Satu Minggu menjadi hari damai untuk Rimbi karena laki-laki itu sudah tidak lagi datang ke rumahnya, tidak menghubunginya juga tidak muncul di toko bunga miliknya, dengan itu Rimbi sedikit menaruh harapan juga sedikit kepercayaan pada Yukine karena telah membuat satu minggunya menjadi damai tanpa adanya laki-laki itu yang selalu menjadi momok di dalam kehidupannya.Padahal bukan kedamaian sejati yang terjadi karena Yukine belum sempat melakukan apapun pada monyet bekantan itu karena laki-laki itu terus mengurung dirinya di rumah karena perampokan tempo hari kemudian selanjutnya Haura membuat keributan besar pada keluarga itu.Yukine tidak melihatnya langsung karena sedang sibuk dengan kuliahnya dan hanya mendengarkan cerita dari Geum bagaimana ibu kandungnya membuat perhitungan pada satu keluarga itu. Jika hanya mulut Haura yang marah mungkin itu tidak begitu berpengaruh namun mereka merasa tertekan ketika semua fasilitas dan sokongan dana dari Haura di tarik keseluruhan itu sangat be
Terserah apa yang kamu bilang," ucap Balryu sambil melepaskan dasinya yang seperti mencekik lehernya dan membuangnya begitu saja setelah itu Balryu melepaskan jasnya juga membuka dua kancing kemejanya yang membuatnya sedikit lebih lega namun itu tidak banyak membantu karena isi otaknya begitu penuh. Balryu menyalakan rokoknya tidak mempedulikan Imran yang sedang marah padanya.Hampir setengah jam mereka masih bertahan di ruangan itu tanpa ada seorangpun yang bicara maupun meninggalkan tempat itu, Imran marah namun tidak bisa berbuat banyak pada Balryu yang sedang dalam suasana hati yang buruk, jika sekarang Imran pergi maka kesalahpaham ini akan berbuntut panjang. Ketika semua batang rokok telah habis terbakar barulah Balryu bangkit dari duduknya dan berniat pergi namun segera berhenti setelah Imran membuka mulutnya lagi."Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Imran.Akan tetapi Balryu tidak menanggapi dan tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, kegelisahannya dan kekhawatiran
Balryu baru saja masuk ke dalam gedung dan langsung disambut oleh Imran yang nampak khawatir sekaligus lega dalam bersamaan."Kamu dari mana saja? Sejak tadi aku menghubungimu namun tidak ada yang mengangkat," ujar Imran setengah menarik lengan Balryu agar mengikutinya masuk ke dalam ruang meeting.Menggunakan tangan satunya yang bebas Balryu menepuk sakunya dan benda itu tidak ada di sana barulah teringat jika telah melempar ponselnya sendiri di rumah."Kami sudah menunggumu selama satu jam, untung saja mereka masih mau menunggumu jika bukan kamu mungkin mereka sudah pergi sejak awal." Imran terus bicara sampai mereka sampai di depan ruangan itu.Langkah Imran sedikit melambat ketika Balryu menarik tangannya sendiri yang membuat Imran bingung."Sepertinya aku tidak bisa ikut meeting," gumam Balryu pelan."Kenapa?" "Aku akan mengacaukan meeting ini," ucap Balryu masih dengan suara lemah tanpa semangat."Kita sudah membahas sebelumnya jika mereka mau 30% maka semuanya baik-baik saja.
Balryu berlari dengan sekuat tenaganya keluar dari ruang kerjanya bahkan tidak sabar menunggu pintu lift terbuka setelah mendapatkan telpon dari ibunya, sambil menunggu pintu itu terbuka Balryu terus menghubungi seseorang, seseorang yang baru saja membuat keputusan besar tanpa membicarakan hal itu padanya terlebih dahulu."Xiao Gui ayo angkat," gumam Balryu sambil menunggu panggilan itu terhubung namun entah sudah berapa kali Balryu membuat panggilan pada Yukine, perempuan itu masih tidak mengangkatnya.Balryu segera masuk lift dan tombol itu terus ditekannya agar benda besar itu membawanya turun. Perjalanan dari kantor ke rumah hanya membutuhkan waktu 10 menit namun Balryu merasa hari ini begitu banyak hal yang membuatnya merasa lama. Sesampainya di rumah Balryu segera berlari dan mendapati pintu rumah mereka tidak terkunci dan segera berlari namun langkanya melambat ketika melihat perempuan itu menuruni tangga dengan sebuah koper.Yukine terkejut akan kedatangan Balryu yang tiba-tib
Balryu mendengar kembali instrumen yang sama dari kamar Yukine dan bayangan dimana perempuan itu menari di dalam kegelapan terlintas kembali dibenaknya, Balryu tidak ingin melihatnya langsung mengingatnya saja membuat hatinya sakit jadi Balryu yang baru saja kembali dari bekerja langsung masuk kamarnya untuk membersihkan diri.Baru selesai membersihkan diri ponselnya sudah berdering itu panggilan video dari keluarganya. Panggilan yang semakin hari semakin jarang dilakukan, saat Balryu bergabung di dalam panggilan video itu semua anggota keluarganya sudah lengkap bahkan perempuan yang tadi sudah mematikan semua lampu di kamarnya kini sedang sibuk menyisir rambutnya."Ibu dapat cuti dua hari." Xiyun membuka pembicaraan."Tapi aku tidak bisa di rumah," jawab Bumantara dengan lesu."Bagaimana bisa kamu tidak bisa di rumah kita sudah membicarakan ini sebelumnya," protes Xiyun."Ibu ayah, ini hanya ulang tahunku setiap tahun masih bisa merayakannya," ucap Balryu menengahi ibu dan ayahnya.Y
Balryu melirik seorang wanita yang sedang menangis di lantai dan jadi tontonan banyak orang di depan pintu restoran itu namun tidak seorangpun yang datang menghampirinya. Beberapa waktu yang lalu Balryu baru saja selesai meeting namun melihat kedatangan Yukine seorang diri, Balryu ingin menyapa dan menghampirinya namun di mejanya masih ada orang lain meskipun meeting telah usai agak tidak pantas pergi begitu saja dan laki-laki itu berniat menghampiri Yukine setelah makan dengan orang-orang itu selesai."Sampai jumpa lagi," ujar Balryu pada orang-orang itu.Akan tetapi ketika semua orang di mejanya telah bubar Balryu kalah selangkah dengan seorang wanita yang sudah menghampiri Yukine lebih dulu jadi Balryu kembali duduk di tempatnya, jarak mereka tidak terlalu jauh hingga memungkinkan untuk Balryu mendengar percakapan mereka, meskipun tidak berniat untuk menguping namun Balryu sangat penasaran tentang wanita yang nampaknya tidak asing itu namun Balryu tidak mengenalnya.Balryu mendenga