Di tempat terbuka yang layaknya lautan manusia ini dua saudara kembar itu tidak butuh ijin untuk bergabung bersama lima orang itu, tapi semua orang bisa melihatnya jika Anila sangat ketara jika ingin mendekati Balryu dengan berdiri di sisinya juga mangajukan pertanyaan-pertanyaan kecil pada Balryu. Setelan beberapa waktu berlalu perempuan itu mengatakan isi otaknya.
"Jika aku tidak mengenal kalian mungkin aku akan berpikir jika kalian adalah pasangan," ujar Anila yang mengomentari Balryu yang terus merangkul Yukine sejak kedatangannya sampai detik ini. Balryu menggunakan tangan kanannya untuk merangkul Yukine dan ketika merasa lelah maka akan menggantinya dengan kanan kirinya. Balryu masih harus menemani Anila berbicara yang ada di sebelah kanannya dari waktu ke waktu karena masih menghormati perempuan itu tidak sepenuhnya bisa mengabaikan begitu saja seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita yang lain. Yukine sudah lelah melihat modus yang digunakan oleh Anila terlebih teringat akan peringatan yang pernah disampaikan oleh dokter Halaong padanya. Yukine menoleh pada Imran. "Kau lelah?" tanya Yukine pada Imran dengan sedikit berbisik. "Apa? sahut Imran dengan ketus. "Lelah?" Yukine mengulangi pertanyaannya dengan sedikit lebih keras. "Bosan. Aku ingin makan orang," jawab Imran dengan tidak senang. "Aku juga ingin makan orang, ayo cari makan mana tahu ada kedai yang jual organ dalam." "Aku benci organ dalam." "Apa yang kalian bicarakan?" sahut Balryu sambil sedikit menunduk agar bisa mendengarkan percakapan keduanya. "Kawan, aku sangat lelah. Sepertinya aku sebentar lagi akan pingsan. Bisakah kamu gendong aku sampai parkiran?" "Enak saja," sahut Yukine. Balryu hanya menggeleng kemudian menoleh pada Anila. "Sepertinya aku harus pergi dulu, mereka merengek ingin pulang," ujar Balryu pada Anila dan Anala yang melihat Yukine dan Imran sudah meraih tangan Balryu satu-satu. "Tolong antar Khia Na pulang, aku akan pulang bersama dengan gege," ujar Yukine pada Kun dan laki-laki hanya mengangguk pelan sambil tersenyum. Balryu berjalan memecah lautan manusia itu dengan membawa Yukine dan Imran di sisinya. "Kamu yakin jika itu adiknya?" tanya Anala pada Anila yang masih terus memperhatikan kepergian mereka bertiga. "Ya dia hanya adiknya," jawab Anila. "Kamu bisa bersaing dengan banyak wanita di luar sana namun nampaknya lawan terberat mu adalah adiknya sendiri." "Aku rasa juga seperti itu." Sesampainya di rumah Yukine langsung mandi kemudian mencari ibunya sedangkan untuk Bumantara entah pergi ke belahan bumi mana lagi, orang itu tidak nampak wujudnya di rumah. "Ada apa?" tanya Xiyun sambil melepaskan kaca matanya. "Ibu sibuk?" tanya Yukine di ambang pintu kamar ibunya. "Tidak, ibu hanya mengecek beberapa laporan. Masuklah." Yukine masuk dan duduk di samping ibunya, wanita itu merangkulnya jarang sekali memiliki waktu bersama dengan putrinya itu. "Pergi kemana hari ini dengan gegemu?" "Kami pergi ke festival." "Dengan siapa saja?" "Ada teman-temanku juga Imran." "Seru?" "Sampai penuh sesak." Xiyun tertawa lirih melihat anak gadisnya mengekspresikan keadaan yang penuh dengan pengunjung itu. "Ada apa mencari ibu, ibu pikir kamu sudah tidur karena kelelahan." "Tidak ada, hanya ingin bertanya dengan santai." "Apa itu?" "Apa pendapat ibu tentang CEO muda itu. Putri Batanta." "Anila maksudnya?" "Ya." "Emmm ... dia cantik, pintar dan juga dari keluarga terpandang. Memangnya kenapa tiba-tiba membahasnya?" "Kebetulan kami bertemu dengannya juga kembarannya di festival. Aku hanya ingin tahu apakah ibu menyukainya dan ingin menjadikannya menantu?" "Kenapa tiba-tiba kamu membahas ini kamu ingin gegemu cepat-cepat menikah?" "Sebelum terlambat, sebaiknya cari perempuan lain saja. Perempuan itu dan ayahnya sangat menyukai gege." "Memangnya kenapa." "Aku ... aku ..., aku hanya tidak suka dengan perempuan itu meskipun banyak yang mengatakan jika dia baik dan cocok dengan gege. Hanya ibu yang bisa menolak lamaran perempuan itu jika benar-benar terjadi." "Apa yang kamu katakan, bagaimana seorang perempuan bisa melamar terlebih dahulu. Kami hanya sebatas membicarakan tentang pekerjaan belum sampai di tahap itu." "Justru itu, ibu bisa memilih wanita manapun asalkan jangan perempuan itu." "Memangnya kenapa?" Xiyun bingung. Yukine sudah di batasnya. Yukine bangkit dan akan pergi namun masih berusaha meyakinkannya ibunya meskipun dirinya sendiri juga tidak yakin dengan apa yang sedang dilakukannya ini. "Aku tidak bisa mengatakannya. Meskipun ayah dan ibu menyukainya bahkan gege juga tertarik pada perempuan itu lebih baik jangan," ucap Yukine sambil perlahan pergi. "Anak ini, aku kira sudah dewasa tapi masih kekanak-kanakan jika menyangkut Balryu," ucap Xiyun ketika pintu itu tertutup. "Apa dia belum siap jika Balryu punya kehidupannya sendiri dan pergi dari rumah ini?" Xiyun menjadi lebih berpikir ke arah situ. Semua orang tahu betapa manjanya Yukine pada Balryu, dulu maupun sekarang. Xiyun hanya berpikir jika Yukine tidak siap jika kasih sayang saudara laki-lakinya harus terbagi dengan orang lain, orang lain yang akan menyita banyak waktu saudaranya terlebar nanti jika Balryu punya anak maka Yukine sudah pasti tidak dapat bermanja-manja lagi padanya. "Fe Fei ... Fe Fei." Xiyun menggeleng sambil tersenyum kecil menganggap sikap Yukine lucu dimatanya.Yukine menikmati helai demi helai bunga Soka Jawa tidak untuk mencicipinya seperti biasanya melainkan menghisap cairan pada pangkal bunga Soka Jawa tiap kali di cabut dari batangnya, besarnya hanya lebih besar daripada jarum namun rasa manisnya membuat Yukine tidak bisa berhenti. Yukine membuang bunga terakhir saat akan menaiki tangga di rooftop itu.Saat sampai yang dilihatnya Geum sedang berkeliling seperti mencari sesuatu sedangkan adik perempuannya hanya duduk manis namun ekspresinya sangat jelek."Berhentilah bergerak aku pusing melihatmu!" seru Ischa yang sudah muak melihat Geum terus bergerak kesana kemari sejak tadi."Maka bantulah, jangan diam saja," sahut Geum sambil terus mencari kesemua sudut tempat itu."Aku sudah bertahun-tahun di sini dan sudah tidak pernah lagi melihat ulat merayap dari bawah hanya musim buah saja beberapa kali, tapi nona besar mu itu selalu saja kena ruam di sini karena ulat namun ulatnya pun aku tidak bisa menemukannya."Ischa terus mengomel karena G
Keesokan harinya Yukine benar-benar membawa Khia Na pulang untuk menginap di rumahnya, pertama untuk membuat alibi karena Yukine tidak ingin Balryu terus curiga padanya, agar Yukine punya alasan lebih mudah untuk tidur di luar rumah tanpa harus menjawab deretan pertanyaan dari Balryu di masa depan.Sebenarnya Yukine ingin sekali kembali ke kota itu akan tetapi jika dilihat dari keadaannya sekarang itu jauh lebih sulit daripada waktu pertama kali kembali kala itu. Yukine ingat Balryu pernah berpesan jika laki-laki itu akan mengantarkan ke sana jika dirinya ingin pergi lagi. Apalagi saat ini Yukine dan Balryu sudah sangat dekat hampir tidak ada celah untuk dirinya pergi sendiri lepas dari pengawasan saudaranya itu."Waaaaaa ... aaaahhhh. Apa ini?" Mata Khia Na terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ingatannya sudah terpatri dengan kamar Fe Fei yg sangat feminim namun yang dilihatnya sekarang sangat jauh dengan apa yang ada diingatannya.Khia Na langsung melemparkan tasnya
Yukine menatap bungkusan di tangannya, makanan ini sudah dibelinya satu bulan yang lalu namun dirinya belum berani untuk membukanya apalagi menikmatinya.Suara seseorang merintih karena kedinginan terdengar dari samping, itu adalah Geum yang baru saja keluar dari bathtub masih seperti yang sudah-sudah itu bathtub penuh dengan es."Aku sudah melakukan ini berkali-kali namun masih saja tubuhku sulit beradaptasi," ujar Geum sambil pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.Laki-laki itu sudah sering menunjukkan tubuhnya pada perempuan yang hanya duduk layaknya seorang pengawas, Geum sama sekali tidak canggung padanya meskipun hanya menggunakan boxer. Yukine hanya meliriknya sekilas situasi seperti ini sudah berkali-kali dilihatnya sungguh tidak ada yang istimewa di matanya."Aku akan menghubungi gege dulu," gumam Yukine sambil membuat panggilan video tidak membutuhkan waktu lama panggilan itu terhubung."Ada apa?" sahut Balryu yang nampaknya sedang sibuk, laki-laki itu berjalan bers
Di tempat terbuka yang layaknya lautan manusia ini dua saudara kembar itu tidak butuh ijin untuk bergabung bersama lima orang itu, tapi semua orang bisa melihatnya jika Anila sangat ketara jika ingin mendekati Balryu dengan berdiri di sisinya juga mangajukan pertanyaan-pertanyaan kecil pada Balryu. Setelan beberapa waktu berlalu perempuan itu mengatakan isi otaknya."Jika aku tidak mengenal kalian mungkin aku akan berpikir jika kalian adalah pasangan," ujar Anila yang mengomentari Balryu yang terus merangkul Yukine sejak kedatangannya sampai detik ini.Balryu menggunakan tangan kanannya untuk merangkul Yukine dan ketika merasa lelah maka akan menggantinya dengan kanan kirinya. Balryu masih harus menemani Anila berbicara yang ada di sebelah kanannya dari waktu ke waktu karena masih menghormati perempuan itu tidak sepenuhnya bisa mengabaikan begitu saja seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita yang lain.Yukine sudah lelah melihat modus yang digunakan oleh Anila terlebih teringat a
Yukine dan Khia Na seperti memiliki tiga bodyguard di belakang mereka, keduanya menikmati pertunjukan sedangkan tiga laki-laki itu nampak canggung dan kaku namun tampang mereka begitu mencuri perhatian terlebih itu Balryu yang membuat banyak orang melihat ke mereka meskipun itu hanya sekilas, tidak hanya gadis yang tertarik namun karena wajahnya sungguh enak dipandang bahkan ibu-ibu maupun laki-laki juga melihatnya."Aku merasa seperti idola, padahal mereka melihat Balryu bukan aku," bisik Khia Na ke Yukine sambil melirik ke arah Balryu."Kamu juga cantik, itu buktinya," ujar Yukine sambil melihat ada dua laki-laki yang nampaknya sejak tadi melihat kearah mereka."Sayang bukan seleraku," sahut Khia Na.Semakin malam ruang bergerak mereka semakin menyempit karena banyak orang yang baru berdatangan yang membuat mereka semakin berhimpitan namun tidak terasa karena suasana yang menyenangkan dan alunan musik yang semangat. Yukine melirik ke arah dua laki-laki itu yang nampaknya sedikit dem
Tiba-tiba kepala Yukine merasa pusing melihat lautan manusia di depan matanya dan harus menemukan dua orang itu diantara manusia-manusia ini. Yukine tidak mau menggunakan otak dan matanya secara berlebihan untuk mencari keberadaan Khia Na dan Kun maka yang dilakukannya adalah mengirimkan pesan pada Khia Na."Aku ada didekat maskot sapi, di sebelah kiri pintu masuk."Dengan cepat Khia Na membalasnya. "Ok, aku dan Kun masih terjebak mencari tempat parkir."Yukine cukup lama menunggu dua manusia itu, Yukine dilanda kebosanan karena mereka tidak kunjung juga menunjukkan tampang mereka."Xiao Gui."Awalnya Yukine kira jika dirinya salah dengar, di lautan manusia seperti ini ada yang memanggilnya menggunakan panggilan itu. Yukine mengabaikan itu kepalanya tertunduk melihat sepatunya sendiri sambil terus berpikir keras, meskipun Yukine nampak tenang namun otaknya sangat berisik. Ada banyak hal yang dipikirkan, siasat demi siasat dikumpulkannya untuk menghadapi laki-laki bernama Alga yg ada d