Balryu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya Yukine hanya sekilas melihatnya dan kembali minum setelah itu musik sudah bergulir di playlist berikutnya, Yukine kembali melakukan boxing tidak berani terlalu memperhatikan keberadaan Balryu usahanya akan gagal total jika terus melihatnya.
Ketika melihat Yukine begitu bersemangat untuk berolahraga Balryu meninggalkan kamar itu dan Yukine dapat bernapas lega. "Akhirnya pergi juga," gumamnya sambil melirik tempat dimana pemuda itu tadinya berada. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah melakukan beberapa putaran lagi sarung tangan itu di buang sembarangan dan kini Yukine merebahkan tubuhnya di kasur untuk merenggangkan otot-ototnya. Pintu itu di ketuk dua kali tapi segera terbuka tanpa menunggu Yukine untuk membukanya, "Turunlah aku sudah menyiapkan makan malam," ucap Balryu sambil memegangi kenop pintu. Yukine menelan ludahnya bukan karena tentang makanan yang disebutkan oleh pemuda itu akan tetapi penampilan Balryu yang masih menggunakan pakaian kantor tapi ada celemek di dadanya dan tangannya terbungkus sarung tangan. Sebenarnya Yukine ingin menolaknya tapi perutnya saat ini benar-benar lapar setelah menguras energinya. "Jangan bilang sedang diet kamu tidak perlu melakukan itu," imbuh Balryu karena Yukine tidak bereaksi. "Aku datang," ucap Yukine sambil beranjak mengikuti Balryu turun malam ini mereka hanya akan makan malam berdua orang tua mereka sedang melakukan perjalanan bisnis. Keduanya duduk berhadapan Yukine langsung melahap makanan yang di sediakan oleh Balryu dengan kecepatan dua kali lipat. Yukine hanya ingin segera kembali ke kamarnya tidak tahu apa yang akan otaknya pikirkan tentang manusia di depannya ini dan juga penampilannya sungguh memperhatikan, rambutnya lepek karena keringat mungkin orang di depannya mencium tubuhnya yang tidak sedap. "Apa kamu begitu sangat lapar?" kata Balryu menatap gadis di depannya itu Yukine hanya mendongak tersenyum sepersekian detik karena mulutnya penuh dengan makanan. Niat hati mempercepat makannya agar tidak berlama-lama berduaan dengan pemuda itu yang ada malah Balryu memegang tangannya menghentikan suapan selanjutnya. Pandangan mereka bertemu Yukine yang kebingungan karena tiba-tiba dihentikan dan Balryu hanya menatapnya tanpa penjelasan. "?" "Pelan-pelan, tidak ada yang akan merebut makananmu." Yukine menelan makanan yang ada di mulutnya dengan susah payah ketika mata phionix itu kini menatapnya dan tangannya yang ditahan oleh Balryu terasa sangat panas, perlahan Yukine menarik tangannya seolah itu sedang bersentuhan dengan besi panas gadis itu mengangguk beberapa kali menunjukkan kepatuhannya tapi selanjutnya acara makan menjadi sangat menyiksanya karena Balryu hanya mengawasinya makan. "Apakah Balryu tahu jika Fe Fei menyukainya? Lalu bagaimana jika dia tahu?" Otak gadis itu malah memikirkan hal-hal itu lagi. Yukine mengambil tisu untuk menghilangkan keringat di wajahnya sang pemilik tidak tahu ini keringat karena apa mungkinkah sisa-sisa dari olahraga atau karena situasi canggung ini akan tetapi juga bisa karena makanan panas yang disantapnya. "Ayah akan pulang," Balryu memecahkan kesunyian. "Ha?" Padahal Yukine mendengar dengan jelas akan tetapi kata itu keluar dengan otomatis dari mulutnya. "Ayah dalam perjalanan dari bandara." "Oh," sahut Yukine kemudian memasukkan suapan terakhir masih dengan mengunyah Yukine berdiri sambil merapikan meja. "Tidak perlu, aku akan membereskannya." Balryu menghentikan tindakan Yukine. "Aku hanya tinggal makan biarkan aku terlihat sedikit berguna," sahut Yukine sambil membawa piring kotor juga makanan lainnya yang masih tersisa sambil mencuci piring Yukine tahu juga di balik punggungnya orang itu masih mengawasinya. Sebenarnya Yukine ingin mengatakan pada pemuda itu. "Gege sudah menyiapkan makan untukku bahkan gege tidak ikut makan jika aku tidak membersihkannya betapa tidak tahu dirinya aku." Hanya saja kata gege begitu sulit terucap dari mulutnya, Yukine belum terbiasa memiliki saudara dalam kehidupannya juga tentang diary itu seperti membuat tembok untuk dirinya dan pemuda itu. "Aku akan mandi dulu," ujarnya pada Balryu yang masih di tempatnya. "Emm." Yukine menaiki tangga dan langsung mandi tidak ingin menunda lagi jika laki-laki yang kini menjadi ayahnya datang dan melihat dirinya yang begitu berantakan seperti ini Yukine tidak menginginkan itu. Dia dalam kamar mandi untuk kesekian kalinya Yukine menatap tubuhnya sendiri entah sudah berapa kali dirinya melakukan hal ini Yukine hanya merasa jika ketika bercermin untuk waktu yang lama dirinya seperti sedang berkonsentrasi dengan Fe Fei. "Kamu sekarang ada dimana?" tanya Yukine ditujukan pada pemilik asli tubuh yang kini di tempatnya. "Ayah, ibu dan gege sangat memperlakukan aku dengan baik aku akan membalas kebaikan mereka terima kasih telah memberikan milikmu padaku." Yukine mengakhiri semuanya ketika mendengar deru mesin memasuki halaman dan kemungkinan terbesar ayahnya datang. Yukine segera merapikan dirinya dan melenggang langsung turun melewati ruang tengah dimana Balryu nampak begitu serius dengan laptopnya, karena tidak ingin membuat kebisingan Yukine sedikit meredam langkanya dan ketika sampai di luar barulah kembali berlari dengan cepat menghampiri laki-laki yang sedang menurunkan barang-barang dari bagasi. "Ayah," seru Yukine. "Bantu ayah bawa barang-barang ini." "Ok." Keduanya masuk dengan penuh tentengan di tangan mereka sambil mengobrol. "Bagaimana kuliahmu?" "Baik." "Masih kadang merasa pusing?" "Tidak, semuanya baik jika aku merasa ada yang tidak enak aku akan mengatakannya." "Bagaimana jika kita membuat janji dengan teman ayah di rumah sakit?" Yukine tidak langsung menjawab malah menatap wajah laki-laki di depannya ada kerutan dimana-mana juga lingkaran hitam di matanya terlihat jelas jika laki-laki itu begitu keras bekerja dan tidak memperhatikan tubuhnya sendiri. Yukine tersenyum kecil kemudian berseru, "Terserah ayah saja." Keduanya masuk sedangkan orang yang ada di dalam rumah sudah bersiap untuk pergi dengan bawaannya. Belum sempat Yukine bertanya kemana Balryu akan pergi ayahnya sudah mendahuluinya. "Jangan lupa perhatikan tubuhmu juga," ujar Bumantara. "Aku mengerti, aku pergi sekarang," ucap Balryu pada ayahnya kemudian melihat Yukine namun tidak mengatakan apapun. Yukine hanya melihat langkah besar Balryu yang nampak terburu-buru meninggalkan rumah tanpa menoleh lagi. Ayahnya dan Balryu seperti sudah memiliki percakapan sebelumnya dan Yukine tidak tahu sedikitpun. "Gegemu ada proyek yang mendesak waktunya sangat mepet," Bumantara sedikit memberi pencerahan mendapati anak gadisnya kebingungan. "Sebenarnya pekerjaan gege seperti apa?" "Membuat game, gegemu akan mengatakannya sendiri setelah proyeknya di luncurkan." "Ayah! Kenapa ayah tiba-tiba pulang? Bukankah seharusnya masih tiga hari lagi?" "Gegemu yang minta untuk ayah pulang karena timnya sangat membutuhkannya makanya ayah segera pulang sebenarnya ibumu yang sangat ingin pulang tapi pekerjaannya belum bisa di tinggal." "Kenapa?" tanya Yukine bingung. "Kenapa apa?" Bumantara balik bertanya. "Kenapa kalian harus meninggalkan pekerjaan?" "Oh, kami sepakat jika salah satu dari kami harus bergantian tinggal di rumah menemanimu." Yukine terdiam mendengarnya, rasa di prioritaskan ini terasa sangat asing untuk dirinya.Langkah kaki Jon terhenti ketika melihat pemandangan tidak jauh darinya, di malam yang sunyi ini terdengar suara tawa seorang perempuan yang asing, Jon berteman hampir semua orang yang ada di tempat ini dan hampir bisa mengingat semua suara mereka tawa ini sedikit asing untuk laki-laki itu, ketika Jon melihat suara siapa itu laki-laki itu sama sekali tidak menyangka jika itu adalah milik perempuan yang hampir tidak pernah tertawa hanya sekedar tersenyum itupun tidak dilakukan setiap hari. "Ya tuhan apakah ini nyata, benarkah itu dokter Ma?" Jika bukan karena kedua tangannya sedang membawa kopi panas mungkin Jon akan menampar wajahnya sendiri untuk memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi.Jon tadang dengan dua cangkir kopi panas berniat mengobrol dengan Balryu sebelum mereka kembali untuk beristirahat namun Jon mengurungkan niatnya ketika melihat pemandangan ini, Balryu sedang bicara sedangkan perempuan yang mendengarkan malah hanya tertawa terus mendengar ini. "Cerita lucu apa
Jika biasanya perempuan itu akan langsung tertidur ketika bersentuhan dengan bantal akan tetapi kini hanya bertahan satu menit hingga perempuan itu kembali duduk dengan kepala terkulai."Aku tidak bisa tidur, ada orang asing," ucap Yukine sambil menggeleng pelan. "Aku bisa pergi," kata Balryu di sampingnya."Tidak perlu, kamu datang lebih dulu kamu tidak seharusnya pergi, lagipula sepertinya aku sudah tidak mengantuk lagi karena kesal," ucap Yukine yang bicaranya sedikit tidak jelas.Perempuan ini ada di sampingnya membuat Balryu sedikit tidak nyaman untuk terus menghisap rokoknya hingga mematikannya padahal itu batang rokok yang kedua yang baru saja dinyalakan. Karena berada di lingkungan klinik Balryu tidak bisa merokok sesuka hati namun karena itu pula ketergantungannya terhadap nikotin sedikit menurun mungkin juga karena otaknya yang tidak lagi stres dan banyak melakukan aktivitas baru membuat Balryu sedikit melupakan kebiasaan buruk itu."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Y
Setelah berhari-hari tinggal di tempat ini Balryu mulai beradaptasi sedikit demi sedikit meskipun Balryu bukanlah seorang tenaga medis akan tetapi masih banyak pekerjaan yang dapat di lakukan untuk seorang laki-laki sehat seperti dirinya, apalagi dengan wajahnya yang rupawan membuat banyak orang sering mencarinya untuk melakukan sesuatu dari hal kecil meskipun itu hanya dalih agar bisa berinteraksi dengannya ataupun benar-benar butuh bantuan seperti memperbaiki komputer juga alat elektronik lainnya. Balryu juga sering ikut Jon keluar kota semata-mata agar dapat mengetahui dunia luar, Jon tentu tidak keberatan dengan itu selain pekerjaannya juga ringan ada teman bicara diperjalanan yang membosankan itu meskipun Balryu hanya menjadi pendengar saja. Hari ini Balryu baru kembali bersama dengan Jon untuk mengambil alat medis dan beberapa kardus obat-obatan dari kota besar."Aku senang kamu datang," ujar Jon dengan senyum lebarnya. "Aku merasa punya teman bicara dan berbagi tugas," imbuh l
Balryu mengistirahatkan tubuhnya di kamar milik dokter Halaong sedangkan pria tua itu entah pergi kemana, perjalanan jauh ini menguras banyak energi lelaki yang tidak pernah istirahat dengan benar di sepanjang perjalanan, lelaki itu butuh banyak istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula sedangkan untuk orang tua itu tidak perlu membahasnya. Mungkin tubuhnya punya kekuatan robot yang tidak punya rasa lelah bahkan dengan tubuh manusianya di sepanjang perjalanan yang melelahkan itu dokter Halaong bisa melakukan beberapa perawatan juga operasi yang tidak diketahui oleh Balryu. Mulut lelaki itu menguap lebar sambil merenggangkan tubuhnya, tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur pulas meskipun ranjang milik dokter Halaong tidak senyaman miliknya di rumah namun ketika tidur dengan nyaman tanpa punya banyak kekhawatiran membuatnya dirinya bisa tidur pulas dan bangun dengan keadaan bugar. Tempat itu sunyi tidak ada aktifitas apapun, perutnya terasa lapar membuat Balry
Yukine langsung mengalihkan pandangannya ketika sadar, dengan wajah kebingungan perempuan itu berpikir keras. "Kenapa dia ada di sini?" tanya Yukine pada dirinya sendiri. "Pasti aku salah lihat." Untuk memastikan pandangannya benar atau salah Yukine kembali menoleh dan lelaki itu masih melihatnya. "Dia seperti yang ada di ingatanku tapi lebih kurus apakah ada orang di dunia ini yang memiliki wajah sangat mirip?" Yukine masih berdebat dengan hatinya namun itu diputuskan kebenarannya ketika melihat dokter Halaong keluar dari mobil. "Kenapa pria tua itu sudah kembali? Jika itu dokter Halaong berarti lelaki itu benar-benar Balryu." Yukine menelan ludahnya entah mengapa langsung merasa gugup." Kenapa dia harus datang kesini?"Tiga orang keluar dari mobil itu dengan sedikit berlari menghindari hujan, Yukine tidak berani melihat lagi dan lebih memilih menyibukkan diri dengan anak-anak di sekitarnya namun karena sudah tidak bisa menikmati hujan seperti sebelumnya perempuan itu memilih untu
Awalnya Balryu tidak mengerti mengapa Jon melarang dokter Halaong menyetir dan bersikeras terus mengemudi sendiri semalaman tidak membiarkan dokter Halaong menggantikannya dengan alasan tangan dokter Halaong terlalu berharga, juga tidak bisa menyuruh Balryu karena masih belum menguasai medan terpaksa terus mengemudi sendiri di tengah ngantuk dan tangan yang telah mati rasa.Tapi kini ketika dokter Halaong menginjak gas mobil itu Balryu langsung punya firasat buruk juga mengerti mengapa Jon melakukan itu semua. Cara menyetir dokter Halaong berbeda dan Jon yang terkesan santai dan lembut mengutamakan kenyamanan juga keselamatan sedangkan pria tua itu tidak menggunakan prinsip itu, gasnya terus diinjak meksipun itu di tikungan tajam prinsip yang digunakan olehnya hanya segera sampai tujuan tidak peduli dengan penumpang yang mungkin bisa memuntahkan organ dalamnya. Balryu awalnya jenuh juga bosan dengan perjalanan ini tapi kini kembali tegang karena jantungnya kembali dipacu. "Pantas saj