Accueil / Romansa / Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang / Chapter 06 : Hidup Punya Kisah Sendiri (Done)

Share

Chapter 06 : Hidup Punya Kisah Sendiri (Done)

last update Dernière mise à jour: 2025-11-27 12:20:18

Sebenarnya, ini pertama kalinya Valyria bertemu keluarga besar Tarra. Selama ini jika Valyria berkunjung ke rumah Tarra, dia hanya bertemu ayah dan ibunya. Maka dari itu Valyria menjadi canggung .“N-namaku Valyria Soga Kinaru, tante Tasya,” ucap Valyria yang menuruni tangga dari lantai dua kamar Tarra. 

''Namamu cantik begitu juga orangnya, apa kamu Bule Nak?'' tanya Tante.

Valyria hanya terkekeh nanar. Wajahnya ini sering disangka ‘bule’ oleh orang kebanyakan. Apalagi kedua iris mata violetnya. “Tidak juga, Ibu memang orang Indonesia kalau Ayah, kata kakakku Ayah berasal dari Belanda, Valyria juga tak terlalu tahu soal itu.'' Valyria menjawab sebisanya dengan senyum nanar itu.

“Oh pantas aja, sama dong, Bobby juga campuran Belanda, Ayo sapa Kak Valyria Bobby,'' suruh Tante pada Bocah itu.

Bocah itu malu-malu menatap Valyria. “H-halo. Namaku Bobby balu ti-tiga tahun.”

  “Oh iya, Tarra sempat mengatakan padaku soal temannya yang jenius dalam seni. Apakah itu kamu Valyria? Mengingat, Tarra jarang sekali membawa teman ke keluarganya.”

   “Tidak, jago juga sih tante. Valyria hanya hobi melukis.” Valyria berucap sambil menggaruk ujung pipinya yang tak gatal. Tampaknya Tarra terlalu melebih-lebihkannya.

Wanita itu menepuk-nepuk pundak Valyria. “Haha ... Kalau begitu bawa lukisanmu besok, kita berangkat ke Amsterdam.”

''Eh?!”

“Tapi kita akan pergi tanpa Tarra, sepertinya dia masih perlu istirahat karena kesedihannya itu,'' ucap Wanita itu dengan tatapan sendunya. Berdasarkan raut wajahnya, sudah pasti dia merasa sedih hanya saja tak ingin terlalu diketahui banyak orang.

Valyria mengangguk. “Tante, salam pada Tarra. Valyria mau pulang dulu ... Terima kasih banyak Tante Tasya.” Valyria pun tak bisa lebih lama disini, ingat akan paksaan Paman dan bibinya untuk segera kembali kerumah asalnya. Valyria segera berpamitan.

Sekitar dua malam Valyria tak menyentuh ranjang kasur bututnya. Alias tidak tidur dua malam, kini tubuhnya terasa lemas tapi harus berkemas. Barang-barang dirumah kontrakan belum dikemasi untuk kepindahannya hari ini. “Ah ... aku ngantuk.'' Valyria mengeluh setelah tiba didepan rumah kontrakannya.

Tubuh lemas dan lunglai. Valyria tetap mengusahakan semuanya selesai hari ini, beruntung barang-barangnya dirumah kontrakan tidak terlalu banyak. Dia pun bergegas mengemasi barang-barangnya, usai berkemas itu semua memakan waktu sebanyak tiga jam lebih. Tepat pukul empat sore, sebuah mobil sedan tampak berhenti didepan rumah kontrakannya. Valyria tahu, dia sudah dijemput. Valyria hampir lupa, dia memasukkan buku Sang Kakak dan kunci misterius itu dalam tas selempangnya.

''Salam Nona Valyria,'' ucap Pria tua itu membungkuk hormat kepadanya, salah satu Supir pribadi kediamannya dulu.

Valyria yang sudah berdiri didepan rumah kontrakan bersama sebuah tas besar disampingnya. “Pak Hasan, lama tak berjumpa. Oh iya barangku tak banyak, jika diletakkan di bagasi mobil akan muat kok.” Valyria masuk lebih dulu ke bangku penumpang, dia sempat meminta tolong pria itu untuk memasukkan tasnya kedalam bagasi.

''Nona, saya mulai hari ini diperkerjakan untuk menghantar nona oleh Tuan Julian.”

''Jika boleh jujur, aku lebih suka hidup susah diluar dari Rumah itu ... Tempat mereka berkuasa,'' gumam Valyria. 

Valyria tersenyum miring, ingatkan selain paman dan bibinya dia masih memiliki seorang paman lagi. Paman Julian, sebenarnya dia cukup baik terhadap Valyria dan Valerin tapi sayang, hak wali malah jatuh ketangan Paman dan Bibi yang menyebalkan ini. 

“Tch. Aku sudah muak.” Valyria mendecak kesal.

Perjalanan kerumahnya lumayan jauh, terletak didaerah pendesaan dengan lingkungan yang masih asri. Rumah itu paling mencolok dengan gaya reminiscence yang masih melekat. Saat tiba, Valyria menatap sendu rumah ini, rumah yang terbilang luas dikelilingi kebun Hortensia ungu. Ketika gerbang pintu masuk terbuka, Valyria masih bisa mengingat kenangan lama pada kediaman ini. Sendu sudah tatapannya yang terbilang sedih ini, dia pun menaiki anak tangga yang menuju pintu masuk.

“Aku pulang ... Ayah, Ibu, Kak,'' ucap Valyria lirih sembari memandangi Rumah

“Nona, bapak ingin menemani nona tapi Tuan dan Nyonya bilang hanya bisa menghantar dan jemput nona Valyria saja.” Pria tua itu yang membawa tas Valyria tampak menatap tubuh kecil itu, satu-satunya anak Kinaru yang tersisa. Dia sempat mengiba dan prihatin terhadap gadis muda ini.

Valyria hanya mengangguk, sambil mengulum senyuman. “Tidak pak, terima kasih. Nanti kalau Valyria mau keluar pasti Valyria menghubungi bapak dulu. Salam dengan bu Sri dan adek Budi ya Pak. Kapan-kapan Valyria akan berkunjung kerumah,'' ujar Valyria dengan manis, Valyria sudah kenal keluarga pak Hasan. Memang dulu, keluarga Pak Hasan bekerja dirumah ini tapi semejak saat itu semuanya sudah berubah. Dirumah besar yang megah ini, Valyria dipekerjakan seorang diri. Ulah siapa? Tentu semenjak Paman dan Bibinya menjadi wali pengganti orang tua.

Benar saja, saat itu pula kedua Suami isteri itu baru saja pulang dari Kota. Rasanya Valyria ingin segera kembali kekota, biar dirumah kontrakan sederhana sekali pun dia tak masalah asalkan bisa merasa bebas. ''Paman, Bibi ... ah, itu, Valyria baru sempat pulang.'' Valyria berucap sambil menunduk.

“Dasar bocah tengil, disuruh pulang saja sangat sulit,” cibir Bibi melintasinya dengan tatapan sinis. “Antarkan kopi ke kamar paman Valyria.” Dilanjutkan oleh Oaman yang turut melintasinya.

“Baik, Paman,'' ucap Valyria mau tak mau harus menurut.

“Nona.” Pak Hasan, raut wajah pria berumur itu tampak tak tega. Masih diambang pintu memperhatikan nona kecilnya menjadi pelayan dirumahnya sendiri. Ingin membantu namun tak berdaya.

Valyria mengangguk dengan yakin. “Tidak masalah Pak, terima kasih atas keperduliannya. Lebih baik pak Hasan pulang saja, Valyria permisi ke dapur.'' Valyria berucap sambil beranjak ke dapur. 

Aktivitas melelahkan sejak sore tadi baru usai di malam harinya. “Aduh. .. tubuhku sakit semua,'' gerutu Valyria sambil meregangkan kedua tangannya. Tak dipungkiri, aktivitas di rumah melayani kedua orang itu cukup melelahkan.

Bibir ranum Valyria mengerucut maju. “Aku ingin tidur!'' Valyria menjerit dengan tampang yang sangat lelah itu.

Valyria merangkak naik keatas kasur empuknya, kamar lamanya. Luas dan nyaman. Setidaknya ia masih diperbolehkan menggunakan ruang pribadi saja sudah senang. “Ah! Oh iya, Tante Tasya bilang ingin mengajak ke Amsterdam ya? Hihi ... senangnya. Tak sabar hari esok, semoga baik-baik saja. Nah, selamat malam Kak Darly, Ayah dan Ibu ... Valyria baik-baik saja disini.” Valyria berujar sambil menatap langit-langit kamarnya, perlahan kedua mata cantik itu semakin mengantuk. Kemudian ia pun sudah masuk kedalam alam mimpi, ditandai dengan dengkuran halus dari pulasnya tidur seorang Valyria Soga Kinaru.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 07 : Unjuk Bakat

    Kedua mata violet berkedip-kedip lucu, wajah penasaran dengan bibir ranum yang terbuka. Dia masih tak percaya. “Woah~Paris! Paris!” jerit Valyria takjub.Valyria baru sampai di Paris. Seharusnya mereka menuju Amsterdam hari ini namun Tarra meminta untuk menenangkan diri di Paris terlebih dahulu, jadi disini mereka sekarang menghantarkan Tarra ke kediaman kerabatnya yang ada di Paris. Kemudian siangnya, Valyria bersama tantenya Tarra itu akan menuju ke Amsterdam. “Untung saja ini liburan semester, jadi tante bisa membawa kalian berdua," ujar sang tante sambil menggendong anaknya, Bobby yang tampak masih mengantuk itu.“Iya Tante, Tarra titip Valyria ya. Good luck, Valyria.”Gadis yang mengenakan jilbab cokelat muda itu tersenyum sekenanya, dia masih tampak lesu dengan dukanya. Valyria memeluk dirinya itu. Ia tersenyum melihat Valyria yang tersenyum sumringah."Aku berangkat dulu ya Tarra!” Valyria berseru, baru kali ini dia tersenyum amat manis bahkan bersemangat pula. Valyria memakl

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 06 : Hidup Punya Kisah Sendiri (Done)

    Sebenarnya, ini pertama kalinya Valyria bertemu keluarga besar Tarra. Selama ini jika Valyria berkunjung ke rumah Tarra, dia hanya bertemu ayah dan ibunya. Maka dari itu Valyria menjadi canggung .“N-namaku Valyria Soga Kinaru, tante Tasya,” ucap Valyria yang menuruni tangga dari lantai dua kamar Tarra. ''Namamu cantik begitu juga orangnya, apa kamu Bule Nak?'' tanya Tante.Valyria hanya terkekeh nanar. Wajahnya ini sering disangka ‘bule’ oleh orang kebanyakan. Apalagi kedua iris mata violetnya. “Tidak juga, Ibu memang orang Indonesia kalau Ayah, kata kakakku Ayah berasal dari Belanda, Valyria juga tak terlalu tahu soal itu.'' Valyria menjawab sebisanya dengan senyum nanar itu.“Oh pantas aja, sama dong, Bobby juga campuran Belanda, Ayo sapa Kak Valyria Bobby,'' suruh Tante pada Bocah itu.Bocah itu malu-malu menatap Valyria. “H-halo. Namaku Bobby balu ti-tiga tahun.” “Oh iya, Tarra sempat mengatakan padaku soal temannya yang jenius dalam seni. Apakah itu kamu Valyria? Mengingat, Ta

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 05 : Ragamu dan Jiwaku

    “Ya Tuhan, aku tak sanggup semua ini benar-benar menjijikkan," ujar Valyria sambil menghela napas. Setelah itu Valyria berjalan melalui koridor gedung universitasnya. Dia berjalan dengan tenang dengan raut wajah yang tenang pula, biarpun kepalanya terasa pening akibat kurang tidur. Sepasang mata Violet Valyria melihat Tarra yang berlari dengan secarik kertas yang dibawanya.Gadis berjilbab merah muda itu tersenyum sumringan. “Ini lihat! Pelelangan lukisan. Kau ratunya urusan ini, ayo ikut.” Tarra berucap dengan antusias sembari memperlihatkan secarik kertas berisi brosur pelelangan lukisan. “A-Amsterdam? Kau Gila Tarra, ini jauh sekali dan aku tak punya ongkos untuk ke sana,” ucap Valyria dengan kedua matanya melotot, nyaris melongo tak percaya.“Ah sudahlah, masalah itu urusanku karena kebetulan acara ini Tante Tasya salah satu staff penyelenggara, ini kesempatan baik untukmu Valyria, " ucap Tarra senyum dengan ceria, dia menggegam tangan sahabatnya itu. Tarra teman terbaik yang Val

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 04: Pecahan Misteri

    Tok...tok...tokSuara ketukan pintu terdengar nyaris keseluruh rumah kontrakan sederhananya ini. “Engh, siapa?” sayup-sayup Gadis itu melenguh, meregangkan tubuhnya. Mengucek-ucek matanya yang masih kantuk, ketika sadar hari sudah malam. Tampak dari jendela yang lupa ditutupnya itu.“Hoam~ aku ketiduran ya? tadi rasanya masih sore.” Gadis itu bermonolog sendiri. Melirik jam dinding bututnya yang menunjukkan pukul delapan malam. Dia mengaku masih lelah.Tok … tok … Kembali suara ketukan itu terdengar, dengan langkah gontai. Dia pun berjalan untuk membukakan pintu. Didapatkan, seorang pria mengenakan setelan jas rapi tampak sudah berumur namun memiliki postur tubuh yang tegap. “Apakah Anda Nona Valyria Soga Kinaru?” Gadis itu, Valyria mengangguk. “Benar, Siapa Anda?” “Saya dari lembaga Asuransi, memberikan beberapa santunan asuransi kematian dari Tuan Kinaru, dan juga ... Tuan Kinaru pernah menitipkan kunci ini untuk diberikan kepada Nona.” Pria it

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 03: Kabar Kematiannya

    Kabar mengenai kematian kakak laki-lakinya itu baru ia terima pagi ini, tepat pada pukul tujuh pagi. Dari sebuah ponsel genggam yang dipegangnya, dia hanya bisa bergetar dengan kedua mata membelalak namun air mata dari pelupuk matanya hampir jatuh. Mengairi, wajah manis yang sembab. Namanya Valyria Soga Kinaru, baru berusia dua puluhtahun. Kini setelah jadisebatang kara kemudian harus kehilangan sosok penyokong kehidupan utamanya, Sang Kakak. “Baik, saya akan kesana. Saya akan membawa kakak saya untuk segera dimakamkan serta mengambil barang-barangnya.” Valyria berucapsembarimengakhiritelepon. Keduamatavioletnyajadikosongmenatapkehampaan. Tubuhnya langsung lemas, berpegang pada nakas meja yang ada disampingnya. Terisaklah dia dengan seluruh kepedihannya. Mengutuk takdir yang kejam, setelah kedua orang tua yang meninggal saat dia masih begitu kecil. Kini kakak laki-lakinya, yang tercinta. Tulang punggung keluarga, penyanggah hidup sebagai satu-satunya keluarga y

  • Transmigrasi Tuan Muda Palsu yang Malang   Chapter 02: Sebab Kegilaannya

    “Tuan, terimakasih atas makanannya!” “Hm~ tentu saja, nanti akan yang banyak dan tersenyumlah.” Pria muda itu baru membagikan roti-roti hangat yang baru ia beli, berdiri ditengah kerumunan tawa dan canda anak-anak yang terlantar disebuah wilayah kumuh pada ujung kota pusat disebuah negara kerajaan yang megah. Nasib yang tak berpihak kepada anak-anak kumuh itu membuatnya menghibur anak-anak ini.“Ayo, aku punya sebuah permainan kalau kalian bisa menjawab kuis ini, aku akan memberi ini secara Cuma-Cuma,” ucap Pemuda itu mengeluarkan sekantung permen dari saku mantelnya. “Wah permen!” sorak anak-anak yang menginginkan permen yang dipegang Pria itu. Pria Bangsawan Muda itu. Ia tersenyum suka cita dan memulai permainannya. “Kalau begitu jika kalian memiliki tiga belas apel jika aku minta tiga apel dari kalian. Kira-kira kalian masih memiliki berapa apel ya?” tanya Pria itu. “Tiga puluh, Tuan,” jawab asal seorang anak, dikala sem

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status