Share

8. Kota itu

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-30 13:19:43

"Apakah gegeku tahu jika aku menyukainya?" Itu adalah pertanyaan pertama Yukine pada Khia Na ketika keesokan harinya ketika mereka bertemu kembali di universitas.

"Aku tidak tahu," jawab Khia Na sambil menggeleng pelan. Yukine mengerenyit sambil menggigit bibir bawahnya hal ini sangat menyita perhatian dan pikirannya.

"Kamu nampak frustasi? Kenapa aku merasa jika perasaanmu pada gegemu seperti sebuah aib."

"Aku merasa malu saat memikirkannya," jawab Yukine jujur dan mengimbuhkan di dalam hatinya, "Terlebih setelah membaca diary itu." Yukine merasa merinding sampai saat ini sampai tidak berani membuka diary itu lagi.

"Menurutmu bagaimana reaksinya jika gege tahu tentang perasaanku?"

"Emm aku tidak yakin tapi di matanya kamu tetap adik kecilnya aku rasa dia memperlakukan dirimu layaknya saudara bukan sebagai seorang wanita."

"Semoga saja seperti itu. Lalu apa pendapatmu tentang perasaanku ini?"

"Maksudnya?"

"Sebaiknya aku tetap jadi adiknya atau ... bagaimana jika aku jatuh cinta lagi padanya?"

"Itu terserah padamu keduanya tidak ada yang salah hanya saja jika kamu menjadi adiknya hubunganmu dengannya akan tetap menjadi baik sampai kapanpun tapi jika kalian berhubungan lebih lanjut banyak hal akan terjadi."

"Aku juga berpikir demikian."

"Tapi Fei aku sepertinya pernah ingat kamu pernah menyebutkan akan mengungkapkan perasaanmu tapi itu setelah kita lulus selebihnya aku tidak tahu karena setelah itu kamu menghilang tidak ada kabar."

"Ha? Yang benar?" Mata Yukine membulat mendengar itu bagaimana jika itu benar-benar terjadi.

"Setiap kita bertemu kamu sering membahas tentang gegemu jadi aku tidak begitu memperhatikan dan yakin dengan itu."

"Bahkan aku sama sekali tidak tahu apapun tentang diriku sendiri," sahut Yukine dengan frustasi.

"Lalu bagaimana dengan sikap gegemu sekarang padamu?"

"Semuanya baik dan nampak normal."

"Aku harap kamu belum pernah menyebutkan apapun pada gegemu." Yukine mengangguk mengiyakan harapan dari sahabat satu-satunya itu. Setelah itu mereka berpisah menuju tujuan mereka masing-masing.

Yukine hanya dapat menebak nebak apakah saudara laki-lakinya mengetahui tentang perasaan Fe Fei padanya semakin dipikirkan semakin pusing Yukine dibuatnya di tengah memikirkan hal gila yang pernah dilakukan Fe Fei Yukine dihentikan oleh seorang pemuda dan sosok itu nampak tidak asing.

"Hallo maaf mengganggu sebentar," ucap Damar tersenyum tangannya memegang banyak selembaran.

"Dengan siapa?" tanya Damar.

"Fe Fei," jawab Yukine pelan.

"Sudah ikut club tertentu?" Yukine menggeleng pelan.

"Jika kamu tertarik ikutlah club taekwondo," ujar pemuda itu sambil menyerahkan selembar kertas pada Yukine. "Hubungi admin yang tertera di sini jika ingin mendaftar."

Yukine hanya mengangguk pelan dan Damar mengucapkan terima kasih dan pergi. Yukine melihat ke sosok itu yang kembali memberhentikan orang lain dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan padanya. Kini Yukine melihat selembar kertas yang ada ditangannya tulisan besar taekwondo menarik perhatiannya.

"Apakah ini sebuah pertanda jika aku harus mulai belajar menjaga diri sendiri?" tanya Yukine pada dirinya sendiri tiba-tiba pengalaman buruk itu kembali melintas di pikirannya jika saja Yukine dapat melindungi diri sendiri tidak mungkin akan ada hal buruk yang menimpanya. Tanpa ragu Yukine mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada nomor yang tertera, yang tidak diketahui oleh Yukine dibelakangnya Damar kembali menoleh padanya melihat bagaimana dengan mudahnya seorang gadis mendaftarkan diri ke club taekwondo tapi bukan itu poinnya Damar merasakan perasaan akrab tapi tidak tahu terletak dimana itu.

Nampaknya Yukine serius tentang masuk club taekwondo datang ke pertemuan seminggu dua kali juga melakukan dengan serius mengikuti arahan sensei untuk pemula dan tentunya bertemu dengan Damar mereka saling menganggukkan kepala sebagai sapaan.

"Kau yakin?" Khia Na tidak percaya dengan apa yang didengarnya, aktifitas fisik seperti ini dulunya hal yang tidak mungkin dilakukan oleh sahabatnya itu. Namun Yukine hanya memberi tahu Khia Na untuk keluarganya dirinya belum tahu bagaimana cara untuk memberi tahu mereka.

3 bulan berlalu begitu cepatnya ada banyak peristiwa istimewa dari hal-hal kecil yang di lewatinya bersama dengan keluarganya, perhatian, prioritas dan kasih sayang yang didapatkannya meskipun itu hanya sebuah pesan ucapan selamat malam karena jarak mereka selebihnya Yukine beraktivitas seperti biasa tiap hari berangkat dengan kelurganya secara bergantian pulang dengan kendaraan umum entah itu taxi maupun bus bertemu lagi saat makan malam bersama anggota keluarganya yang kebetulan tidak sibuk. Untuk Balryu tidak ada interaksi berlebihan semuanya membosankan dan sealami mungkin itu yang diharapkan oleh Yukine semuanya berjalan monoton.

Yukine juga rajin datang ke club tentunya masih akan terus bertemu Damar meskipun mereka tidak pernah berinteraksi langsung tapi tiap kali bertemu Damar akan menyapanya meskipun hanya dengan sebuah senyuman.

Ketika Yukine terbangun dan itu belum pagi kemudian tidak dapat tertidur lagi tiba-tiba Yukine teringat pada jasadnya setelah sekian lama banyak pertanyaan muncul di benaknya.

"Apakah ada yang tahu jika aku sudah meninggal?"

"Apakah jasadku ditemukan?"

"Mungkinkah jasadnya masih ada di dasar sungai yang dingin itu?"

Kota itu menyimpan banyak sekali rasa sakit hanya sekedar untuk memikirkannya saja Yukine merasa sakit tapi Yukine ingin sekali datang ke Kota itu bukan untuk orang-orang yang telah menyakitinya melainkan untuk dirinya sendiri. Entah dorongan dari mana kekuatan itu datang begitu besar yang membuat Yukine mengambil ponselnya untuk memesan tiket kereta api paling pagi untuk menuju kota itu.

Tidak banyak membawa barang Yukine hanya memasukkan ponselnya, kartu identitas, dompet juga sebuah buku ke dalam tas punggung kecil setelah itu langsung berangkat kereta akan berangkat jam 5 pagi sedangkan Yukine masih punya waktu satu jam lebih untuk sampai ke stasiun dengan itu Yukine memilih untuk berlari menuju stasiun jika nanti sudah tidak kuat akan mencari kendaraan untuk selanjutnya.

Jantungnya berdetak cukup kencang entah itu di picu karena berlari atau karena Yukine merasa gugup karena akan kembali ke kota itu. Perjalanan menuju kota itu memakan waktu dua jam dan yang dilakukannya di dalam kereta hanya membaca buku yang dibawanya tapi bagaimana pun Yukine ingin meresapi isi dari buku itu sama sekali tidak ada yang dapat dipahami olehnya.

Kereta itu akhirnya berhenti tapi sekarang Yukine malah terdiam karena semuanya mendadak dirinya melupakan satu hal yang penting yaitu di mana jembatan itu. "Bodohnya aku," keluh Yukine sambil memukul jidatnya sendiri.

"Kemana aku harus mencari bagaimana aku harus bertanya?" Di tengah kebingungannya Yukine melihat seorang laki-laki tua sedang duduk sendirian di stasiun yang langsung mengingatkan kepada kakeknya yang telah tiada.

"Apakah aku harus mengunjunginya?" Setengah jam kemudian Yukine sudah berada di tempat pemakaman umum melihat nama yang tertera di sana mata itu langsung menitihkan air mata.

"Kakek aku datang berkunjung," gumam Yukine sambil berlinang air mata. "Maafkan cucumu yang tidak berbakti ini."

Cukup lama Yukine berada di pemakaman itu bicara omong kosong dengan tempat istirahat kakeknya sampai matahari sudah di atas kepalanya dan perutnya keroncongan. Gadis itu bangkit dari tempatnya mencari sesuatu untuk mengisi perutnya. Sudah setengah tahun Yukine pergi dari kota ini tidak banyak yang berubah semuanya masih sama, kota ini tidak terlalu kecil tapi itu sangat kecil untuk Yukine saat ini bagaimana begitu kebetulan pertemuan seperti apa ini di pertama kalinya berkunjung sudah melihat orang yang di bencinya yaitu Alga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   99. Gege baru

    Dua bulan setelah kejadian itu Yukine hanya terus diam tidak bertindak lagi mendengar terus informasi terbaru yang diberikan oleh Geum yang masih sabar menjadi mata untuk Yukine meskipun tiap kali melihat Antanan dan juga ayahnya terus ingin mual karena mengingat hal-hal buruk yang dilakukan mereka. Reaksi Geum sudah tidak separah sebelumnya namun masih saja merasa jijik jika melihat mereka.Informasi terbaru yang didapatkan Yukine Maina sudah kembali dari rumah sakit dengan kondisi yang belum pulih benar, wanita itu menggunakan uang jaminan hingga bebas bersyarat dari hukuman sedangkan untuk Antanan sendiri tidak pernah keluar rumah jika siang hari hanya sesekali keluar jika malam hari itupun menggunakan penutup wajah, sebisa mungkin menyembunyikan wajahnya dari publik.Satu unggahannya itu hampir membuatnya gila, apalagi barang-barang koleksi-koleksinya yang terlihat di dalam video menunjuk kepribadiannya yang asli, karena di bawah pengaruh obat Antanan bicara banyak hal yang dise

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   98. Overdosis

    Antanan sungguh bermain-main dengan pakaian dalam yang dikirimkan oleh Geum seperti dugaan Yukine bahkan masih sempat mengirimkan pesan pada Geum."Aku sangat puas dengan ini."Saat Geum membaca ini tiba-tiba sedikit mual dan akan muntah, padahal Geum bukanlah tipikal laki-laki yang mudah jijik bahkan masih bisa makan dengan lahap meskipun di sampingnya tempat sampah, melihat hal-hal menjijikan lainnya Geum hanya memalingkan wajahnya namun jika itu sudah berhubungan dengan orientasi seksual yang menyimpan Geum langsung merasa jijik dan asam lambungnya naik.Meskipun kali ini hanya merasa mual dan tidak sampai muntah namun tetap saja sudah merusak moodnya. Apalagi itu terus menerus tiap kali memikirkan keluarga up normal itu. Yukine yang duduk di sampingnya sampai menoleh karena Geum masih terus mual."Kamu seperti seorang wanita yang sedang hamil muda," celoteh Yukine sambil mengejeknya."Aku ingin sekali memukulinya agar tidak mual lagi," sahut Geum yang masih berusaha menormalkan pe

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   97. Otaknya tercemar

    Yukine memasang wajah polosnya ketika berhadapan dengan laki-laki yang tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada Yukine. Matanya tidak dapat diam terus memandangi keindahan tubuh perempuan di depannya meskipun tertutup rapat lalu bagaimana jika Yukine menggunakan pakaian seksi dan terbuka pasti sudah ada luar keluar dari mulutnya."Aku sudah menunggumu cukup lama beberapa hari ini," ucap Antanan pada Yukine yang hanya terus menunduk."Aku sudah datang tapi kamu tidak ada," jawab Yukine pelan tanpa mengangkat pandangannya."Benarkah?""Ya.""Kemana aku?" tanya Antanan pada dirinya sendiri kemudian teringat beberapa hal yang dilakukannya, senyuman itu tiba-tiba memudar dan Yukine sudah dapat menembak itu.Setelah Maina dihajar massa kemudian masuk rumah sakit dan sampai sekarang masih berbaring di rumah sakit jikapun sudah boleh pulang bukan kembali ke rumah namun langsung ke lapas. Meskipun hukumannya tidak terlalu berat setidaknya itu sedikit memberikan pelajaran padanya. Jika te

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   96. Dompet gemuk

    Setelah satu Minggu penuh Geum mengikuti laki-laki bernama Antanan itu dan juga bantuan dari Damar semua informasi sudah ada di tangan Yukine bahkan bahkan rutinitas anggota keluarga itu sudah ada di tangannya namun ada satu hal yang belum didapatkan. Alga tidak tinggal di rumah yang sama dengan mereka dan kebetulan baru pergi merantau ke luar pulau dan belum tahu lagi kapan binatang itu akan kembali."Jika dia pergi maka akan aku buat laki-laki itu kembali dengan sendirinya," ucap Yukine sambil melihat seorang wanita yang sedang berbicara dengan pedagang."Wanita ini sangat berisik dan berkelakuan sangat buruk," gerutu Geum sambil menggelengkan kepalanya tidak berdaya.Meskipun hanya beberapa hari mengikuti tiga orang ini Geum sedikit banyak mengetahui semua karakter mereka. Yukine hanya mendengus mendengar keluhan Geum tentang bibinya. Sedangkan Yukine sendiri pernah tinggal satu atap dengan wanita itu selama 3 tahun dan waktu tiga tahun itu sudah seperti neraka untuknya.Kedatangan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   95. Instrumen lembut

    Saat Balryu kembali ada dua mobil di garasi dan satu di depan rumah, semuanya sangat familiar untuk Balryu."Banyak sekali orang di rumah," gumam Balryu ketika baru saja sampai bahkan baru akan masuk rumah sudah terdengar suara tawa dari dalam rumah.Pandangan yang dilihatnya ada dua wanita satu laki-laki duduk di sofa ruang tengah dan dihadapan mereka berdiri satu laki-laki berkumis sedang mendongeng dan tiga makhluk lainnya hanya bertugas untuk tertawa dan bertanya. Sedangkan ditengah-tengah mereka ada banyak makanan bahkan juga buah-buahan sepertinya itu oleh-oleh yang di bawa pulang Bumantara."Kamu sudah pulang?" tanya Bumantara yang berhenti sejenak menyapa Balryu yang baru saja masuk rumah."Emm," sahut Balryu. "Ayah baru sampai?" "Ya," jawab Bumantara setengah berteriak kemudian kembali menceritakan hal-hal lucu pada Yukine, Khia Na dan Kun yang masih menunggu kelanjutan cerita Bumantara.Balryu hanya ikut tersenyum ketika ketiga anak itu tertawa karena Bumantara. Balryu menu

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   94. Argument di pagi hari

    Balryu menatap Yukine yang menuruni tangga pakaiannya hari bertolak belakang dengan yang digunakannya semalam jika semalam terlalu terbuka dan seksi namun pagi ini Yukine membungkus tubuhnya yang indah dengan sangat rapat, celana cargo hitam dengan kemeja hitam pula, bahkan topinya yang berwarna putih ditarik terlalu kebawah hingga menutupi sebagian besar wajahnya. "Pagi," sapa Balryu yang sedang sarapan."Pagi," jawab Yukine yang langsung masuk ke dapur dan menuju lemari es menuangkan segelas susu.Balryu memperhatikan punggung Yukine yang sedang menuangkan susu untuk dirinya sendiri, rambut hitam pekat yang biasanya diurai kini di kepang rapi menghiasi punggungnya.Sejak hari itu Balryu maupun anggota keluarganya yang lain hampir tidak pernah menyuruh ataupun mengajak Yukine makan, membiarkan perempuan itu menentukan sendiri kapan saatnya untuk makan karena bukan hanya sekali sudah tiga kali kejadian hanya karena masalah makan perempuan itu memaksakan dirinya."Ponsel?" tanya Balry

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status