lentik untuk memanggil Geum namun masih menggunakan wajahnya yang dingin.

Ischa menelan ludahnya dan tanpa sadar melangkah maju untuk memenuhi panggilan Yukine karena berpikir jika perempuan itu memanggilnya namun Geum lebih cepat darinya, dengan langkah kakaknya yang panjang Geum sudah lebih dulu menyalipnya.

"Nona cantik kenapa kamu datang kesini aku bisa datang padamu kapan saja tidak perlu repot-repot," ucap Geum dengan percaya diri juga penuh senyum lebar.

Akan tetapi yang menyambutnya bukan balasan yang hangat namun sesuatu yang panas dan nyeri. Yukine duduk di kursi goyang dan hanya menggunakan kakinya untuk memberikan tendangan di lutut Geum. Lagi-lagi Geum tidak dapat membaca pergerakan Yukine hingga kini dirinya harus berlutut di depan perempuan ini tidak sampai di situ saja, sebuah tamparan juga diterimanya saat itu juga.

Awalnya Ischa terkejut atas kedatangan Yukine di tempat mereka, lebih terkejut lagi melihat reaksi Geum yang nampaknya jika Yukine wajar datang kemari namun sama sekali tidak menyangka ketika laki-laki bertubuh besar itu langsung berlutut di depan perempuan itu karena sebuah tendangan tapi Ischa tidak berharap jika kakaknya masih harus mendapatkan sebuah tamparan. Ischa menutup mulutnya karena keterkejutannya yang berturut-turut namun dirinya tidak habis pikir kenapa laki-laki itu masih berlutut dengan patuh di sana setelah semuanya.

"Geum ...?" Ischa bingung harus bicara apa setelah memanggilnya. Langkahnya sudah berjalan beberapa langkah namun terhenti ketika Yukine mengangkat kelopak matanya menatap dirinya namun kembali lagi menatap Geum setelah Ischa diam.

"Apakah kamu sudah lupa dengan apa yang kamu katakan malam itu?" ucap Yukine dengan tidak terburu-buru bahkan Ischa perlu menajamkan pendengarannya agar mendengar jelas apa yang diucapkannya.

"Aku ingat," jawab Geum tidak berani melihat mata yang mendominasi itu.

"Jika kamu ingat maka seharusnya kamu menjaga mulutmu sejak saat ini, aku tidak ingin mendengar mu bicara omong kosong di depanku."

"Aku mengerti."

"Jika masih mengulangi aku akan menyekolahkanmu di TK agar tahu sopan santun."

Yukine tidak lagi menatap Geum dengan tatapan mendominasi, duduk lebih nyaman. Suasana tidak seberat tadi tapi Geum masih tidak berani beranjak meskipun lututnya terasa sakit dan juga harga dirinya telah hilang. Ischa ingin menghampiri kakaknya dan bertanya dengan situasi apa ini namun mengurungkan niatnya ketika melihat Yukine mengeluarkan sebuah apel dan juga pisau kecil. Meskipun kecil tapi itu adalah pisau bedah yang ketajamannya cukup untuk memporak porandakan isi perut.

Ischa terbelalak tidak percaya, Geum menelan ludahnya posisinya sangat tidak menguntungkan apalagi sudah dua kali Geum tidak bisa membaca pergerakan Yukine yang tiba-tiba. Jika Geum sial pisau bedah itu bisa saja langsung melayang pada lehernya yang kini seperti di serahkan dengan suka rela.

Dua orang begitu tegang namun pihak lain malah menggunakan pisau itu untuk mengupas apel di tangannya. Senjata dokter bedah yang sering di sebut bisturi itu biasanya digunakan di meja operasi untuk menolong banyak orang namun di tangan Yukine itu tidak ada harga dirinya karena fungsinya disamakan seperti pisau dapur.

"Kapan kamu akan menebus kepalamu?" tanya Yukine sambil terus mengupas apelnya.

"Aku belum mendapatkan pekerjaan baru," jawab Geum dengan jujur.

"Maka jaga kepalamu dengan baik." sahut Yukine menepuk pipi Geum dengan pisau itu masih ada di sela-sela jarinya.

Yukine mengantongi pisau itu setelah memasukkan ke dalam sarungnya kemudian mengambil ponselnya agar di pindai oleh Geum hingga mereka memiliki kontak satu sama lain. Geum tidak banyak bicara langsung mengambil ponselnya sendiri untuk memindai barcode di ponsel Yukine.

"Aku akan memberi pekerjaan untukmu besok," ucap Yukine sambil beranjak pergi melewati Ischa begitu saja. Menganggap jika wanita itu tidak ada dan tidak berarti apa-apa.

Ischa merasa jika tekanan di tempat ini sudah hilang hanya tinggal mengintrogasi saudaranya itu. Laki-laki itu masih berlutut namun kemudian dengan tergesa-gesa mengambil kursi yang tidak jauh darinya melempar dengan kekuatan penuh ke arah Yukine.

Ischa yang tahu kursi itu melayang melewati dirinya terpaku di tempatnya responnya hanya berteriak karena terkejut namun reaksi Yukine lebih cepat menggunakan kakinya langsung menendang kursi itu hingga jauh ke arah samping. Yukine tahu jika peliharaannya ini cukup liar dan tidak mungkin dengan mudah dijinakkan perlawanan pasti ada.

Yukine melempar apel yang telah dikupasnya dan tentunya Geum dengan mudah menghindari itu. Ischa yang sudah sadar segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan diri sendiri dari dua orang gila yang sedang baku hantam didepannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Ischa pada dirinya sendiri ketika pukulan melayang mengenai Geum di detik selanjutnya Geum membalas pukulan yang sama hingga mengenai rahang Yukine dan itu membuatnya berdarah.

Yukine hanya meringis ketika merasakan ada sesuatu yang anying dalam mulutnya namun dirinya tidak boleh lengah karena Geum sudah akan memberikan pukulan lainnya.

"Aku hanya tidak bertemu dengan Fe Fei selama satu tahun bagaimana bisa perempuan ini berubah sebanyak ini?"

Ischa masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya karena dirinya cukup mengenal perempuan ini jangankan berkelahi melakukan hal-hal yang kasar saja Fe Fei tidak mau takut berkeringat dan merusak nail artnya tapi yang ada dihadapannya saat ini seorang perempuan yang dapat mengimbangi saudara laki-lakinya yang sudah sering baku hantam sejak muda.

"Tidak mungkin ini Fe Fei?" Ischa menggeleng tapi pandangannya terus mengikuti setiap pergerakan Yukine dan Geum kemanapun mereka bergerak.

"Tapi jika dia bukan Fe Fei siapa lagi, wajahnya sangat mirip semua orang mengatakan jika dia lupa ingatan tapi aku rasa dia seperti terlahir kembali."

Yukine di tendang Geum pada betisnya hingga jatuh tersungkur, Geum datang akan memukul wajahnya tapi segera menendang perut laki-laki itu dan merubah posisinya, Yukine duduk di perut laki-laki itu memukul wajahnya menggunakan kedua tangannya bergantian. Geum tidak mungkin tinggal diam namun sebelum laki-laki itu menyerangnya dengan gerakan cepat Yukine meninggalkan tubuh itu.

Kekuatan Geum besar namun kalah gesit dengan Yukine yang memiliki tubuh kecil dan juga Geum seorang perokok berat yang tidak pernah melatih tubuhnya sedangkan Yukine rajin berlatih meskipun pengalamannya kurang tapi masih dapat mengimbangi Geum sampai sejauh ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   51. Rayi dan Keke

    Yukine tidak bisa menahan air matanya sendiri ketika melihat seorang gadis menangis di depannya, Rayi menceritakan semuanya yang telah dialaminya di masa itu dengan sedetail-detailnya. Awalnya Rayi ragu, takut namun mendengar ucapan Yukine yang bersungguh-sungguh membuatnya tidak lagi menutupinya padahal dengan ibunya saja Rayi tidak pernah terbuka seperti ini."Awalnya aku bisa mengenal laki-laki bernama Alga itu karena aku mempunyai seorang teman bernama Keke, temanku itu menjalin hubungan dengan Alga dan itu sudah cukup lama. Sebenarnya Keke ingin mengakhiri hubungan mereka namun tidak bisa karena tiap kali ingin putus Alga terus mengancamnya." Dengan perlahan Rayi menceritakan kisahnya."Mengancam bagaimana?""Keke bodoh saat itu karena mau berhubungan dengan Alga dan mereka merekamnya dengan suka rela. Alga menggunakan itu untuk mengancam Keke, jika ingin putus maka rekaman itu akan disebar luaskan."Rayi tidak tahu jika temannya itu memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tox

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   50. Korban yang lain

    Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya."Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya."Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine."Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya."Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemuka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   49. Rayi

    Senyuman kecil terlihat di sudut bibir Yukine ketika dari sudut matanya melihat jika Geum masuk ke dalam bathtub yang suhunya menusuk kulit dan tulangnya. Meskipun mulutnya terus mengumpat karena tidak terbiasa akan suhu ekstrem ini."Aku tidak kuat lagi," ujar Geum setelah berendam selama dua menit di dalam bathtub itu."Cukup untuk hari ini namun setiap hari harus ada kemajuan walaupun itu satu detik," ujar Yukine sambil membereskan semua tugas-tugasnya. Yukine melirik pada kantong belanjaannya yang belum tersentuh kemudian mengambil satu botol minuman dan juga almond itu."Sebisa mungkin aku akan datang lebih sering untuk melihat kemajuannya."Saat Yukine sudah akan mencapai pintu Geum tidak tahan akhirnya bertanya juga."Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini, ini sangat menyiksa."Yukine berhenti dan hanya setengah menoleh pada Geum. "Anggap saja sebagai latihan kamu akan tahu setelah waktunya tiba pada akhirnya kamu yang akan diuntungkan."Yukine segera pergi tidak memped

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   48. Es kristal

    Ruangan itu redup hanya ada cahaya dari lampu kecil di samping ranjang, namun Yukine merasa jika tempat tidur itu tidak senyaman tempat tidur miliknya di rumah dan saat Yukine mengangkat tangannya terdapat sebuah selang yang terhubung ke infus yang menggantung di atasnya."Rumah sakit? Lagi? Kenapa?"Yukine bertanya-tanya mengapa dirinya bisa kembali lagi di tempat ini dan mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun bagaimanapun Yukine memikirkannya dirinya tetap tidak bisa menemukan apa yang salah karena seingatnya diri sendiri hanya merasa sesak napas setelah itu tidak ingat apapun."Kamu sudah bangun?"Suara berat Balryu memecahkan kesunyian. Karena suasana yang redup juga keadaan Yukine yang baru saja sadar sampai dirinya tidak menyadari jika ada orang lain di ruangan itu padahal tangan kanannya masih di genggem erat oleh laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" tanya Yukine dengan suara rendah."Hampir pagi," jawab Balryu dengan cepat."S

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   47. Ide gila Balryu

    Yukine merasa jika lehernya terasa gatal, berpikir jika itu karena sudah beraktivitas seharian tubuhnya kotor dan perlu mandi namun permainan Bege sungguh apik hingga Yukine mengabaikan rasa gatalnya dan malah semakin bersemangat menonton pertunjukan yang disuguhkan oleh Balryu."Bagus, pukul kepalanya," ucap Yukine begitu bersemangat.Merasa belum cukup hanya dengan satu coklat Yukine mengambil snack lainnya dan itu sebuah almond, suapan demi suapan Yukine lakukan dengan cepat terlebih tontonan yang dilihatnya begitu seru setiap pukulan yang dilayangkan Bege Yukine akan memasukkan beberapa butir almond pada mulutnya.Yukine melihat tendangan apik dari Bege yang mengenai dada Beru namun anehnya Yukine juga merasakan sakit pada dadanya. Yukine memukul-mukul dadanya sendiri karena seperti ada sesuatu yang besar di sana. Almond itu di kunyah dengan cukup baik dan sudah menelannya namun Yukine merasa itu menyesakkan dadanya dan sekarang seperti tersedak padahal tidak ada apapun di tenggor

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   46. Xiao Gui

    "Lalu aku anak siapa?"Bagaikan di sambar petir di siang bolong Xiyun mendapatkan pertanyaan semacam ini dari seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh tangannya sendiri sejak bayi.Awalnya Balryu tidak pernah memikirkan hal ini karena di rumah ini begitu banyak dokumentasi tentang dirinya bahkan ketika Balryu berusia dua hari dan tidak menemukan keganjalan apapun, Bumantara dan Xiyun mengetahui semua kebiasaan dan apapun tentang dirinya karena memang mereka mengasuhnya sejak bayi."Tentu saja kamu putra ibu." Xiyun masih berusaha menyembunyikannya hal besar itu dari Balryu.Bumantara dan Xiyun sudah hampir lupa jika Balryu bukanlah darah daging mereka sendiri namun sekarang dihadapkan dengan pertanyaan dari anak itu membuat Xiyun tidak bisa berkata-kata. Anak ini terlalu pintar hingga Xiyun tidak bisa membodohinya sedikit pun.Dengan amat terpaksa Bumantara dan Xiyun menceritakan semuanya pada anak berusia 10 tahun itu padahal mereka berencana akan jujur padanya setelah Balryu suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status