Share

02 : Cincin Ruang

Author: Domba Kecil
last update Last Updated: 2025-12-05 14:44:27

**

"Ayah, aku takut sekali.." Ucap Lily parau dengan tangis keras, membuat sang ayah merasa patah hati. Lily tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menangis, gemetar, ketakutan, tidak pernah ia melihat Lily seberantakan ini. Lily-nya selalu kuat dan berani, persis seperti ibunya.

"Tidak apa-apa, ayah disini, ayah akan melindungimu." Balas sang ayah menenangkan. Meski tidak membuat Lily berhenti menangis, tapi ia berangsur-angsur menjadi lebih tenang.

Lily juga merasa aman, dekapan hangat ayahnya dan suara berat khas ayahnya, yang selalu ia rindukan ketika sedang jauh darinya. Semuanya benar-benar membuat Lily jauh lebih tenang. Sampai akhirnya tangisnya benar-benar berhenti, meski masih dengan isakan kecil, Lily tetap melepaskan pelukan ayahnya.

"Chloe, berikan teh nya." Ucap sang ayah dengan cepat. Jadi begitu tehnya telah diminum, Chloe langsung pergi meninggalkan sepasang ayah dan anak tersebut berdua, memberi ruang pribadi untuk keduanya mengobrol.

"Mimpi buruk?" Tanya sang ayah setelah melihat Lily sudah lebih tenang. Tapi Lily tidak menjawab, setelah meminum teh, baru ia sadar ada sebuah cincin di jari manisnya. Bertatahkan safir biru, meski kecil tapi terlihat indah.

"Lily?" Panggil sang ayah bingung, karena tak kunjung dijawab.

"Aa A-ayah, apa aku punya cincin ini sebelumnya?" Tanya Lily tergagap, gugup karena teringat lelaki tua di mimpinya sebelumnya memegang tangannya.

"Tidak, sebelumnya kau bilang tidak ingin memakai apapun di tangan karena mengganggu pegangan pedangmu. Jadi, apakah bibimu yang memberikannya kemarin?" Tanya sang ayah mengikuti alur percakapan Lily.

Tapi Lily menggeleng dengan raut ketakutan. "Tidak, ayah, bibiku tidak memberikan cincin. Dia memberiku jepit rambut kemarin, Chloe menyimpannya." Balas Lily menjelaskan.

"Ada apa? Tenang, Lily... ceritakan pelan-pelan. Ayah disini." Ucap sang Ayah ketika melihat tubuh anaknya kembali gemetar pelan.

"A-ayah...." Lirih Lily dengan tubuh gemetar dan raut menahan tangis. Ia mencoba melepaskan cincin tersebut, tetapi usahanya sia-sia, sangat sulit, seolah cincin tersebut sudah menyatu dengan jarinya. "Ayah, bantu aku." Lanjut Lily menatap ayahnya.

Adegan tarik menarikpun terjadi. Tapi baik Lily maupun ayahnya seberusaha apapun, tarikan itu tidak kunjung berhasil. Malah jari Lily yang memerah, dan barulah ketika Lily merasa kesakitan, keduanya berhenti mencoba.

"Pakai saja untuk sementara waktu, ayah akan bertanya pada bibimu cara untuk melepasnya nanti. Jangan terlalu khawatir." Ucap sang ayah menenangkan, merasa sakit hati melihat Lily yang sudah begitu berantakan, ditambah jarinya memerah karena ia terlalu memaksakan barusan.

"Tarik sekali lagi saja, ayah!" Ucap Lily terburu-buru. Membuat ayahnya merasa tidak berdaya, jadi ia menuruti Lily. Kali ini, atas pemintaannya lagi, ia menariknya lebih keras, tapi bukannya cincin yang terlepas, malah tangan ayahnya yang terlepas ketika menarik cincin, membuat tangan Lily tidak sengaja tergores pada ikat pinggang sang ayah.

"Lily! Berdarah, Chloe! Panggil tabib, Lily berdarah!" Pekik sang ayah dengan panik, ia terburu-buru menghampiri Lily yang memegangi tangannya yang berdarah dengan tubuh terduduk dilantai karena setelah tergores, ia langsung terjatuh. "Astaga, sayang, maafkan ayah..." Ucapnya merasa tidak nyaman.

"Tidak apa-apa, hanya luka gores, bukankah aku sudah sering mengalaminya. Kenapa ayah begitu histeris" Ucap Lily menertawakan ayahnya. Lupa sesaat akan ketakutannya.

"Ayahmu ini mana tega melihatmu terluka." Balasnya membela diri. Memang benar, meski putrinya Lily sering terluka tapi ia selalu merasa tidak nyaman jika melihat bekas luka, apalagi kini ia terluka karenanya. "Ayo ayah akan membersihkannya sementara Chloe memanggil tabib." Lanjutnya, seraya mengambil saputangan yang belum dipakainya hari itu untuk membersihkan darahnya.

Tapi sebelum ia sempat mengelap darah, cahaya putih kebiruan muncul diantara keduanya, membuat keduanya memejamkan mata dengan refleks.

"Ayah!"

"Lily!"

Pekik Lily dan ayahnya yang terkejut, secara bersamaan.

**

Perlahan, Lily membuka matanya begitu rasa pusing ketika cahaya datang tadi menghilang. Setelahmenyesuaikan penglihatannya, Lily kemudian menatap sekelilingnya. Ia membuka mulutnya terkejut, merasa terpana melihat pemandangan sekelilingnya. Kemudian perasaan bingung dan bertanya-tanya mulai mendominasinya.

Sebuah sungai dengan aliran air kecil, gunung, padang rumput, dan hamparan tanah hitam. Ditambah cuaca yang terlihat sangat bagus, langit biru dan angin sepoi-sepoi.

"Dimana aku? Kenapa aku tiba-tiba berada disini?" Tanyanya dengan nada berbisik. "Ayah! Ayah, dimana kau?!" Pekik Lily kemudian, begitu teringat akan ayahnya.

Dia sedang berada di kamarnya, mengapa tiba-tiba datang ke tempat ini? Ia terkejut karena tiba-tiba berpindah tempat, bukan karena pemandangan disana. Bukankah ini hal biasa yang sering ia jumpai ketika pergi ke desa-desa dengan pegunungan? Hanya saja, tidak ada rumah yang berdiri disini. Seolah tempat ini tidak berpenghuni.

Lily memutar kepalanya, melihat ke kiri dan ke kanan mencoba mencari jalan keluar, tapi seolah-olah tempat ini tidak ada ujungnya, tidak ada pula jalan keluarnya. Membuatnya frustasi sampai terduduk dengan perasaan tertekan. "Kenapa kejadian aneh ini berturut-turut menghampiriku?" Tanya Lily pada dirinya sendiri.

Kemudian ia teringat lelaki tua yang kemungkinan besar memberikan cincin ditangannya. "Hilang! Kemana perginya cincin itu?" Tanya Lily bingung. Bertubi-tubi menimpa Lily, otaknya yang biasanya hanya dipakai untuk membuat strategi perang, kini berpikir keras menanyakan kejadian ghaib tersebut. Lantas, perkataan lelaki tua itu kembali terngiang. 'Takdir tidak bisa berubah, kau harus menghadapinya.'

Apakah ini memang ada hubungannya dengan lelaki tua itu? Jika ya, apa niatnya yang sebenarnya? Kenapa harus dirinya yang dipilih? "Tuhan, aku hanya ingin kembali!" Pekik Lily yang sedetik kemudian muncul kembali dihadapan ayahnya.

"Lily! Lily, apa yang terjadi? Jangan menakuti ayahmu ini!" Ucap sang ayah dengan nada gemetar. Jelas sekali ia ketakutan. Melihat putri satu-satunya menghilang ditelan cahaya, siapa yang tidak takut? Ia tidak ingin kehilangan Lily secepat itu.

"Ayah!" Ucap Lily yang langsung merasa lega sekaligus bingung.

"Kenapa kau tiba-tiba menghilang, barusan?" Tanya sang ayah.

Lily menggelengkan kepalanya, " Aku juga tidak mengerti tapi ayah, aku punya beberapa tebakan, aku rasa cincin itu pelakunya." Lanjut Lily menerka. "Lihat, cincinnya tidak ada begitu cahaya itu datang. Hanya tersisa gambar daun biru kecil dijariku. Selain itu, ketika aku menghilang barusan, aku dibawa ke suatu tempat, itu seperti padang rumput yang sangat luas dan tidak berujung, ada juga gunung, sungai dan tanah luas. Aku kebingungan, mencari jalan keluar tapi tidak ditemukan. Sampai aku bilang aku ingin kembali, akupun kembali ke kamar ini dalam sekejap!" Jelas Lily, sulit untuk dipercaya.

Tapi ayahnya sudah melihat cahaya dan cincin itu sebelumnya. Jadi meskipun hal itu seperti omong kosong belaka, sang ayah tetap mempercayainya dengan yakin. "Apa kau terluka?" Tanya sang ayah, bagaimanapun keselamatan Lily yang utama.

"Aku baik-baik saja, ayah. Jangan khawatir. Mari bicara beberapa hal tentang ini, dan hal-hal lain yang aku alami dalam beberapa hari ke belakang." Balas Lily menatap sang ayah dengan serius.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   04 : Ketidakmampuan

    ** Setelah menunjukkan keajaiban pada sang ayah, membuatnya sangat terkejut sampai butuh beberapa saat untuk ayahnya sadar kembali dari keterkejutannya, Lily hanya diam, bingung harus melakukan apa melihat ayahnya seperti itu. Tapi, tidak ada pilihan lain. Ia harus memberitahu ayahnya karena ia butuh banyak persediaan. Karena meskipun Lily termasuk komandan kecil di tentara, tapi ia tidak punya hak atas persediaan. Ayahnya adalah jenderal, jadi ia tentu punya hak atas persediaan. Setidaknya, ayahnya masih punya banyak uang untuk membelikannya persediaan, karena selama ini ayahnya bahkan selalu menambahkan beberapa persediaan untuk para prajurit dengan uang pribadinya. Persediaan dari atas selalu kurang, ada waktunya tidak kurang tapi tidak ada hal baik di dalamnya. Itulah alasan sang ayah berkali-kali mengeluarkan uang pribadi. Ayahnya selalu baik hati. Apalagi pada prajurit dibawah komandonya, dibawah komando ibunya dulu, dan dibawah komando Lily. Prajurit adalah tulang punggun

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   03: Penjelasan

    ** "Ini mungkin terdengar seperti omong kosong, tapi ayah percayalah padaku." Ucap Lily dengan raut wajah serius. Menatap ayahnya yang mengangguk tak kalah seriusnya. "Kau tahu, Ayah... sejak di medan perang dalam waktu satu bulan ke belakang, aku selalu bermimpi. Mimpi ini tidak begitu jelas, karena aku selalu tidak ingat apa yang aku mimpikan, tapi rasa lelah, ketakutan dan gelisah selalu ada ketika aku bangun dari tidurku. Dan mimpinya semakin jelas sejak aku pulang beberapa waktu lalu. Aku ingat setiap detail dari mimpi ini, yang sangat menyeramkan." Jelas Lily dengan nada yang sedikit bergetar. Ayahnya hanya menatap Lily dengan kasihan, ingin menenangkan tapi biarlah putrinya ini menyelesaikan ceritanya terlebih dahulu. "Dalam mimpi, ada sebuah keluarga beranggotakan 5 orang, sepasang orangtua, satu laki-laki dewasa, adik perempuan dan adik laki-laki. Terjebak dalam rumah, kelaparan. Terjebak yang aku maksud karena situasi dan kondisi diluar rumah sangat tidak jelas. Teri

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   02 : Cincin Ruang

    ** "Ayah, aku takut sekali.." Ucap Lily parau dengan tangis keras, membuat sang ayah merasa patah hati. Lily tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menangis, gemetar, ketakutan, tidak pernah ia melihat Lily seberantakan ini. Lily-nya selalu kuat dan berani, persis seperti ibunya. "Tidak apa-apa, ayah disini, ayah akan melindungimu." Balas sang ayah menenangkan. Meski tidak membuat Lily berhenti menangis, tapi ia berangsur-angsur menjadi lebih tenang. Lily juga merasa aman, dekapan hangat ayahnya dan suara berat khas ayahnya, yang selalu ia rindukan ketika sedang jauh darinya. Semuanya benar-benar membuat Lily jauh lebih tenang. Sampai akhirnya tangisnya benar-benar berhenti, meski masih dengan isakan kecil, Lily tetap melepaskan pelukan ayahnya. "Chloe, berikan teh nya." Ucap sang ayah dengan cepat. Jadi begitu tehnya telah diminum, Chloe langsung pergi meninggalkan sepasang ayah dan anak tersebut berdua, memberi ruang pribadi untuk keduanya mengobrol. "Mimpi buruk?" Tanya sang

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   01 : Mimpi dan Lelaki tua

    **Hari itu, berhasil Lily lewati dengan baik. Tidak ada lagi keanehan yang ia alami selama melewatinya. Tetapi begitu malam tiba, Lily benar-benar tidak ingin tertidur meski ia mengantuk berat. Perasaan takut menyelimutinya. Tidak pernah merasa setakut itu bahkan ketika ia menghadapi musuh di medan perang sebelumnya. Jadi, malam itu Lily benar-benar mengambil pedangnya dan berlatih dihalaman. Chloe dan pelayan serta pengawal lainnya tentu tahu. Dan informasi tersebut dengan cepat sampai pada ayahnya yang langsung datang menghampiri, karena merasa khawatir. Ayahnya merasa khawatir sekaligus aneh. Lily-nya tidak pernah berlatih di malam hari ketika ia sampai di rumah. Ia paling suka istirahat dan mengikutinya kemana-mana untuk bersosialisasi, berkata bahwa dengan melihat banyak orang akan membuat dirinya lebih waspada karena banyak wajah palsu yang bisa ia lihat. Lily pintar dan berani sejak kecil, jadi ia sebagai sang ayah juga tidak punya banyak kekhawatiran. Tapi malam ini, berbed

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   00 : Mimpi Menyeramkan

    ** Roarghh Roarghh Aaaaaa! Argh, tolong! Bugh! Berisik. Berisik sekali sampai-sampai Lily yang sedang tertidur terbangun dengan kepala pusing dan linglung. Tetapi tubuhnya tidak bisa bangun sama sekali. Ia hanya bisa menatap sekelilingnya. Teriakan, makian, bahkan geraman yang terdengar mengerikan ditelinganya. Semuanya bercampur menjadi satu, membuat kepalanya berdenyut sakit. Di depannya jelas terlihat ada seorang laki-laki paruh baya, seorang wanita paruh baya, dan dua laki-laki yang satu dewasa yang satu remaja. 'Pakaiannya aneh' pikir Lily yang tidak bisa bergerak sama sekali. "Kadaannya sudah seperti ini! Ayah! Pikirkan jalan keluar." Ucap wanita paruh baya tersebut, mengguncang lengan laki-laki paruh baya. Semuanya terlihat sangat tertekan. Seolah-olah ada awan gelap yang mengelilingi semua orang ini. Apalagi teriakan-teriakan dan makian dari luar terus terdengar, menambah suasana makin tegang. 'Ada apa?' pikir Lily frustasi, terlebih ia tidak bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status