Share

58. Bermain-main dengan nyawanya

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 22:30:08

Keesokan harinya Yukine benar-benar membawa Khia Na pulang untuk menginap di rumahnya, pertama untuk membuat alibi karena Yukine tidak ingin Balryu terus curiga padanya, agar Yukine punya alasan lebih mudah untuk tidur di luar rumah tanpa harus menjawab deretan pertanyaan dari Balryu di masa depan.

Sebenarnya Yukine ingin sekali kembali ke kota itu akan tetapi jika dilihat dari keadaannya sekarang itu jauh lebih sulit daripada waktu pertama kali kembali kala itu. Yukine ingat Balryu pernah berpesan jika laki-laki itu akan mengantarkan ke sana jika dirinya ingin pergi lagi. Apalagi saat ini Yukine dan Balryu sudah sangat dekat hampir tidak ada celah untuk dirinya pergi sendiri lepas dari pengawasan saudaranya itu.

"Waaaaaa ... aaaahhhh. Apa ini?"

Mata Khia Na terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ingatannya sudah terpatri dengan kamar Fe Fei yg sangat feminim namun yang dilihatnya sekarang sangat jauh dengan apa yang ada diingatannya.

Khia Na langsung melemparkan tasnya kemudian mengelilingi kamar Yukine seakan ini pertama kalinya perempuan itu masuk kamar ini dan saat melihat mesin boxing yang ada di tembok Khia Na melihat ke arah Yukine.

"Kamu juga melakukan ini?" tanya Khia Na sambil menunjuk alat itu.

"Keluargaku hanya tahu jika aku suka memainkan mesin itu tapi aku belum memberi tahu mereka tentang taekwondo," jawab Yukine santai sambil merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Hari ini bisa pulang ke rumah sendiri dengan santai karena semua ruam di tubuhnya sudah hilang bahkan sahabatnya itu tidak tahu dengan hal itu. Yukine sengaja menutupi itu menggunakan lengan panjang dan kerah tinggi untungnya ruam itu tidak diwajahnya. Jujur Yukine tidak tahu harus mengatakan apa pada Khia Na saat dirinya bermain-main dengan nyawanya sendiri ketika makan almond itu.

"Kenapa? Kamu tidak memberi tahukan pada mereka jika kamu suka taekwondo?" tanya Khia Na bingung karena setahunya hubungan mereka saat ini cukup baik dan dekat.

"Aku masih menunggu waktu yang tepat dan juga aku ingin memberikan kejutan pada mereka saat aku sudah sabuk hitam."

"Masuk akal juga," sahut Khia dengan lirih masih dengan memikirkan cara kerja otak temannya itu.

Khia Na kembali menelusuri setiap jengkal ruangan ini dan kembali berseru, "Tidak menemukan jejak warna pink satupun," ucap Khia Na.

Yukine hanya tersenyum menunjukkan gigi depannya. Saat Khia Na membuka lemari pakaiannya tiba-tiba teringat pada sesuatu karena Khia Na mengatakan tentang jejak warna pink. Yukine meninggalkan satu barang warna pink yang tidak bisa dengan mudah memindahkannya dan menyimpannya. Saat ini barang itu ada di laci nakas paling bawah. Yukine bangkit dan langsung mengambil diary itu dan memasukkannya kedalam tasnya.

Kejadian itu cukup cepat bahkan Khia Na tidak menyadari jika Yukine pernah bergerak dan posisinya sedikit berubah.

"Hampir saja," ucap Yukine dalam hati sambil mengelus dadanya.

Ini hanya untuk berjaga-jaga saja, karena Khia Na akan menginap disini kemungkinan perempuan itu akan menemukan diary itu masih saja ada jalannya, maka lebih baik menyimpannya di tempat lebih aman dan tas yang selalu dibawanya tidak mungkin di periksa oleh kawannya itu.

"Kamu benar-benar berubah, aku sama sekali tidak menemukan jejak Fe Fei yang dulu. Aku baru tahu jika amnesia bisa membuat orang berubah sebanyak ini," seru Khia Na sambil menyusul Yukine di ranjang.

"Lalu aku harus menjawab apa?"

"Entahlah jangan dipikirkan, dengan otakku yang ini semuanya tidak sampai."

"Sudahlah aku mau mandi dulu." Yukine beranjak dan langsung manuju ke kamar mandi."

"Bisakah kita mandi bersama?"

"Jangan harap!" sahut Yukine tanpa menoleh.

"Padahalkan seru."

"Seru dari Hongkong?"

Mereka mandi bergantian kemudian turun bersama-sama untuk makan malam dengan kedua orang tuanya. Bumantara dan Xiyun menyapa Khia Na dengan hangat dan mulai makan malam, mereka mengobrol membicarakan banyak hal.

"Biarkan aku saja yang memberikan bukankah kalian harus pergi pagi-pagi sekali besok," ujar Yukine setelah mereka selesai makan.

"Aku harus mengejar penerbangan pertama besok pagi," ucap Xiyun dengan tidak berdaya.

"Aku akan membantumu berkemas," sahut Bumantara.

Pasangan suami istri itu kembali ke kamar mereka hanya tinggal dua perempuan itu saja di dapur.

"Setiap hari mereka sibuk seperti itu? Aku sudah mendengar mu cerita tentang kesibukan keluargamu sejak lama dan hanya Balryu yang setiap hari di rumah tapi sekarang bahkan laki-laki itu tidak nampak, apakah mereka tidak lelah? Aku yang hanya melihat dan mendengar aktivitas mereka saja sudah sangat lelah dan jenuh," ucap Khia Na sambil membuang napas panjang.

"Jika mereka bisa memilih mungkin tidak akan mengambil jalan ini hanya saja kami bukan terlahir dari keluarga kaya raya kami masih harus bekerja keras. Nampaknya mereka juga begitu menikmati pekerjaan mereka."

Baru juga Yukine menutup mulutnya suara klakson terdengar di depan rumah mereka.

"Siapa?" tanya Khia Na sambil mendongak agar melihat dari jendela namun tetap tidak bisa melihat mobil itu.

"Gege," jawab Yukine sambil pergi ke depan.

Khia Na tidak ikut kemana perginya perempuan itu tidak mungkin dirinya ikut menyambut kedatangan kakak dari temannya pulang bekerja. Khia Na melihat Yukine membawa sebuah kantong dan senyuman cerah nampak disana saat kembali dan diikuti oleh Balryu di belakangnya.

"Aku seperti sudah lama tidak melihat wajahnya yang secerah itu," gumam Khia Na yang melihat Yukine berjalan ke arahnya.

"Mau?" tanya Yukine sambil menyodorkan kantong di tangannya.

"Apa itu?"

"Anggur."

"Tidak. Aku sudah sangat kenyang," jawab Khia Na sambil melihat Balryu yang baru saja datang langsung pergi ke dapur mencuci tangannya setelah menaruh tas dan melepaskan jasnya.

Khia Na masih betah duduk di meja makan dengan Yukine makan anggur di sampingnya dan Balryu yang memunggungi mereka sedang memanaskan makanan.

"Gegemu setiap hari melayani dirinya sendiri seperti ini?" tanya Khia Na.

"Biasanya aku," ucap Yukine terjeda karena menelan anggurnya. "Aku juga dilayani."

Khia Na nampak kecewa karena berpikir jika Yukine yang melayani Balryu ternyata malah sebaliknya.

Balryu selesai memanaskan makanannya dan ikut bergabung di meja makan. Khia Na cukup terkejut melihat porsi makan Balryu yang menurutnya itu dua porsi dijadikan satu.

"Kamu bisa makan sebanyak itu di malam hari dan masih memiliki tubuh sebagus itu, aku sungguh iri." Khia Na tidak menyembunyikan isi otaknya.

Namun prasangkanya ternyata salah karena mahluk sampingnya yang tadi makan bersamanya kini masih membuat ulah dengan mengganggu makan Balryu.

"Makanan terenak adalah makanan milik orang lain," ucap Yukine tanpa bersalah sedikitpun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   59. Live streaming

    Yukine menikmati helai demi helai bunga Soka Jawa tidak untuk mencicipinya seperti biasanya melainkan menghisap cairan pada pangkal bunga Soka Jawa tiap kali di cabut dari batangnya, besarnya hanya lebih besar daripada jarum namun rasa manisnya membuat Yukine tidak bisa berhenti. Yukine membuang bunga terakhir saat akan menaiki tangga di rooftop itu.Saat sampai yang dilihatnya Geum sedang berkeliling seperti mencari sesuatu sedangkan adik perempuannya hanya duduk manis namun ekspresinya sangat jelek."Berhentilah bergerak aku pusing melihatmu!" seru Ischa yang sudah muak melihat Geum terus bergerak kesana kemari sejak tadi."Maka bantulah, jangan diam saja," sahut Geum sambil terus mencari kesemua sudut tempat itu."Aku sudah bertahun-tahun di sini dan sudah tidak pernah lagi melihat ulat merayap dari bawah hanya musim buah saja beberapa kali, tapi nona besar mu itu selalu saja kena ruam di sini karena ulat namun ulatnya pun aku tidak bisa menemukannya."Ischa terus mengomel karena G

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   58. Bermain-main dengan nyawanya

    Keesokan harinya Yukine benar-benar membawa Khia Na pulang untuk menginap di rumahnya, pertama untuk membuat alibi karena Yukine tidak ingin Balryu terus curiga padanya, agar Yukine punya alasan lebih mudah untuk tidur di luar rumah tanpa harus menjawab deretan pertanyaan dari Balryu di masa depan.Sebenarnya Yukine ingin sekali kembali ke kota itu akan tetapi jika dilihat dari keadaannya sekarang itu jauh lebih sulit daripada waktu pertama kali kembali kala itu. Yukine ingat Balryu pernah berpesan jika laki-laki itu akan mengantarkan ke sana jika dirinya ingin pergi lagi. Apalagi saat ini Yukine dan Balryu sudah sangat dekat hampir tidak ada celah untuk dirinya pergi sendiri lepas dari pengawasan saudaranya itu."Waaaaaa ... aaaahhhh. Apa ini?" Mata Khia Na terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ingatannya sudah terpatri dengan kamar Fe Fei yg sangat feminim namun yang dilihatnya sekarang sangat jauh dengan apa yang ada diingatannya.Khia Na langsung melemparkan tasnya

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   57. Almond atau ulat bulu

    Yukine menatap bungkusan di tangannya, makanan ini sudah dibelinya satu bulan yang lalu namun dirinya belum berani untuk membukanya apalagi menikmatinya.Suara seseorang merintih karena kedinginan terdengar dari samping, itu adalah Geum yang baru saja keluar dari bathtub masih seperti yang sudah-sudah itu bathtub penuh dengan es."Aku sudah melakukan ini berkali-kali namun masih saja tubuhku sulit beradaptasi," ujar Geum sambil pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.Laki-laki itu sudah sering menunjukkan tubuhnya pada perempuan yang hanya duduk layaknya seorang pengawas, Geum sama sekali tidak canggung padanya meskipun hanya menggunakan boxer. Yukine hanya meliriknya sekilas situasi seperti ini sudah berkali-kali dilihatnya sungguh tidak ada yang istimewa di matanya."Aku akan menghubungi gege dulu," gumam Yukine sambil membuat panggilan video tidak membutuhkan waktu lama panggilan itu terhubung."Ada apa?" sahut Balryu yang nampaknya sedang sibuk, laki-laki itu berjalan bers

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   56. Dua saudara kembar

    Di tempat terbuka yang layaknya lautan manusia ini dua saudara kembar itu tidak butuh ijin untuk bergabung bersama lima orang itu, tapi semua orang bisa melihatnya jika Anila sangat ketara jika ingin mendekati Balryu dengan berdiri di sisinya juga mangajukan pertanyaan-pertanyaan kecil pada Balryu. Setelan beberapa waktu berlalu perempuan itu mengatakan isi otaknya."Jika aku tidak mengenal kalian mungkin aku akan berpikir jika kalian adalah pasangan," ujar Anila yang mengomentari Balryu yang terus merangkul Yukine sejak kedatangannya sampai detik ini.Balryu menggunakan tangan kanannya untuk merangkul Yukine dan ketika merasa lelah maka akan menggantinya dengan kanan kirinya. Balryu masih harus menemani Anila berbicara yang ada di sebelah kanannya dari waktu ke waktu karena masih menghormati perempuan itu tidak sepenuhnya bisa mengabaikan begitu saja seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita yang lain.Yukine sudah lelah melihat modus yang digunakan oleh Anila terlebih teringat a

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   55. Tiga bodyguard

    Yukine dan Khia Na seperti memiliki tiga bodyguard di belakang mereka, keduanya menikmati pertunjukan sedangkan tiga laki-laki itu nampak canggung dan kaku namun tampang mereka begitu mencuri perhatian terlebih itu Balryu yang membuat banyak orang melihat ke mereka meskipun itu hanya sekilas, tidak hanya gadis yang tertarik namun karena wajahnya sungguh enak dipandang bahkan ibu-ibu maupun laki-laki juga melihatnya."Aku merasa seperti idola, padahal mereka melihat Balryu bukan aku," bisik Khia Na ke Yukine sambil melirik ke arah Balryu."Kamu juga cantik, itu buktinya," ujar Yukine sambil melihat ada dua laki-laki yang nampaknya sejak tadi melihat kearah mereka."Sayang bukan seleraku," sahut Khia Na.Semakin malam ruang bergerak mereka semakin menyempit karena banyak orang yang baru berdatangan yang membuat mereka semakin berhimpitan namun tidak terasa karena suasana yang menyenangkan dan alunan musik yang semangat. Yukine melirik ke arah dua laki-laki itu yang nampaknya sedikit dem

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   54. Festival

    Tiba-tiba kepala Yukine merasa pusing melihat lautan manusia di depan matanya dan harus menemukan dua orang itu diantara manusia-manusia ini. Yukine tidak mau menggunakan otak dan matanya secara berlebihan untuk mencari keberadaan Khia Na dan Kun maka yang dilakukannya adalah mengirimkan pesan pada Khia Na."Aku ada didekat maskot sapi, di sebelah kiri pintu masuk."Dengan cepat Khia Na membalasnya. "Ok, aku dan Kun masih terjebak mencari tempat parkir."Yukine cukup lama menunggu dua manusia itu, Yukine dilanda kebosanan karena mereka tidak kunjung juga menunjukkan tampang mereka."Xiao Gui."Awalnya Yukine kira jika dirinya salah dengar, di lautan manusia seperti ini ada yang memanggilnya menggunakan panggilan itu. Yukine mengabaikan itu kepalanya tertunduk melihat sepatunya sendiri sambil terus berpikir keras, meskipun Yukine nampak tenang namun otaknya sangat berisik. Ada banyak hal yang dipikirkan, siasat demi siasat dikumpulkannya untuk menghadapi laki-laki bernama Alga yg ada d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status