Share

01 : Mimpi dan Lelaki tua

Penulis: Domba Kecil
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-05 05:57:11

**

Hari itu, berhasil Lily lewati dengan baik. Tidak ada lagi keanehan yang ia alami selama melewatinya. Tetapi begitu malam tiba, Lily benar-benar tidak ingin tertidur meski ia mengantuk berat. Perasaan takut menyelimutinya.

Tidak pernah merasa setakut itu bahkan ketika ia menghadapi musuh di medan perang sebelumnya. Jadi, malam itu Lily benar-benar mengambil pedangnya dan berlatih dihalaman. Chloe dan pelayan serta pengawal lainnya tentu tahu. Dan informasi tersebut dengan cepat sampai pada ayahnya yang langsung datang menghampiri, karena merasa khawatir.

Ayahnya merasa khawatir sekaligus aneh. Lily-nya tidak pernah berlatih di malam hari ketika ia sampai di rumah. Ia paling suka istirahat dan mengikutinya kemana-mana untuk bersosialisasi, berkata bahwa dengan melihat banyak orang akan membuat dirinya lebih waspada karena banyak wajah palsu yang bisa ia lihat. Lily pintar dan berani sejak kecil, jadi ia sebagai sang ayah juga tidak punya banyak kekhawatiran. Tapi malam ini, berbeda.

Ia melihat Lily terus mengayunkan pedang, bahkan tidak berhenti meski ia datang. Seolah menyimpan kegelisahan, dan menebas semua kecemasan yang ia rasakan. Jadi ia mengambil pedang juga dan maju ke halaman.

Trang!

Pedang sang ayah menahan tebasan pedang Lily. Membuat Lily terkejut dan berhenti memainkan pedangnya. "Ayah! Maaf, aku tidak melihat kedatanganmu." Ucap Lily merasa bersalah.

"Apa yang menganggumu? Bagilah denganku, jangan memendamnya sendirian. Masih ada ayah disini." Ucapnya lembut, seraya menyimpan pedang dan maju mengelus kepala Lily.

Lily menunduk, ia gelisah dan takut. Tapi apa yang bisa ia ceritakan? Mimpi aneh itu? Atau lelaki tua berjanggut putih yang tiba-tiba menghilang itu? Lily benar-benar merasa tidak berdaya, jadi ia menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tidak bisa tidur. Ayah, kembalilah untuk beristirahat. Aku juga akan beristirahat, aku janji." Balas Lily membuat sang ayah menghela nafas.

"Baiklah, tidurlah... Tapi satu hal yang harus kau ingat. Kau tidak sendirian, masih ada ayah disini. Apapun kekhawatiran yang mengganggumu, katakan saja padaku. Jangan takut, mengerti?" Ucap Ayahnya tidak memaksa Lily untuk bercerita sama sekali. Biarlah Lily yang memutuskan mau bagaimana. Tunggu saja ia bercerita sampai siap.

"Ya, ayah... terimakasih, aku menyayangimu." Ucap Lily tulus, dan perasaannya banyak membaik setelah mengucapkan itu.

"Baik, baik, ayah juga paling menyayangimu. Cepatlah masuk kamar dan istirahat. Biar Chloe yang membereskan semua ini. Aku juga harus kembali." Balas sang ayah seraya tersenyum.

Jadi, begitu sang ayah pergi, Lily memasuki kamar dengan langkah berat. Ia benar-benar enggan tidur, tapi setelah permainan pedangnya, rasa lelah jelas menimpa Lily dan rasa kantuk dengan cepat datang. Jadi sebelum ia benar-benar tertidur, ketika Chloe datang membawakan segelas teh untuknya, Lily memintanya untuk menemaninya tidur.

Jadi malam itu, keduanya terlelap bersama. Mengurangi kekhawatiran Lily.

**

"Bu! Kenapa ayah dan kakak lama sekali?" Tanya si adik dengan raut cemas.

Suara yang familiar itu, membangunkan Lily. Ia membuka matanya dan merasa frustasi. Gelisah sekali, kenapa ia kembali kesana? Ada apa sebenarnya? Ia takut... dimana ayahnya? Ia benar-benar tidak ingin mengalami ini.

"Tidak tahu, tunggu saja oke?" Balas si ibu dengan kaku, ia juga merasa sangat khawatir. Itu suami dan anak sulungnya. Ia hanya bisa berharap keduanya baik-baik saja.

Keduanya menunggu, hening dan tanpa suara. Hanya ada suara geraman dari luar, dan beberapa teriakan. Hal inilah yang membuat Lily gelisah. Meski hening, tidak benar-benar hening disini.

Lily mencoba mengangkat tangan dan menggerakkan badannya, tapi nihil. Ia masih belum bisa bergerak. Hanya bisa menatap sepasang ibu dan anak itu yang duduk bersampingan menatap ranjang yang seharusnya ditiduri olehnya.

"Kakakku juga sangat kasihan bu, kenapa ia tidak kunjung membuka matanya? Apa ia baik-baik saja?" Tanya si adik lagi dengan suara bergetar.

"Baik-baik saja, kakakmu hanya tertidur" Balas si ibu dengan nada tidak yakin, ditambah suaranya yang mengecil diakhir menambah ketidakyakinannya.

DUG! DUG!

"Ibu, cepat buka pintunya! Ibu! Ibu!" Teriakan Shion terdengar, sangat terburu-buru.

"Kakakmu datang! Cepat, cepat!" Ucap si ibu langsung beranjak dan membuka pintu.

Tapi begitu pintu terbuka, Shion langsung masuk dengan nafas terengah, tapi sang ayah tidak terlihat sama sekali.

"Ayah! Cepat lari dan masuk!" Pekik Shion membuat si ayah yang sedang menahan monster pun berlari.

"Monster?" Gumam si adik dengan takut, tapi kini ia tidak diam, ia berlari ke dapur mengambil penggilas adonan dan bersiap melawan.

Shion kembali keluar, menatap sang ayah yang kesulitan melarikan diri lagi karen dihadang dua. Ia bersiap membantu, tanpa menyadari jika di sisi lorong kamar lainnya ada monster yang bersiap menerkam. "Shion pergi dari sana!" Pekik sang ayah panik. Shion punya refleks yang baik, jadi ia keluar dari rumah dengan berguling tidak lupa tongkat baseball yang ia gunakan untuk menjegal kaki busuk monster tersebut.

Tapi, seolah tidak mengenal rasa sakit, monster ini bangkit dengan cepat, menatap si ibu dan si adik yang terpaku dengan gemetar didalam rumah. Monster mengejar keduanya, masuk ke dalam dengan mudah.

"Oh tidak!" Shion memekik. Ia bangkita, begitupula ayahnya berhasil mengusir dua yang menghalanginya dan berlari untuk menyelamatkan yang lain.

Lily yang melihat semua kejadiannya, gemetar ketakutan. Dengan tubuh yang sama sekali tidak bisa bergerak, ia ingin sekali menangis dan berteriak.

BRUG!

Si adik berhasil memukul monster hingga jatuh ke samping dirinya dan sang ibu. Tapi si adik lupa, ada seseorang di atas ranjang. Dan monster merubah targetnya.

Roargh!

"AHH!" Lily terbangun dengan nafas terengah hebat dan keringat yang mengalir deras, air mata bahkan menetes saking takutnya ia. Jantungnya berdegup kencang, Lily benar-benar terlihat berantakan. Ia tahu ini mimpi, tapi perasaan ini nyata sekali. Lily benar-benar tersiksa.

Belum sempat ia menenangkan diri, sebuah cahaya datang dari depan Lily. Membuat Lily menyipitkan matanya, dengan perasaan yang semakin gelisah.

"K-kau! Siapa kau!" Pekik Lily begitu cahaya putih hilang, dan seorang lelaki tua berdiri dihadapannya.

Lelaki tua berjanggut putih itu tersenyum menatap Lily yang berteriak takut. Tapi teriakan itu tidak menghentikan langkah kakinya untuk mendekati Lily. "Takdir tidak bisa dirubah, kau harus menghadapinya." Ucapnya begitu sampai dihadapan Lily.

Lily ketakutan, ia bahkan memekik beberapa kali agar lelaki tua itu tidak mendekatinya. Tapi ia tak kunjung berhenti, jadi Lily hendak bangun dan melawan, tapi lagi-lagi badannya membeku. Lily pun menangis. "Siapa... apa yang kau lakukan? Kenapa aku disini? Ada apa denganku!" Tanya Lily dengan air mata mengalir. Perasaan tidak berdaya yang disebabkan oleh tidak bisa bergeraknya ini benar-benar membuat Lily frustasi.

"Takdir tidak bisa dirubah, kau harus menghadapinya."

Takdir tidak bisa dirubah, kau harus menghadapinya"

Bukannya menjawab, lelaki tua itu terus mengulang kalimat yang sama, menambah kefrustasian Lily. Jadi ketika ia benar-benar ada dihadapan Lily, Lily hanya bisa memejamkan matanya dengan tangis yang semakin keras.

Tangannya diangkat si lelaki tua, jadi Lily membuka matanya lagi dan menatapnya dengan marah meski air mata berderaian. "Mau apa kau!" Pekiknya.

"Takdir tidak bisa dirubah, kau harus menghadapinya." Lagi-lagi menjawab dengan kalimat yang sama. Dan cahaya putih itu datang kembali. Lily refleks memejamkan mata. "Bertahanlah, semoga kau beruntung." Ucap lelaki tua itu.

Dan begitu Lily membuka matanya, yang terlihat adalah Chloe dan sang ayah yang menatapnya dengan khawatir.

"Lily!" Pekik ayahnya ketakutan, langsung mendekap Lily yang terduduk, membawanya ke dalam pelukannya, berusaha menenangkan Lily yang terlihat berantakan. Juga menenangkan dirinya sendiri.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   04 : Ketidakmampuan

    ** Setelah menunjukkan keajaiban pada sang ayah, membuatnya sangat terkejut sampai butuh beberapa saat untuk ayahnya sadar kembali dari keterkejutannya, Lily hanya diam, bingung harus melakukan apa melihat ayahnya seperti itu. Tapi, tidak ada pilihan lain. Ia harus memberitahu ayahnya karena ia butuh banyak persediaan. Karena meskipun Lily termasuk komandan kecil di tentara, tapi ia tidak punya hak atas persediaan. Ayahnya adalah jenderal, jadi ia tentu punya hak atas persediaan. Setidaknya, ayahnya masih punya banyak uang untuk membelikannya persediaan, karena selama ini ayahnya bahkan selalu menambahkan beberapa persediaan untuk para prajurit dengan uang pribadinya. Persediaan dari atas selalu kurang, ada waktunya tidak kurang tapi tidak ada hal baik di dalamnya. Itulah alasan sang ayah berkali-kali mengeluarkan uang pribadi. Ayahnya selalu baik hati. Apalagi pada prajurit dibawah komandonya, dibawah komando ibunya dulu, dan dibawah komando Lily. Prajurit adalah tulang punggun

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   03: Penjelasan

    ** "Ini mungkin terdengar seperti omong kosong, tapi ayah percayalah padaku." Ucap Lily dengan raut wajah serius. Menatap ayahnya yang mengangguk tak kalah seriusnya. "Kau tahu, Ayah... sejak di medan perang dalam waktu satu bulan ke belakang, aku selalu bermimpi. Mimpi ini tidak begitu jelas, karena aku selalu tidak ingat apa yang aku mimpikan, tapi rasa lelah, ketakutan dan gelisah selalu ada ketika aku bangun dari tidurku. Dan mimpinya semakin jelas sejak aku pulang beberapa waktu lalu. Aku ingat setiap detail dari mimpi ini, yang sangat menyeramkan." Jelas Lily dengan nada yang sedikit bergetar. Ayahnya hanya menatap Lily dengan kasihan, ingin menenangkan tapi biarlah putrinya ini menyelesaikan ceritanya terlebih dahulu. "Dalam mimpi, ada sebuah keluarga beranggotakan 5 orang, sepasang orangtua, satu laki-laki dewasa, adik perempuan dan adik laki-laki. Terjebak dalam rumah, kelaparan. Terjebak yang aku maksud karena situasi dan kondisi diluar rumah sangat tidak jelas. Teri

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   02 : Cincin Ruang

    ** "Ayah, aku takut sekali.." Ucap Lily parau dengan tangis keras, membuat sang ayah merasa patah hati. Lily tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menangis, gemetar, ketakutan, tidak pernah ia melihat Lily seberantakan ini. Lily-nya selalu kuat dan berani, persis seperti ibunya. "Tidak apa-apa, ayah disini, ayah akan melindungimu." Balas sang ayah menenangkan. Meski tidak membuat Lily berhenti menangis, tapi ia berangsur-angsur menjadi lebih tenang. Lily juga merasa aman, dekapan hangat ayahnya dan suara berat khas ayahnya, yang selalu ia rindukan ketika sedang jauh darinya. Semuanya benar-benar membuat Lily jauh lebih tenang. Sampai akhirnya tangisnya benar-benar berhenti, meski masih dengan isakan kecil, Lily tetap melepaskan pelukan ayahnya. "Chloe, berikan teh nya." Ucap sang ayah dengan cepat. Jadi begitu tehnya telah diminum, Chloe langsung pergi meninggalkan sepasang ayah dan anak tersebut berdua, memberi ruang pribadi untuk keduanya mengobrol. "Mimpi buruk?" Tanya sang

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   01 : Mimpi dan Lelaki tua

    **Hari itu, berhasil Lily lewati dengan baik. Tidak ada lagi keanehan yang ia alami selama melewatinya. Tetapi begitu malam tiba, Lily benar-benar tidak ingin tertidur meski ia mengantuk berat. Perasaan takut menyelimutinya. Tidak pernah merasa setakut itu bahkan ketika ia menghadapi musuh di medan perang sebelumnya. Jadi, malam itu Lily benar-benar mengambil pedangnya dan berlatih dihalaman. Chloe dan pelayan serta pengawal lainnya tentu tahu. Dan informasi tersebut dengan cepat sampai pada ayahnya yang langsung datang menghampiri, karena merasa khawatir. Ayahnya merasa khawatir sekaligus aneh. Lily-nya tidak pernah berlatih di malam hari ketika ia sampai di rumah. Ia paling suka istirahat dan mengikutinya kemana-mana untuk bersosialisasi, berkata bahwa dengan melihat banyak orang akan membuat dirinya lebih waspada karena banyak wajah palsu yang bisa ia lihat. Lily pintar dan berani sejak kecil, jadi ia sebagai sang ayah juga tidak punya banyak kekhawatiran. Tapi malam ini, berbed

  • Transmigrasi : Pergi Ke Akhir Dunia   00 : Mimpi Menyeramkan

    ** Roarghh Roarghh Aaaaaa! Argh, tolong! Bugh! Berisik. Berisik sekali sampai-sampai Lily yang sedang tertidur terbangun dengan kepala pusing dan linglung. Tetapi tubuhnya tidak bisa bangun sama sekali. Ia hanya bisa menatap sekelilingnya. Teriakan, makian, bahkan geraman yang terdengar mengerikan ditelinganya. Semuanya bercampur menjadi satu, membuat kepalanya berdenyut sakit. Di depannya jelas terlihat ada seorang laki-laki paruh baya, seorang wanita paruh baya, dan dua laki-laki yang satu dewasa yang satu remaja. 'Pakaiannya aneh' pikir Lily yang tidak bisa bergerak sama sekali. "Kadaannya sudah seperti ini! Ayah! Pikirkan jalan keluar." Ucap wanita paruh baya tersebut, mengguncang lengan laki-laki paruh baya. Semuanya terlihat sangat tertekan. Seolah-olah ada awan gelap yang mengelilingi semua orang ini. Apalagi teriakan-teriakan dan makian dari luar terus terdengar, menambah suasana makin tegang. 'Ada apa?' pikir Lily frustasi, terlebih ia tidak bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status