Home / Romansa / Trapped By The Devil / 6. Perkenalan dengan Band HEXID

Share

6. Perkenalan dengan Band HEXID

Author: Diandra
last update Huling Na-update: 2021-07-28 22:17:01

"Minggu depan HEXID akan memulai tur Asia. Kau harus ikut bersama kami selama satu bulan penuh."

Perkataan Aditya berhasil membuat Rahee yang sedang minum tersedak. Kerongkongannya kering sejak manajer dari Sean datang menjemput. Dan sekarang mereka sudah tiba disebuah rumah mewah. Rumah mewah milik Sean lebih tepatnya.

"Jika aku ikut, bagaimana dengan adikku?"

Aditya memijat kepalanya, paham. Kemarin saat dia memindahkan Bimo ke kamar VIP, dia tahu bahwa adik dari Rahee memang sedang sakit parah. Namun Aditya harus membuat Rahee bersedia ikut tur Asia. Akan melelahkan jika dia mencari gadis berbeda di setiap negara sebagai teman tidur Sean. Oh, barusan memang terdengar sangat egois, tapi sejak kehadiran Rahee, Aditya bisa sedikit bernafas lantaran Sean hanya terpaku pada gadis ini saja. Sisi baik lainnya adalah untuk sementara waktu karir Sean akan aman dari urusan wanita. Rahee benar-benar telah menyelamatkan banyak nyawa.

"Apa kau mau menggunakan jasa perawat pribadi?" Aditya memberikan saran.

Rahee menggigit bibir bawahnya ragu, "Itu terdengar bagus, tapi aku tetap tidak bisa meninggalkan Bimo selama satu bulan berturut-turut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk dengannya."

"Kau terlalu banyak memiliki ketakutan."

Pemilik suara barusan adalah Sean Ivano.

Sean menuruni anak tangga sambil memegang segelas alkohol. Dia memerhatikan tajam Rahee yang tengah duduk resah di sofa. Air putih yang sempat diminum Rahee berhasil membasahi kaus gadis itu. Apa ini taktik Rahee untuk menggoda dirinya?

"Aditya, kau bisa pergi sekarang."

Rahee ikut berdiri meniru Aditya. Gadis ini menolak ditinggal sendirian bersama Sean, walau dia tak dapat mengelak jika tujuannya kemari yaitu sebagai pemuas nafsu pria tersebut. Tapi jangan lupakan fakta bahwa Rahee tak pernah menginginkan ini. Dia terjebak oleh permainan Sean.

"Apa kau bodoh, Angelia Rahee? Kau tetap di sini bersamaku."

"Tenang saja. Sean tidak sejahat itu," ujar Aditya seraya meremas bahu Rahee.

"Don't touch her, Aditya. She is mine."

Aditya terkekeh geli. Padahal Sean tahu kalau Aditya adalah tipe pria yang menyayangi keluarga. Terlebih lagi dia sudah memiliki anak. Tak ada rasa tertarik pada gadis lain, dia hanya menunjukan simpati.

"Ingat, Sean. Besok siang kau ada jadwal latihan dengan anak-anak."

Sean menyilangkan kaki di sofa, mengabaikan ucapan manajernya yang akhirnya pergi. Sean menyesap alkoholnya, lebih tertarik menilik tubuh Rahee yang demi Tuhan sangat menggoda. Padahal Rahee memakai pakaian tertutup, kaus lengan panjang dan celana jeans, namun mata Sean tetap saja jelalatan.

"You have got such a nice ass."

Rahee sontak memundurkan langkah, sebelum melarikan telapak tangannya guna menutupi area bokong. Sean tersenyum tipis atas respon yang dia terima. Padahal mereka sudah pernah tidur bersama, kenapa masih tetap malu-malu?

"Bimo membutuhkanku. Aku tidak bisa ikut tur denganmu."

Sean bangun dari duduknya dan menghampiri Rahee yang terus menunduk. Dia membelai rambut panjang itu, kemudian menariknya kuat-kuat hingga Rahee akhirnya mendongak, "Aku juga membutuhkanmu. Aku membutuhkan tubuhmu."

"Tidak bisakah kau memberikanku kelonggaran? Aku mohon," sekilas Rahee memejamkan matanya menahan sakit. Dia yakin rambutnya sudah tercabut banyak.

"Kenapa hari ini kau terlihat lemah? Padahal kemarin kau membentakku dengan mata yang menyalak marah," Rahee bungkam. Mustahil dia akan melawan ketika Bimo berkali-kali bilang kalau dia menyukai kamar barunya. Kamar super mewah yang diberikan oleh Sean bajingan Ivano. Secara mengejutkan Sean mendorong tubuh Rahee hingga gadis tersebut tersungkur jatuh. Sean pun berjongkok, sebelum melemparkan plastik obat tepat ke pangkuan Rahee. "Minum pil ini dengan rutin. Jika kau melewatkannya apalagi sampai hamil, maka kau akan mati."

----

"Perkenalkan, saya adalah Angelia Rahee. Makeup artist untuk Sean Ivano."

Rahee berusaha tersenyum ketika memperkenalkan diri di depan anggota HEXID. HEXID terdiri dari empat orang yaitu; Sean, Ezra, Lucas dan Mark.

"Tunggu, apa-apaan ini? Kenapa hanya Sean yang mendapatkan makeup artist terpisah?" kesal Ezra. Ya, sejak dulu HEXID sudah memiliki tim makeup artist bersama, dan perkenalan Rahee tentu mengejutkan.

"Di luar tur, jadwal pribadi Sean sedang penuh. Untuk sementara Rahee akan menangani Sean secara pribadi," jelas Aditya, kemudian dia sibuk membagikan es kopi untuk anggota HEXID dan ketiga manajer lainnya.

"It's okay. Aku tidak masalah," ujar Lucas santai sembari mengulurkan tangan pada Rahee. "Hei, aku adalah Lucas, anggota paling tampan diantara mereka. Senang bertemu denganmu, Rahee."

Dengan ragu Rahee balas menjabat, "Senang bertemu dengan anda."

Kali ini Mark bersuara, "Ku harap kau betah dengan si kulkas Sean."

"Kulkas?"

"Ya, Sean merupakan manusia kutub. Brrrr dingin sekali," balas Mark, berpura-pura menggigil. Jadilah ruangan meeting HEXID agak mencair karena terciptanya tawa jahil dari Lucas dan Mark. Rahee pun ikut tertawa, merasa terhibur.

Sean memutarkan matanya sembari acuh tak acuh bermain ponsel. Ah, ini semua adalah ide Aditya. Aditya menjadikan Rahee sebagai makeup artist untuk Sean. Akan jadi masalah jika teman-teman satu grup Sean tahu siapa Rahee sebenarnya.

Lucas melipatkan kedua tangannya di dada, bertanya, "Berapa umurmu? Kau terlihat muda dan cantik sekali."

"Usia saya 22 tahun."

"Jangan terlalu kaku, Rahee sayang. Santai, usia kita tidak berbeda jauh."

Sean melirik pada Lucas. Lucas memang seorang ekstrovert yang loyal dan senang berteman dengan siapa saja. Semua wanita bahkan tak segan dia panggil sayang. Namun Sean tak suka Lucas menyebut Rahee-nya dengan sebutan demikian. Rahee hanya miliknya.

"Apa kau fresh graduate?" Ezra kali ini penasaran. "Setahuku kau harus memiliki koneksi untuk bisa jadi staf di agensi kami, atau pengalaman setidaknya dua tahun. Kau memangnya lulusan kampus mana?"

Kampus? Tidak, Rahee belum pernah berkuliah. Itu selalu menjadi cita-cita terpendamnya yang sampai saat ini belum terealisasikan. Setelah Bimo sembuh, mungkin Rahee akan mulai menata ulang masa depannya.

"Aku tidak---"

"Angelia Rahee lulusan UI. Dia mendapat predikat cumlaude dengan IPK 3.90. Banyak perusahaan yang menginginkannya, tetapi dia memilih bekerja padaku. Sayangnya di sini dia harus meladeni basa-basi kalian semua," Sean memotong kalimat Rahee. Itu terdengar seperti fakta, padahal hanyalah karangan bebas.

"Wow, kau hari ini banyak bicara, Sean," Mark tertawa geli.

Sean pun menarik paksa tangan Rahee menuju pintu darurat. Tempat ini jarang dilalui oleh pekerja dimana agensi band Sean bernaung. Sean pun langsung mendorong tubuh Rahee ke dinding dan mencumbu bibir itu keras.

Nafas Rahee tercekat, sebab Sean juga meremas bokongnya. Dia mendorong paksa dada Sean. Ini gila! Dia sekarang benar-benar mirip gadis murahan. Sudah cukup Rahee membenci kondisinya, dan sekarang kenapa Sean harus menciumnya di tempat umum? Rahee semakin jijik pada dirinya sendiri.

"Apa semalam tidurmu nyenyak?" tanya Sean, lalu menggigit bibir bawah Rahee.

"Ya," jawabnya singkat. Sean menempatkannya pada kamar terpisah dan pria itu tak menyentuhnya usai memberi pil pencegah kehamilan. Rahee merasa bersyukur.

Suara ponsel Rahee memecah keintiman mereka. Bibi Miran? Kenapa Bibi Miran menghubunginya?

"Halo, Bibi Miran. Ada apa?"

"Rahee! Kau ada di mana? Bisa ke rumah sakit sekarang?" suara Bibi Miran terdengar panik. Ada apa ini?

"A-aku," nafas Rahee tertahan diakibatkan Sean yang mulai menjamah bagian lehernya.

"Pihak rumah sakit sejak tadi sulit menghubungimu. Jadi, bibi ikut membantu. Rahee, kau bisa dengar bibi?"

"Bagaimana, bi?"

"Kondisi Bimo tiba-tiba saja kritis. Bisa kau secepatnya kemari?"

Apa?! Bagaimana bisa? Padahal kemarin Bimo masih baik-baik saja. Dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri dari sentuhan Sean.

"Apalagi sekarang, Angelia Rahee?! Atas alasan apalagi kau ingin membangkangku?!'

"Aku harus pergi. Bimo tiba-tiba kritis," cepat-cepat Rahee merapihkan pakaiannya. Pikirannya kosong dan yang dia harap hanyalah keselamatan adiknya.

"Tidak ku izinkan," tolak Sean.

"Aku akan tetap pergi dengan atau tanpa seizinmu."

Pergelangan tangan Rahee ditarik membuat mereka saling bertatapan, "Kau jelas tahu risiko jika kau memaksa pergi. Aku akan menghukummu dan aku tidak akan memberikanmu sepeser pun uang."

"Aku tidak peduli."

"Dasar, wanita murahan!"

"Aku memang wanita murahan, kau tidak perlu terlalu sering memperingatkanku," Rahee tertawa getir. Dia mulai terbiasa dengan berbagai istilah kasar yang Sean sematkan padanya. Dan dia tak akan mengelak lagi. "Jadi, bisakah kau membiarkan wanita murahan ini pergi untuk menemui adiknya di rumah sakit?"

Mata Sean masih membelak tanda kesal, namun genggamannya pada tangan Rahee perlahan terlepas.

Rahee pun menyenggol pundak kokoh Sean. Dia membuka pintu darurat dan berlari secepat mungkin. Masa bodoh dengan si brengsek Sean ataupun hukuman yang akan dia terima nanti. Untuk sekarang Rahee hanya memikirkan keselamatan Bimo. Jangan sampai ada sesuatu yang buruk menimpa Bimo. Rahee tidak akan biarkan itu terjadi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Trapped By The Devil   22. Tidak Seharusnya

    Sean pikir dirinya sinting. Sean pikir dirinya terkena guna-guna atau semacamnya. Apa pun sebutannya, dia masih tak percaya bahwa dirinya melemparkan stick drum ketika konser HEXID masih berlangsung. Mereka baru memainkan dua lagu, dan Sean beranjak hendak pergi."Aku akan absen untuk konser malam ini," jelas Sean pada Ezra yang sempat menahannya untuk kembali ke backstage."Apa kau gila?!" Ezra mendorong tubuh Sean. "Aku tidak peduli tentang masalahmu, tapi tolong tunjukan profesionalitasmu pada fans kita!"Venue konser di Malaysia memang dua kali lipat lebih besar daripada di Singapura, dan Sean bisa lihat itu. Beruntung, Mark dan Lucas sedang bercanda dengan para penggemar, sehingga keributan kecil antara Sean dan Ezra tak nampak.

  • Trapped By The Devil   21. Siapa Dia?

    Langit malam di Singapura indah. Bintang-bintang seperti berlomba muncul untuk menunjukan kecantikan mereka. Mungkin di Indonesia pun sama indahnya, hanya saja Rahee jarang memerhatikan. Sebelumnya, dia tak mempunyai kesempatan untuk menikmati keindahan sekitar. Untuk bernafas saja dia kesulitan, karena hidupnya hanya fokus pada kerja. Jadi, dia terkesan dengan pemandangan yang ada di hadapannya.Rambut Rahee yang masih basah tersapu sepoian angin. Hotel yang dia inapi tidak memiliki balkon, sehingga menempatkan bokong di pinggiran jendela adalah cara yang dia lakukan sekarang. Dia harus ekstra hati-hati, salah sedikit saja, dia bisa terjatuh dari lantai 5. Uh, memikirkan kemungkinan itu membuatnya spontan berdiri ngeri.Pun Rahee mulai melakukan peregangan kecil. Dari ujung kaki hingga ujung kepala dia gerakan. Sebelumnya Rahee sudah m

  • Trapped By The Devil   20. Ditinggal Sendiri

    Ketagihan. Kata itu berputar di kepala Rahee selama dia menyantap semangkuk ramen. Aneh sekali. Kenapa Sean ketagihan dengan dirinya ketika ada ramen selezat ini? Rahee mengigit ujung sumpit, kemudian melirik diam-diam pada ramen Sean yang sama sekali tidak tersentuh. Dia menelan air liurnya karena ramen miliknya sudah lenyap tak bersisa. "Kau bisa makan punyaku jika mau," Sean menyodorkan mangkuk ramennya seakan-akan mempunyai kemampuan membaca pikiran. "Bolehkah?" tanya Rahee ragu. Sejak kemarin malam Rahee belum makan, dan kini perutnya seperti memerlukan porsi ekstra. "Hmm makanlah," kata Sean, membuat cengiran di wajah cantik Rahee terbentuk. Gadis itu menyeruput ramen milik Sean dengan semangat 45. Sementara Sean menompangkan dagu menggunakan tangannya, merasa senang mendapati Rahee mempunyai selera makan yang besar. Umumnya para gadis akan bersikap malu-malu, dan bahkan berpura-pura tid

  • Trapped By The Devil   19. Addiction

    Satu jam sebelumnya...Sean melangkahkan kaki pada turunan anak tangga. Dia memakai kembali kacamata hitamnya, kemudian berbalik memandangi bangunan mewah di belakangnya. Psikiater tolol, batin Sean murka. Sebelum menuju bandara, Sean sengaja membuat janji dengan seorang Dokter Psikiater. Psikiater ini memiliki nama besar, dan beberapa orang menyebutkan bahwa psikater yang baru dia datangi adalah yang terbaik di Singapura.Sean membuang ludah ke aspal jalan, tak setuju. Bisa-bisanya psikater tersebut bilang bahwa Hera, kekasihnya, tidak memiliki kesempatan untuk kembali normal. Di dalam tadi Sean melakukan video call bersama Dokter Willy –dokter yang bertanggungjawab mengawasi Hera. Dokter Willy menaruh ponsel secara diam-diam, lalu mulai berinteraksi dengan Hera. Sehingga Sean dan psikater dapat melihat segala sesuatu di lain tempat. Namun psikater justru membuat pernyataan yang menjadikan Sean marah."Dari

  • Trapped By The Devil   18. Kebaikan yang Tidak Terduga

    Rahee menarik kopernya keluar kamar dengan tergesa-gesa. Bus rombongan para staf sudah berangkat beberapa saat yang lalu, dan dia tidak punya pilihan selain menyusul sendirian. Setengah berlari, Rahee menuju ke lift sambil mencari taksi via online. Oh, sekilas ini memang nampak mudah, tapi ternyata cukup sulit. Masalahnya tak ada satupun taksi yang bersedia mengantarkannya ke bandara. Semua menolak pesanannya.Begitu tiba di lobi, Rahee mengembalikan kunci ke bagian respsionis. Tidak lupa dia turut bertanya, "Apa mudah menemukan taksi di sekitar hotel? Saya harus ke bandara sesegera mungkin.""Biasanya mudah, tapi ini sudah masuk jam sibuk. Jadi mungkin akan ada sedikit kendala," jawab si resepsionis kemudian mengambil handy talkie. "Security, bisa tolong carikan taksi menuju bandara untuk tamu hotel kita?""Baik, dimohon tunggu sebentar," jawab si security yang dapat terdengar oleh Rahe

  • Trapped By The Devil   17. Delicious Yoghurt

    Rahee sedang berkirim pesan dengan Perawat Wendy. Jarak Rahee dan Bimo boleh saja berjauhan, tapi itu tidak membuat perhatiannya pada sang adik berkurang, justru dia kian memberikan perhatian lebih. Perawat Wendy bilang jika Dokter Bayu selalu ada untuk Bimo. Jeno juga sesekali datang ke rumah sakit. Ah, Rahee bersyukur Bimo dikelilingi oleh orang-orang baik. Setidaknya selama tur HEXID berlangsung, dia bisa sedikit tenang. "T-tidak. Menjauh dariku." Rahee mematikan ponselnya, lalu melirik ke arah ranjang. Sean ternyata tengah mengigau dalam tidurnya. Dengan ragu Rahee mendekat, dan yang dia heran adalah wajah Sean nampak ketakutan. Keringat disekitaran dahinya juga cukup banyak, seolah-olah pria itu dihantui oleh sesuatu hal menakutkan. Apa yang Sean mimpikan? "Pergi! Pergi!" Tangan Rahee terulur untuk membangunkan Sean, namun dia urungkan. 'Tugas'nya malam ini sudah selesai, dan dia hendak kembali ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status