Share

Trap For My Stepfather
Trap For My Stepfather
Penulis: Silva Fajriati

Selingkuh Di Belakangku

Hari ini aku tengah bersantai setelah beberapa hari sibuk mengurus acara pernikahan mommy. Aku juga bisa menenangkan hatiku untuk sesaat setelah apa yang kulihat beberapa hari yang lalu. Kejadian di mana aku hanya bisa membeku dan mematung melihat perselingkuhan diantara Ardian dan seorang wanita yang tidak aku kenal. Aku tebak wanita itu lebih tua dariku dan juga Ardian. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Ardian ketika aku memergokinya tengah berselingkuh. Sambil menahan tangis dan menahan semua emosiku aku hanya bisa menatap tajam ke arah Ardian dan juga wanita itu secara bergantian.

Bagaimana aku tidak marah, setelah begitu merindukan Ardian karena kesibukanku dan tak bisa bertemu selama beberapa hari, aku berniat memberikan sebuah kejutan kecil dengan datang ke rumahnya. Ketika aku membuka pintu, senyuman yang merekah di wajahku langsung hilang seketika. Di sana, Ardian tengah duduk di sofa ruang tamu dengan seorang wanita di atasnya.

“Kiran?” Ardian buru-buru mendorong tubuh wanita itu dari pangkuannya. Ia segera bangkit berdiri untuk menghampiriku.

“Ardian, kau tega sekali berselingkuh di belakangku!” Aku menatap tajam Ardian sambil mengepalkan tangan, mencoba menahan emosiku.

“Kiran, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Apa yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Ardian mencoba menjelaskan kepadaku dengan raut wajah yang gelisah.

Aku mendorong tubuh Ardian kuat-kuat, membuat pria yang aku cintai itu mundur beberapa langkah. “Kita putus!”

Detik berikutnya, aku meninggalkan Ardian tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Aku tidak peduli dengan Ardian yang terus saja memanggilku dari kejauhan. Aku terus melangkahkan kaki dengan yakin seraya menyeka air mataku dengan kasar. Saat itu hatiku begitu hancur seperti ada banyak duri tajam yang menancap di dalamnya sampai membuat dadaku terasa sesak.

“Kiran, ada seseorang yang ingin menemuimu di luar,” ucap Mommy setelah membuka pintuku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Suara kencang Mommy membuyarkan lamunan burukku tentang Ardian saat ia tertangkap basah berselingkuh beberapa hari yang lalu.

“Katakan saja aku tidak ada, Mom. Aku sedang tidak ingin menemui siapa pun untuk sekarang,” balasku dengan nada pelan dan juga malas.

“Mommy sudah mengatakan jika kau akan turun sebentar lagi.”

Aku langsung menoleh ke arah mommy dan menatapnya dengan sinis. Ia hanya menggerakkan bahunya dan menyuruhku untuk segera turun dan menemui orang yang ingin bertemu denganku itu. Dengan perasaan malas dicampur kesal, aku keluar dari kamar tanpa berbicara dengan mommy yang masih berdiri di ambang pintu.

Aku menuruni tangga dengan malas seraya melihat ke arah orang yang duduk di sofa menungguku. Aku langsung tersenyum miring setelah melihat siapa yang datang.

“Sedang apa kau di sini?” tanyaku setelah berada di ujung tangga.

Ardian langsung menoleh ke arahku dan berdiri dari duduknya. “Kiran, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”

“Semuanya sudah jelas! Kita tidak memiliki hubungan apa pun lagi dan tidak ada yang perlu dibicarakan!” Suaraku meninggi dan bernada tegas.

Aku benar-benar muak dan jijik melihat seorang pengkhianat yang berani datang ke sini setelah apa yang sudah ia perbuat padaku.

“Kiran, sebaiknya kau mendengarkan lebih dulu apa yang ingin aku sampaikan. Apa salahnya jika aku ingin berbicara empat mata denganmu?”

Aku terdiam sejenak, mencoba berpikir untuk membiarkan Ardian memberi penjelasan. Namun, apa salahnya jika aku mendengarkannya lebih dahulu. Anggap saja jika ini semua adalah perpisahan antara aku dan Ardian. Memang, aku berencana untuk ikut bersama mommy dan ayah tiriku keluar kota beberapa hari lagi. Aku menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

“Baiklah,” jawabku akhirnya memberi keputusan setelah beberapa menit menimbang-nimbang.

***

Ardian membawaku ke sebuah cafe yang terletak tidak terlalu jauh dari kediamanku. Ia juga memesankan minuman dan juga beberapa makanan untukku.

“Jadi ... apa yang ingin kau katakan kepadaku, Ardian? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang denganmu di sini,” ucapku langsung tanpa basa-basi lagi.

Meski wajah Ardian bisa dibilang cukup tampan—membuatku sampai tergila-gila padanya—aku cukup menyesal memberikan semua yang Ardian inginkan, termasuk sesuatu yang selama ini aku jaga. Aku tidak menyangka, jika pria yang duduk di depanku ini bukan lagi kekasihku. Ardian, dia hanyalah seorang pria brengsek yang berani mengkhianatiku setelah aku memberikan tubuhku. Jika teringat dengan semua yang sudah terjadi, aku benar-benar ingin menangis. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Waktu yang sudah terjadi tidak akan pernah terulang. Aku menangis sampai histeris pun tidak akan pernah merubah keadaan. Yang bisa aku lakukan sekarang, hanyalah mencoba berdamai dengan diriku maupun masa laluku.

“Kiran, aku tahu jika apa yang aku lakukan itu salah. Aku tidak tahu apa yang berada di pikiranku sampai aku berani mengkhianati wanita yang aku cintai. Kiran, aku mohon kepadamu dengan setulus hatiku yang paling dalam untuk memaafkanku. Tidak, aku memang tidak pantas untuk kau maafkan. Tetapi, Kiran, aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin kita sama-sama membangun kembali hubungan kita. Aku berjanji untuk memperbaiki kesalahanku yang sudah aku perbuat padamu.”

Ardian meraih tanganku dan menggenggam dengan erat. Namun, dengan cepat aku langsung menepis tangan Ardian, lalu menatap sinis ke arah pria yang sudah mengkhianatiku itu seraya tersenyum kecut setelah mendengar permintaan Ardian yang tidak tahu malu itu.

“Ardian, aku sudah memaafkanmu. Tetapi pengkhianatanmu kepadaku tidak pernah bisa aku lupakan. Bagaimana bisa kau tidak tahu malu memintaku untuk memperbaiki hubungan yang tidak bisa lagi utuh seperti dulu?” Aku memalingkan wajahku ke arah lain.

Aku tak sanggup melihat wajah Ardian yang menatapku dengan sendu. Aku tidak mau lagi tergoda dengan wajah tampannya. Hatiku terlalu sakit untuk menjalani semua ini. Lebih baik, aku kehilangan Ardian di sisiku daripada bayangan pengkhianatan Ardian terus saja membayang-bayangiku jika aku kembali menerimanya.

Ardian cukup tertegun dengan apa yang kukatakan padanya. Ia membenarkan duduknya seraya menatapku dengan ekspresi kecewa. “Kiran, tidak bisakah kau memikirkannya lebih dulu sebelum kau mengatakan semuanya seperti ini? Kau baru saja membuatku kecewa.”

Spontan aku langsung menoleh dengan menatapnya nanar. “Kau lebih membuatku kecewa, Ardian! Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan memberikan apa pun yang kau mau. Dengan mudahnya kau berkhianat dan merusak kepercayaanku padamu. Dan, betapa tidak tahu malunya dirimu berkata seperti itu kepadaku!”

Emosiku tiba-tiba saja meluap seketika. Suaraku meninggi membuat orang-orang melihat ke arah kami berdua. Namun, aku tidak peduli dengan pandangan orang-orang itu. Aku beranjak dari kursiku, berniat meninggalkan Ardian. Aku tidak mau emosiku meluap-luap tanpa bisa kukendalikan dan membuatku terlihat bodoh di mata orang lain.

“Kiran,” panggil Ardian, membuatku terpaksa menghentikan langkahku. “Lalu bagaimana dengan nasib tabungan bersama kita? Aku juga memiliki hak untuk mendapatkan uangku kembali.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Melinda T. Sessamen (Bhie)
is there an English translation of this story?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status