Share

7. Balryu gege

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-05-30 11:59:08

Balryu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya Yukine hanya sekilas melihatnya dan kembali minum setelah itu musik sudah bergulir di playlist berikutnya, Yukine kembali melakukan boxing tidak berani terlalu memperhatikan keberadaan Balryu usahanya akan gagal total jika terus melihatnya.

Ketika melihat Yukine begitu bersemangat untuk berolahraga Balryu meninggalkan kamar itu dan Yukine dapat bernapas lega. "Akhirnya pergi juga," gumamnya sambil melirik tempat dimana pemuda itu tadinya berada. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah melakukan beberapa putaran lagi sarung tangan itu di buang sembarangan dan kini Yukine merebahkan tubuhnya di kasur untuk merenggangkan otot-ototnya.

Pintu itu di ketuk dua kali tapi segera terbuka tanpa menunggu Yukine untuk membukanya, "Turunlah aku sudah menyiapkan makan malam," ucap Balryu sambil memegangi kenop pintu.

Yukine menelan ludahnya bukan karena tentang makanan yang disebutkan oleh pemuda itu akan tetapi penampilan Balryu yang masih menggunakan pakaian kantor tapi ada celemek di dadanya dan tangannya terbungkus sarung tangan. Sebenarnya Yukine ingin menolaknya tapi perutnya saat ini benar-benar lapar setelah menguras energinya.

"Jangan bilang sedang diet kamu tidak perlu melakukan itu," imbuh Balryu karena Yukine tidak bereaksi.

"Aku datang," ucap Yukine sambil beranjak mengikuti Balryu turun malam ini mereka hanya akan makan malam berdua orang tua mereka sedang melakukan perjalanan bisnis.

Keduanya duduk berhadapan Yukine langsung melahap makanan yang di sediakan oleh Balryu dengan kecepatan dua kali lipat. Yukine hanya ingin segera kembali ke kamarnya tidak tahu apa yang akan otaknya pikirkan tentang manusia di depannya ini dan juga penampilannya sungguh memperhatikan, rambutnya lepek karena keringat mungkin orang di depannya mencium tubuhnya yang tidak sedap.

"Apa kamu begitu sangat lapar?" kata Balryu menatap gadis di depannya itu Yukine hanya mendongak tersenyum sepersekian detik karena mulutnya penuh dengan makanan.

Niat hati mempercepat makannya agar tidak berlama-lama berduaan dengan pemuda itu yang ada malah Balryu memegang tangannya menghentikan suapan selanjutnya. Pandangan mereka bertemu Yukine yang kebingungan karena tiba-tiba dihentikan dan Balryu hanya menatapnya tanpa penjelasan.

"?"

"Pelan-pelan, tidak ada yang akan merebut makananmu."

Yukine menelan makanan yang ada di mulutnya dengan susah payah ketika mata phionix itu kini menatapnya dan tangannya yang ditahan oleh Balryu terasa sangat panas, perlahan Yukine menarik tangannya seolah itu sedang bersentuhan dengan besi panas gadis itu mengangguk beberapa kali menunjukkan kepatuhannya tapi selanjutnya acara makan menjadi sangat menyiksanya karena Balryu hanya mengawasinya makan.

"Apakah Balryu tahu jika Fe Fei menyukainya? Lalu bagaimana jika dia tahu?" Otak gadis itu malah memikirkan hal-hal itu lagi.

Yukine mengambil tisu untuk menghilangkan keringat di wajahnya sang pemilik tidak tahu ini keringat karena apa mungkinkah sisa-sisa dari olahraga atau karena situasi canggung ini akan tetapi juga bisa karena makanan panas yang disantapnya.

"Ayah akan pulang," Balryu memecahkan kesunyian.

"Ha?" Padahal Yukine mendengar dengan jelas akan tetapi kata itu keluar dengan otomatis dari mulutnya.

"Ayah dalam perjalanan dari bandara."

"Oh," sahut Yukine kemudian memasukkan suapan terakhir masih dengan mengunyah Yukine berdiri sambil merapikan meja.

"Tidak perlu, aku akan membereskannya." Balryu menghentikan tindakan Yukine.

"Aku hanya tinggal makan biarkan aku terlihat sedikit berguna," sahut Yukine sambil membawa piring kotor juga makanan lainnya yang masih tersisa sambil mencuci piring Yukine tahu juga di balik punggungnya orang itu masih mengawasinya.

Sebenarnya Yukine ingin mengatakan pada pemuda itu. "Gege sudah menyiapkan makan untukku bahkan gege tidak ikut makan jika aku tidak membersihkannya betapa tidak tahu dirinya aku." Hanya saja kata gege begitu sulit terucap dari mulutnya, Yukine belum terbiasa memiliki saudara dalam kehidupannya juga tentang diary itu seperti membuat tembok untuk dirinya dan pemuda itu.

"Aku akan mandi dulu," ujarnya pada Balryu yang masih di tempatnya.

"Emm."

Yukine menaiki tangga dan langsung mandi tidak ingin menunda lagi jika laki-laki yang kini menjadi ayahnya datang dan melihat dirinya yang begitu berantakan seperti ini Yukine tidak menginginkan itu.

Dia dalam kamar mandi untuk kesekian kalinya Yukine menatap tubuhnya sendiri entah sudah berapa kali dirinya melakukan hal ini Yukine hanya merasa jika ketika bercermin untuk waktu yang lama dirinya seperti sedang berkonsentrasi dengan Fe Fei.

"Kamu sekarang ada dimana?" tanya Yukine ditujukan pada pemilik asli tubuh yang kini di tempatnya.

"Ayah, ibu dan gege sangat memperlakukan aku dengan baik aku akan membalas kebaikan mereka terima kasih telah memberikan milikmu padaku."

Yukine mengakhiri semuanya ketika mendengar deru mesin memasuki halaman dan kemungkinan terbesar ayahnya datang. Yukine segera merapikan dirinya dan melenggang langsung turun melewati ruang tengah dimana Balryu nampak begitu serius dengan laptopnya, karena tidak ingin membuat kebisingan Yukine sedikit meredam langkanya dan ketika sampai di luar barulah kembali berlari dengan cepat menghampiri laki-laki yang sedang menurunkan barang-barang dari bagasi.

"Ayah," seru Yukine.

"Bantu ayah bawa barang-barang ini."

"Ok."

Keduanya masuk dengan penuh tentengan di tangan mereka sambil mengobrol. "Bagaimana kuliahmu?"

"Baik."

"Masih kadang merasa pusing?"

"Tidak, semuanya baik jika aku merasa ada yang tidak enak aku akan mengatakannya."

"Bagaimana jika kita membuat janji dengan teman ayah di rumah sakit?"

Yukine tidak langsung menjawab malah menatap wajah laki-laki di depannya ada kerutan dimana-mana juga lingkaran hitam di matanya terlihat jelas jika laki-laki itu begitu keras bekerja dan tidak memperhatikan tubuhnya sendiri. Yukine tersenyum kecil kemudian berseru, "Terserah ayah saja."

Keduanya masuk sedangkan orang yang ada di dalam rumah sudah bersiap untuk pergi dengan bawaannya. Belum sempat Yukine bertanya kemana Balryu akan pergi ayahnya sudah mendahuluinya.

"Jangan lupa perhatikan tubuhmu juga," ujar Bumantara.

"Aku mengerti, aku pergi sekarang," ucap Balryu pada ayahnya kemudian melihat Yukine namun tidak mengatakan apapun. Yukine hanya melihat langkah besar Balryu yang nampak terburu-buru meninggalkan rumah tanpa menoleh lagi. Ayahnya dan Balryu seperti sudah memiliki percakapan sebelumnya dan Yukine tidak tahu sedikitpun.

"Gegemu ada proyek yang mendesak waktunya sangat mepet," Bumantara sedikit memberi pencerahan mendapati anak gadisnya kebingungan.

"Sebenarnya pekerjaan gege seperti apa?"

"Membuat game, gegemu akan mengatakannya sendiri setelah proyeknya di luncurkan."

"Ayah! Kenapa ayah tiba-tiba pulang? Bukankah seharusnya masih tiga hari lagi?"

"Gegemu yang minta untuk ayah pulang karena timnya sangat membutuhkannya makanya ayah segera pulang sebenarnya ibumu yang sangat ingin pulang tapi pekerjaannya belum bisa di tinggal."

"Kenapa?" tanya Yukine bingung.

"Kenapa apa?" Bumantara balik bertanya.

"Kenapa kalian harus meninggalkan pekerjaan?"

"Oh, kami sepakat jika salah satu dari kami harus bergantian tinggal di rumah menemanimu."

Yukine terdiam mendengarnya, rasa di prioritaskan ini terasa sangat asing untuk dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   11. Aku tidak sakit, aku hanya tidak ingin makan bubur.

    Di pagi hari ketika bangun Yukine merasakan tenggorokan terasa tidak nyaman dan bersin terus menerus juga merasakan jika suhu tubuhnya sedikit lebih hangat daripada biasanya tapi Yukine memiliki kelas pagi apalagi dirinya harus datang ke klub hari ini karena tidak ingin menunda menjadi kuat Yukine memaksakan tubuhnya untuk bangun dan mandi air hangat. "Ini bukan apa-apa, aku pernah demam parah tapi masih bisa melakukan banyak hal," ujar Yukine meyakinkan dirinya sendiri.Akan tetapi tekatnya runtuh ketika sang permaisuri rumah ini mendengar dan melihat langsung jika sang putri bersin sampai dua kali ketika menuruni tangga."Kamu sakit?" ujar Xiyun yang sedang ada di meja makan sendirian."Tidak, ini hanya flu ringan," jawab Yukine sambil mendudukkan tubuhnya di samping wanita itu."Sudah minum obat?""Setelan sarapan.""Kamu kehujanan kemarin?""Emm ... tidak." Yukine kembali mengingat semalam memang dirinya tidak kehujanan tapi hanya menerjang hujan sebentar ketika keluar dari rumah

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   10. Semangkuk bubur panas

    Balryu langsung bertanya kepokok permasalahan, sebelum berangkat pagi ini Yukine sudah memberi tahu kepada ibunya jika akan pergi keluar kota dan akan kembali malam, wanita itu awalnya tidak memperbolehkannya jika Yukine bepergian sendirian akan tetapi terlambat putrinya sudah berada di dalam kereta, Yukine memberitahu wanita itu bukan untuk meminta ijin melainkan sebuah pemberitahuan agar tidak mengkhawatirkannya."Aku akan sampai sekitar jam 7 malam jika tidak ada keterlambatan keberangkatan," jawab Yukine."Aku akan menjemputmu di stasiun. Hati-hati.""Em," Segera panggilan itu berakhir, suara laki-laki itu masih nampak dingin namun terlihat jelas jika sedang mengkhawatirkannya."Siapa?""Kakakku," Yukine menjelaskan situasinya dan mereka memutuskan untuk kembali bersama meskipun mereka naik kereta yang sama dan satu gerbong tapi mereka tidak duduk berdekatan. Setelah kereta itu sampai Damar menghampiri Yukine dan keluar stasiun bersama-sama.Ketika akan berpisah Damar sekalian men

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   9. Dasar sungai yang dingin

    Dengan tergesa-gesa dan tanpa arah Yukine segera meninggalkan tempat itu mereka belum bertemu tapi Yukine sudah melihat Alga dari kejauhan padahal meskipun mereka bertatap muka laki-laki itu tidak akan mungkin mengenali dirinya yang sekarang hanya saja Yukine tidak yakin dengan dirinya sendiri dapat menahan diri untuk tidak memukul wajah itu dengan kayu. Langkah itu masih tergesa-gesa tanpa tujuan pasti tapi gerimis menyadarkannya."Meskipun sudah berlalu cukup lama aku masih belum dapat menenangkan diriku," gumam Yukine pada dirinya senyuman mengejek tercipta karena kekonyolannya sendiri. Kemudian mengabaikan keberadaan laki-laki itu melanjutkan urusannya.Yukine menepi ke sebuah toko serba ada dan membeli sebuah payung tiba-tiba bibir itu tertawa kecil, Yukine menertawakan dirinya sendiri betapa konyol dan cerobohnya dirinya yang datang jauh-jauh hanya demi mengikuti perasannya dan hasilnya kini dirinya terjebak hujan dan tidak tahu akan kemana, jembatan itu masih menjadi tujuan uta

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   8. Kota itu

    "Apakah gegeku tahu jika aku menyukainya?" Itu adalah pertanyaan pertama Yukine pada Khia Na ketika keesokan harinya ketika mereka bertemu kembali di universitas."Aku tidak tahu," jawab Khia Na sambil menggeleng pelan. Yukine mengerenyit sambil menggigit bibir bawahnya hal ini sangat menyita perhatian dan pikirannya."Kamu nampak frustasi? Kenapa aku merasa jika perasaanmu pada gegemu seperti sebuah aib.""Aku merasa malu saat memikirkannya," jawab Yukine jujur dan mengimbuhkan di dalam hatinya, "Terlebih setelah membaca diary itu." Yukine merasa merinding sampai saat ini sampai tidak berani membuka diary itu lagi."Menurutmu bagaimana reaksinya jika gege tahu tentang perasaanku?""Emm aku tidak yakin tapi di matanya kamu tetap adik kecilnya aku rasa dia memperlakukan dirimu layaknya saudara bukan sebagai seorang wanita.""Semoga saja seperti itu. Lalu apa pendapatmu tentang perasaanku ini?""Maksudnya?""Sebaiknya aku tetap jadi adiknya atau ... bagaimana jika aku jatuh cinta lagi p

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   7. Balryu gege

    Balryu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya Yukine hanya sekilas melihatnya dan kembali minum setelah itu musik sudah bergulir di playlist berikutnya, Yukine kembali melakukan boxing tidak berani terlalu memperhatikan keberadaan Balryu usahanya akan gagal total jika terus melihatnya. Ketika melihat Yukine begitu bersemangat untuk berolahraga Balryu meninggalkan kamar itu dan Yukine dapat bernapas lega. "Akhirnya pergi juga," gumamnya sambil melirik tempat dimana pemuda itu tadinya berada. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah melakukan beberapa putaran lagi sarung tangan itu di buang sembarangan dan kini Yukine merebahkan tubuhnya di kasur untuk merenggangkan otot-ototnya.Pintu itu di ketuk dua kali tapi segera terbuka tanpa menunggu Yukine untuk membukanya, "Turunlah aku sudah menyiapkan makan malam," ucap Balryu sambil memegangi kenop pintu.Yukine menelan ludahnya bukan karena tentang makanan yang disebutkan oleh pemuda itu akan tetapi penampilan Balryu yang masih menggu

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   6. Diary Fe Fei

    Musik itu menggema di kamar Yukine dengan sangat keras sedangkan gadis itu begitu sibuk memukul mesin boxing bundar di depannya, pukulannya selaras dengan musik yang terputar tapi kali ini pukulannya cukup kuat berbarengan dengan gejolak emosi yang ada di hatinya karena perkataan dari Khia Na terngiang di benaknya. Yukine ingat ketika membersihkan kamar Fe Fei dan merapikan barang-barang milik gadis itu menemukan sebuah diary tapi kala itu sama sekali tidak ingin mengintip rahasia Fe Fei."Kamu menyukainya" Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya hingga Yukine mencarinya kembali barang yang mungkin menyimpan rahasia itu dan mencoba untuk mengenyampingkan rasa tidak enak hati karena mengintip rahasia orang lain meskipun ragu.Tapi ketika kembali mendengar kalimat itu kembali terlintas di otaknya fakta tentang Balryu. "Maaf," gumam Yukine lirih sambil menatap diary yang tidak terlalu besar itu dan halamannya sudah hampir penuh. Di halaman pertama nampak tulisan gadis itu belum stabil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status