Share

55. Tiga bodyguard

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-19 14:13:32

Yukine dan Khia Na seperti memiliki tiga bodyguard di belakang mereka, keduanya menikmati pertunjukan sedangkan tiga laki-laki itu nampak canggung dan kaku namun tampang mereka begitu mencuri perhatian terlebih itu Balryu yang membuat banyak orang melihat ke mereka meskipun itu hanya sekilas, tidak hanya gadis yang tertarik namun karena wajahnya sungguh enak dipandang bahkan ibu-ibu maupun laki-laki juga melihatnya.

"Aku merasa seperti idola, padahal mereka melihat Balryu bukan aku," bisik Khia Na ke Yukine sambil melirik ke arah Balryu.

"Kamu juga cantik, itu buktinya," ujar Yukine sambil melihat ada dua laki-laki yang nampaknya sejak tadi melihat kearah mereka.

"Sayang bukan seleraku," sahut Khia Na.

Semakin malam ruang bergerak mereka semakin menyempit karena banyak orang yang baru berdatangan yang membuat mereka semakin berhimpitan namun tidak terasa karena suasana yang menyenangkan dan alunan musik yang semangat. Yukine melirik ke arah dua laki-laki itu yang nampaknya sedikit demi sedikit menggeser posisi mereka lebih dekat dengan mereka.

Yukine melihat sebuah tangan tiba-tiba merangkul pundaknya dari belakang dan tangan itu milik Balryu, nampaknya saudaranya itu juga menyadari pandangan dua laki-laki yang memiliki maksud tertentu. Dengan adanya Yukine dirangkul oleh Balryu kedua laki-laki itu kembali fokus pada pertunjukan bukan lagi mencuri pandang pada Khia Na dan Yukine.

"Khia Na."

Yang dipanggil Khia Na namun yang menoleh pada orang yang memanggilnya lima orang bersamaan.

"Iwan?" Khia Na tidak berharap bertemu dengan laki-laki ini lagi.

Iwan nampaknya menyadari jika ada lima orang yang mengawasinya saat ini dan tidak bisa bicara dan bertindak sesuka hati pada Khia Na.

"Aku ingin bicara, ikut denganku," ucap Iwan sambil meraih tangan Khia Na akan membawanya pergi. Akan tetapi itu segera ditepis oleh Kun yang berada tepat dibelakang Khia Na.

"Bicara tinggal bicara kenapa harus membawanya pergi," ucap Kun sambil menggeser tubuh Khia Na menjadi dibelakangnya dan kini Kun dan Iwan saling berhadapan.

"Kamu lagi," ucap Iwan dengan tidak senang saat memperhatikan jika itu adalah Kun, laki-laki yang sama seperti yang pernah dilihatnya di rumah Khia Na. "Aku hanya ingin bicara dengannya. Apa hak mu melarang ku? Kamu benar-benar selingkuhannya?"

"Terserah kamu mau bicara! Yang penting Khia Na datang bersamaku dan aku memiliki kewajiban untuk menjaganya sampai aku mengantarkannya pulang."

"Sok sekali," ejek Iwan.

"Setidaknya aku bertanggung jawab bukan sepertimu yang peduli setelah dibuang, kemana saja setelah bertahun-tahun?"

"Kamu ingin ribut denganku?" Iwan nampak sudah muak dengan Kun yang terlalu ikut campur dengannya dan Khia Na.

"Kapanpun aku siap. Tapi sebelumnya asal kamu tahu jika aku sudah sabuk hitam. Jika untuk meremukkan semua sendi mu bukanlah hal yang sulit untukku."

Iwan dipukul mundur dengan terpaksa. Posisinya sangat tidak diuntungkan ada tiga laki-laki di sana dan satu yang sabuk hitam dua lainnya sepertinya juga tidak mudah untuk dihadapi. Iwan memilih untuk pergi dengan terus mengawasi Khia Na yang sedari tadi hanya diam di belakang Kun.

Melihat Iwan yang sudah pergi Yukine memberikan apresiasi kepada Kun dengan bertepuk tangan ringan dan mengajukan jempolnya pada laki-laki itu hingga membuat Kun sedikit malu, meskipun secara tidak langsung menyombongkan diri dengan sabuk hitamnya namun Kun masih tidak berdaya pada tangan yang merangkul Yukine sejak tadi dan enggan untuk melepaskannya.

"Maaf, aku tidak bermaksud ikut campur urusanmu dengan laki-laki itu," ujar Kun pada Khia Na.

"Aku seharusnya yang berterima kasih. Dia masih saja menggangguku, bahkan sekarang lebih sering menghubungi ku daripada dulu saat kami bersama." Khia Na tidak berdaya pada Iwan, juga tidak tahu bagaimana menghadapi mantan kekasihnya yang sampai detik ini masih belum menerima kenyataan jika mereka berdua sudah tidak dapat bersama kembali.

Yukine masih mendengarkan Khia Na bicara tentang Iwan namun mendengar laki-laki dibelakang bicara dengan orang yang ada di sampingnya.

"Kamu lelah?" ucap Balryu lirih.

"Sedikit," jawab Imran.

"Pulanglah lebih dulu, bawa mobilku." Balryu menggunakan tangan satunya yang bebas untuk mencari kunci di sakunya.

"Tidak! Aku datang bersamamu jadi pulangkan aku."

Ketika mendengar itu Yukine melirik ke arah Imran. "Apa kamu seorang perempuan? Kenapa begitu manja?" Namum Yukine hanya mengatakan ini dalam hati jika ini diucapkan mungkin akan ada perselisihan lagi diantara mereka pada akhirnya Balryu yang harus berada di tengah. "Lagipula gege tidak mengajakmu namun kamu yang ingin ikut sendiri tapi masih berani merepotkannya. Gege toleransi pada beruang ini sangat besar," gerutu Yukine dalam hati.

"Kebetulan sekali,"ujar seorang perempuan yang tidak tahu kapan datangnya tiba-tiba sudah berada di dekat mereka.

Balryu dan Yukine menoleh bersama karena posisi mereka yang paling dekat dengannya.

"Nona Anila?" ucap Balryu.

"Panggil saja Anila aku juga akan memanggilmu hanya dengan sebutan nama," ucap Anila dengan senyuman lebar.

"Sok akrab," timpal Imran lirih namun Yukine masih dapat mendengarnya meskipun ditempat yang cukup berisik ini dan baru kali ini Yukine setuju dengan apa yang dikatakan oleh Imran.

"Kalian datang dengan banyak orang," ucap Anila sambil menyapa Yukine, Imran dan khia Na juga Kun. "Aku datang hanya dengan adikku, aku akan mengenalkannya."

"Siapa yang bertanya," gumam Imran lirih lagi.

Yukine juga baru menyadari jika masih ada perempuan lain yang sejak tadi berdiri di belakangnya dan hanya fokus pada ponselnya.

Dengan perintah dari Anila perempuan itu mengulurkan tangannya pada semua orang sambil menyebutkan namanya dan terakhir pada Balryu. "Ini laki-laki yang disukai kakakku? Lumayan," ujar Anala.

"Jaga mulutmu," ujar Anila sambil mencubit pinggang kembarannya itu.

Sambil mengaduh Anila protes, "Bukankah yang aku katakan benar. Sudah lama ...."

"Jangan dengarkan dia," ucap Anila sambil menutup mulut adiknya dengan tangannya sendiri. Tersenyum menahan malu dihadapan Balryu yang sama sekali tidak merubah ekspektasinya.

Wanita yang biasanya begitu anggun dan mempesona masih akan terlihat ceroboh di depan orang yang disukainya namun Yukine dapat melihatnya dengan jelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   59. Live streaming

    Yukine menikmati helai demi helai bunga Soka Jawa tidak untuk mencicipinya seperti biasanya melainkan menghisap cairan pada pangkal bunga Soka Jawa tiap kali di cabut dari batangnya, besarnya hanya lebih besar daripada jarum namun rasa manisnya membuat Yukine tidak bisa berhenti. Yukine membuang bunga terakhir saat akan menaiki tangga di rooftop itu.Saat sampai yang dilihatnya Geum sedang berkeliling seperti mencari sesuatu sedangkan adik perempuannya hanya duduk manis namun ekspresinya sangat jelek."Berhentilah bergerak aku pusing melihatmu!" seru Ischa yang sudah muak melihat Geum terus bergerak kesana kemari sejak tadi."Maka bantulah, jangan diam saja," sahut Geum sambil terus mencari kesemua sudut tempat itu."Aku sudah bertahun-tahun di sini dan sudah tidak pernah lagi melihat ulat merayap dari bawah hanya musim buah saja beberapa kali, tapi nona besar mu itu selalu saja kena ruam di sini karena ulat namun ulatnya pun aku tidak bisa menemukannya."Ischa terus mengomel karena G

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   58. Bermain-main dengan nyawanya

    Keesokan harinya Yukine benar-benar membawa Khia Na pulang untuk menginap di rumahnya, pertama untuk membuat alibi karena Yukine tidak ingin Balryu terus curiga padanya, agar Yukine punya alasan lebih mudah untuk tidur di luar rumah tanpa harus menjawab deretan pertanyaan dari Balryu di masa depan.Sebenarnya Yukine ingin sekali kembali ke kota itu akan tetapi jika dilihat dari keadaannya sekarang itu jauh lebih sulit daripada waktu pertama kali kembali kala itu. Yukine ingat Balryu pernah berpesan jika laki-laki itu akan mengantarkan ke sana jika dirinya ingin pergi lagi. Apalagi saat ini Yukine dan Balryu sudah sangat dekat hampir tidak ada celah untuk dirinya pergi sendiri lepas dari pengawasan saudaranya itu."Waaaaaa ... aaaahhhh. Apa ini?" Mata Khia Na terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ingatannya sudah terpatri dengan kamar Fe Fei yg sangat feminim namun yang dilihatnya sekarang sangat jauh dengan apa yang ada diingatannya.Khia Na langsung melemparkan tasnya

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   57. Almond atau ulat bulu

    Yukine menatap bungkusan di tangannya, makanan ini sudah dibelinya satu bulan yang lalu namun dirinya belum berani untuk membukanya apalagi menikmatinya.Suara seseorang merintih karena kedinginan terdengar dari samping, itu adalah Geum yang baru saja keluar dari bathtub masih seperti yang sudah-sudah itu bathtub penuh dengan es."Aku sudah melakukan ini berkali-kali namun masih saja tubuhku sulit beradaptasi," ujar Geum sambil pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.Laki-laki itu sudah sering menunjukkan tubuhnya pada perempuan yang hanya duduk layaknya seorang pengawas, Geum sama sekali tidak canggung padanya meskipun hanya menggunakan boxer. Yukine hanya meliriknya sekilas situasi seperti ini sudah berkali-kali dilihatnya sungguh tidak ada yang istimewa di matanya."Aku akan menghubungi gege dulu," gumam Yukine sambil membuat panggilan video tidak membutuhkan waktu lama panggilan itu terhubung."Ada apa?" sahut Balryu yang nampaknya sedang sibuk, laki-laki itu berjalan bers

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   56. Dua saudara kembar

    Di tempat terbuka yang layaknya lautan manusia ini dua saudara kembar itu tidak butuh ijin untuk bergabung bersama lima orang itu, tapi semua orang bisa melihatnya jika Anila sangat ketara jika ingin mendekati Balryu dengan berdiri di sisinya juga mangajukan pertanyaan-pertanyaan kecil pada Balryu. Setelan beberapa waktu berlalu perempuan itu mengatakan isi otaknya."Jika aku tidak mengenal kalian mungkin aku akan berpikir jika kalian adalah pasangan," ujar Anila yang mengomentari Balryu yang terus merangkul Yukine sejak kedatangannya sampai detik ini.Balryu menggunakan tangan kanannya untuk merangkul Yukine dan ketika merasa lelah maka akan menggantinya dengan kanan kirinya. Balryu masih harus menemani Anila berbicara yang ada di sebelah kanannya dari waktu ke waktu karena masih menghormati perempuan itu tidak sepenuhnya bisa mengabaikan begitu saja seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita yang lain.Yukine sudah lelah melihat modus yang digunakan oleh Anila terlebih teringat a

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   55. Tiga bodyguard

    Yukine dan Khia Na seperti memiliki tiga bodyguard di belakang mereka, keduanya menikmati pertunjukan sedangkan tiga laki-laki itu nampak canggung dan kaku namun tampang mereka begitu mencuri perhatian terlebih itu Balryu yang membuat banyak orang melihat ke mereka meskipun itu hanya sekilas, tidak hanya gadis yang tertarik namun karena wajahnya sungguh enak dipandang bahkan ibu-ibu maupun laki-laki juga melihatnya."Aku merasa seperti idola, padahal mereka melihat Balryu bukan aku," bisik Khia Na ke Yukine sambil melirik ke arah Balryu."Kamu juga cantik, itu buktinya," ujar Yukine sambil melihat ada dua laki-laki yang nampaknya sejak tadi melihat kearah mereka."Sayang bukan seleraku," sahut Khia Na.Semakin malam ruang bergerak mereka semakin menyempit karena banyak orang yang baru berdatangan yang membuat mereka semakin berhimpitan namun tidak terasa karena suasana yang menyenangkan dan alunan musik yang semangat. Yukine melirik ke arah dua laki-laki itu yang nampaknya sedikit dem

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   54. Festival

    Tiba-tiba kepala Yukine merasa pusing melihat lautan manusia di depan matanya dan harus menemukan dua orang itu diantara manusia-manusia ini. Yukine tidak mau menggunakan otak dan matanya secara berlebihan untuk mencari keberadaan Khia Na dan Kun maka yang dilakukannya adalah mengirimkan pesan pada Khia Na."Aku ada didekat maskot sapi, di sebelah kiri pintu masuk."Dengan cepat Khia Na membalasnya. "Ok, aku dan Kun masih terjebak mencari tempat parkir."Yukine cukup lama menunggu dua manusia itu, Yukine dilanda kebosanan karena mereka tidak kunjung juga menunjukkan tampang mereka."Xiao Gui."Awalnya Yukine kira jika dirinya salah dengar, di lautan manusia seperti ini ada yang memanggilnya menggunakan panggilan itu. Yukine mengabaikan itu kepalanya tertunduk melihat sepatunya sendiri sambil terus berpikir keras, meskipun Yukine nampak tenang namun otaknya sangat berisik. Ada banyak hal yang dipikirkan, siasat demi siasat dikumpulkannya untuk menghadapi laki-laki bernama Alga yg ada d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status