Tiba-tiba kepala Yukine merasa pusing melihat lautan manusia di depan matanya dan harus menemukan dua orang itu diantara manusia-manusia ini. Yukine tidak mau menggunakan otak dan matanya secara berlebihan untuk mencari keberadaan Khia Na dan Kun maka yang dilakukannya adalah mengirimkan pesan pada Khia Na.
"Aku ada didekat maskot sapi, di sebelah kiri pintu masuk." Dengan cepat Khia Na membalasnya. "Ok, aku dan Kun masih terjebak mencari tempat parkir." Yukine cukup lama menunggu dua manusia itu, Yukine dilanda kebosanan karena mereka tidak kunjung juga menunjukkan tampang mereka. "Xiao Gui." Awalnya Yukine kira jika dirinya salah dengar, di lautan manusia seperti ini ada yang memanggilnya menggunakan panggilan itu. Yukine mengabaikan itu kepalanya tertunduk melihat sepatunya sendiri sambil terus berpikir keras, meskipun Yukine nampak tenang namun otaknya sangat berisik. Ada banyak hal yang dipikirkan, siasat demi siasat dikumpulkannya untuk menghadapi laki-laki bernama Alga yg ada di belahan bumi lain. "Fe Fei." Suara itu terdengar lagi dan kini Yukine mendongak melihat laki-laki yang familiar berdiri tidak jauh darinya. "Gege?" Yukine tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kenapa kamu ada disini?" Belum sempat Balryu menjawab pertanyaan dari adik perempuannya, kawannya yang ada di samping protes lebih dulu. "Aku yang berteriak memanggilnya tidak terdengar namun kau yang hanya memanggilnya pelan dia langsung mendengarnya," protes Imran yang lebih dulu memanggil Yukine dengan Xiao Gui diabaikan tapi Balryu memanggilnya Fe Fei Yukine langsung mendengarnya. "Ah ... kau juga datang?" Yukine baru melihat keberadaan Imran saat lelaki itu bicara. "Bahkan aku yang sebesar ini tidak terlihat dimatanya." Imran menggelengkan kepalanya tidak percaya akan pengelihatan Yukine. "Abaikan saja dia," ucap Balryu lebih dekat pada Yukine karena tempat itu penuh sekali dengan orang-orang yang ingin melihat pertunjukkan juga meramaikan festival ini. "Dimana teman-teman mu?" "Mereka masih ada di parkiran." Mereka bertiga menunggu bersama kedua manusia itu. "Apakah mereka tersesat?" Imran yang nampak tidak sabar menunggu kawan-kawan Yukine. "Tuan muda, sepetinya hiburan ini tidak cocok dengan darah dan dagingmu," celetuk Yukine yang melihat Imran begitu memaksakan diri ada di tengah-tengah lautan manusia itu. Tiap kali orang yang akan lewat dan akan bersentuhan dengannya Imran selalu membuat pertahanan diri agar tidak bersentuhan dengan orang lain, ekspresi tidak nyaman karena berbagai macam orang ada di sini terlihat nyata di wajahnya. Imran tidak menanggapi ucapan Yukine malah bicara pada Balryu. "Aku haus, aku akan membeli minuman terlebih dahulu, kamu haus?" "Emm," sahut Balryu. Lelaki berpakaian putih itu segera pergi memecah lautan manusia dan menuju stan yang menjual minuman yang jaraknya hanya beberapa meter dari mereka berdiri. "Kenapa gege mengajaknya?" tanya Yukine sambil menggunakan dagunya untuk menunjuk Imran yang membelakangi mereka. "Dia ikut sendiri saat aku menolak ajakan makan malamnya karena ingin datang kemari." "Tempat ini sungguh tidak cocok dengan kawanmu itu." "Jika dia lelah pasti akan pergi sendiri," jawab Yukine. Imran kembali dengan dua minuman di tangannya dan menyerahkan pada Balryu. Balryu langsung meminum itu dan melihat Imran tidak memberikan minuman satunya pada Yukine. "Mana untukku?" tanya Yukine. "Beli saja sendiri, kenapa aku harus mempedulikan mu kamu saja mengabaikan aku," jawab Imran. "Laki-laki ini kekanak-kanakan sekali," ucap Yukine melotot pada Imran dan lelaki itu juga membalasnya tidak mau kalah. Balryu tidak terganggu dengan mereka berdua yang bertikai, seperti biasa Balryu akan menjadi pihak tengah untuk dua orang itu, menyerahkan minuman bekas dirinya pada Yukine yang masih banyak. Yukine tidak keberatan langsung menerima itu dan akan meminumnya namun di hentikan oleh Imran. "Gadis ini," ujar Imran dengan tidak senang. Kemudian mengambil minuman bekas Balryu dan mengganti dengan miliknya sendiri yang masih utuh. "Kamu tidak bisa minum bekas milik Balryu," ujar Imran. "Namun aku bisa." Lalu Imran meminum itu tidak peduli dengan wajah bengong Yukine. Yukine melihat ke arah saudara laki-lakinya yang masih mempertahankan wajah tenangnya nampaknya tidak terkejut akan hal itu, toleransi Balryu pada laki-laki itu begitu banyak dan sepetinya ini bukanlah hal yang baru. Yukine juga tidak berkomentar hanya memandangi laki-laki itu yang sedang bahagia menikmati minumannya. "Oh ... ku kira kamu datang sendiri," ujar Khia Na yang baru saja sampai melihat Yukine dan juga dua laki-laki lainnya. "Awalnya aku sendiri tapi kemudian mereka datang," jawab Yukine sambil meraih lengan Khia Na mengajaknya masuk bersama ratusan orang lainnya. Ketika Yukine dan Khia Na pergi lebih dulu secara otomatis tiga laki-laki di belakang akan mengikuti mereka, Kun menyapa dua orang lainnya dengan canggung. "Kamu pacar gadis itu?" tanya Imran pada Kun sambil menunjuk Khia Na. "Bukan," jawab Kun sambil berjalan beriringan. Tiga laki-laki di belakang dua gadis di depan. "Kamu menyukainya?" "Tidak juga." "Lalu?" "Lalu apa? Kami hanya teman," jawab Kun bingung. "Kamu hanya temannya?" Imran terus mencerca Kun seakan dirinya ibu dari Khia Na. "Sebenarnya aku teman Fe Fei kemudian kami berteman semua." "Jadi kamu suka Fe Fei?" "Ini ...?" Kun bingung menjawabnya malah melihat kearah Balryu yang sejak tadi tidak bicara namun pasti menyimak percakapan mereka berdua. "Tidak perlu takut, ini adalah calon kakak ipar mu," ucap Imran sambil menepuk pundak Balryu. "Apa kamu seorang mak comblang? Setiap bertemu dengan laki-laki selalu kamu jodohkan dengan adikku?" ucap Balryu dengan tidak senang. Kun yang melihat tatapan tidak bersahabat Balryu dibuat merinding olehnya.Yukine menikmati helai demi helai bunga Soka Jawa tidak untuk mencicipinya seperti biasanya melainkan menghisap cairan pada pangkal bunga Soka Jawa tiap kali di cabut dari batangnya, besarnya hanya lebih besar daripada jarum namun rasa manisnya membuat Yukine tidak bisa berhenti. Yukine membuang bunga terakhir saat akan menaiki tangga di rooftop itu.Saat sampai yang dilihatnya Geum sedang berkeliling seperti mencari sesuatu sedangkan adik perempuannya hanya duduk manis namun ekspresinya sangat jelek."Berhentilah bergerak aku pusing melihatmu!" seru Ischa yang sudah muak melihat Geum terus bergerak kesana kemari sejak tadi."Maka bantulah, jangan diam saja," sahut Geum sambil terus mencari kesemua sudut tempat itu."Aku sudah bertahun-tahun di sini dan sudah tidak pernah lagi melihat ulat merayap dari bawah hanya musim buah saja beberapa kali, tapi nona besar mu itu selalu saja kena ruam di sini karena ulat namun ulatnya pun aku tidak bisa menemukannya."Ischa terus mengomel karena G
Keesokan harinya Yukine benar-benar membawa Khia Na pulang untuk menginap di rumahnya, pertama untuk membuat alibi karena Yukine tidak ingin Balryu terus curiga padanya, agar Yukine punya alasan lebih mudah untuk tidur di luar rumah tanpa harus menjawab deretan pertanyaan dari Balryu di masa depan.Sebenarnya Yukine ingin sekali kembali ke kota itu akan tetapi jika dilihat dari keadaannya sekarang itu jauh lebih sulit daripada waktu pertama kali kembali kala itu. Yukine ingat Balryu pernah berpesan jika laki-laki itu akan mengantarkan ke sana jika dirinya ingin pergi lagi. Apalagi saat ini Yukine dan Balryu sudah sangat dekat hampir tidak ada celah untuk dirinya pergi sendiri lepas dari pengawasan saudaranya itu."Waaaaaa ... aaaahhhh. Apa ini?" Mata Khia Na terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ingatannya sudah terpatri dengan kamar Fe Fei yg sangat feminim namun yang dilihatnya sekarang sangat jauh dengan apa yang ada diingatannya.Khia Na langsung melemparkan tasnya
Yukine menatap bungkusan di tangannya, makanan ini sudah dibelinya satu bulan yang lalu namun dirinya belum berani untuk membukanya apalagi menikmatinya.Suara seseorang merintih karena kedinginan terdengar dari samping, itu adalah Geum yang baru saja keluar dari bathtub masih seperti yang sudah-sudah itu bathtub penuh dengan es."Aku sudah melakukan ini berkali-kali namun masih saja tubuhku sulit beradaptasi," ujar Geum sambil pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.Laki-laki itu sudah sering menunjukkan tubuhnya pada perempuan yang hanya duduk layaknya seorang pengawas, Geum sama sekali tidak canggung padanya meskipun hanya menggunakan boxer. Yukine hanya meliriknya sekilas situasi seperti ini sudah berkali-kali dilihatnya sungguh tidak ada yang istimewa di matanya."Aku akan menghubungi gege dulu," gumam Yukine sambil membuat panggilan video tidak membutuhkan waktu lama panggilan itu terhubung."Ada apa?" sahut Balryu yang nampaknya sedang sibuk, laki-laki itu berjalan bers
Di tempat terbuka yang layaknya lautan manusia ini dua saudara kembar itu tidak butuh ijin untuk bergabung bersama lima orang itu, tapi semua orang bisa melihatnya jika Anila sangat ketara jika ingin mendekati Balryu dengan berdiri di sisinya juga mangajukan pertanyaan-pertanyaan kecil pada Balryu. Setelan beberapa waktu berlalu perempuan itu mengatakan isi otaknya."Jika aku tidak mengenal kalian mungkin aku akan berpikir jika kalian adalah pasangan," ujar Anila yang mengomentari Balryu yang terus merangkul Yukine sejak kedatangannya sampai detik ini.Balryu menggunakan tangan kanannya untuk merangkul Yukine dan ketika merasa lelah maka akan menggantinya dengan kanan kirinya. Balryu masih harus menemani Anila berbicara yang ada di sebelah kanannya dari waktu ke waktu karena masih menghormati perempuan itu tidak sepenuhnya bisa mengabaikan begitu saja seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita yang lain.Yukine sudah lelah melihat modus yang digunakan oleh Anila terlebih teringat a
Yukine dan Khia Na seperti memiliki tiga bodyguard di belakang mereka, keduanya menikmati pertunjukan sedangkan tiga laki-laki itu nampak canggung dan kaku namun tampang mereka begitu mencuri perhatian terlebih itu Balryu yang membuat banyak orang melihat ke mereka meskipun itu hanya sekilas, tidak hanya gadis yang tertarik namun karena wajahnya sungguh enak dipandang bahkan ibu-ibu maupun laki-laki juga melihatnya."Aku merasa seperti idola, padahal mereka melihat Balryu bukan aku," bisik Khia Na ke Yukine sambil melirik ke arah Balryu."Kamu juga cantik, itu buktinya," ujar Yukine sambil melihat ada dua laki-laki yang nampaknya sejak tadi melihat kearah mereka."Sayang bukan seleraku," sahut Khia Na.Semakin malam ruang bergerak mereka semakin menyempit karena banyak orang yang baru berdatangan yang membuat mereka semakin berhimpitan namun tidak terasa karena suasana yang menyenangkan dan alunan musik yang semangat. Yukine melirik ke arah dua laki-laki itu yang nampaknya sedikit dem
Tiba-tiba kepala Yukine merasa pusing melihat lautan manusia di depan matanya dan harus menemukan dua orang itu diantara manusia-manusia ini. Yukine tidak mau menggunakan otak dan matanya secara berlebihan untuk mencari keberadaan Khia Na dan Kun maka yang dilakukannya adalah mengirimkan pesan pada Khia Na."Aku ada didekat maskot sapi, di sebelah kiri pintu masuk."Dengan cepat Khia Na membalasnya. "Ok, aku dan Kun masih terjebak mencari tempat parkir."Yukine cukup lama menunggu dua manusia itu, Yukine dilanda kebosanan karena mereka tidak kunjung juga menunjukkan tampang mereka."Xiao Gui."Awalnya Yukine kira jika dirinya salah dengar, di lautan manusia seperti ini ada yang memanggilnya menggunakan panggilan itu. Yukine mengabaikan itu kepalanya tertunduk melihat sepatunya sendiri sambil terus berpikir keras, meskipun Yukine nampak tenang namun otaknya sangat berisik. Ada banyak hal yang dipikirkan, siasat demi siasat dikumpulkannya untuk menghadapi laki-laki bernama Alga yg ada d