Sean pikir dirinya sinting. Sean pikir dirinya terkena guna-guna atau semacamnya. Apa pun sebutannya, dia masih tak percaya bahwa dirinya melemparkan stick drum ketika konser HEXID masih berlangsung. Mereka baru memainkan dua lagu, dan Sean beranjak hendak pergi.
"Aku akan absen untuk konser malam ini," jelas Sean pada Ezra yang sempat menahannya untuk kembali ke backstage.
"Apa kau gila?!" Ezra mendorong tubuh Sean. "Aku tidak peduli tentang masalahmu, tapi tolong tunjukan profesionalitasmu pada fans kita!"
Venue konser di Malaysia memang dua kali lipat lebih besar daripada di Singapura, dan Sean bisa lihat itu. Beruntung, Mark dan Lucas sedang bercanda dengan para penggemar, sehingga keributan kecil antara Sean dan Ezra tak nampak.
Angelia Rahee dibuat terkejut sesaat kembali ke kamar inap Bimo. Bimo yang tak lain adalah adik satu-satunya, tengah mengacaukan wajahnya sendiri menggunakan kuas eyeshadow. Koper makeup milik Rahee digeledah oleh Bimo untuk dia aplikasikan sendiri. Alhasil kini Bimo terlihat persis seperti badut. Oh astaga, tawa gadis berparas cantik itu nyaris meledak."Apa hari ini ada yang istimewa?" tanya Rahee.Bimo menyodorkan ponselnya yang sedang memutarkan video musik sebuah band. Band tersebut mengenakan riasan yang menyerupai konsep monster. Kenapa menyeramkan sekali?"Band ini hebat, kan?""Mereka siapa?" mata Rahee menyipit pada layar ponsel, penasaran.
Menggunakan nama Bimo sebagai sebagai alasan, Rahee pun diberikan ijin pulang cepat pada keesokan harinya. Sekarang dia sudah menginjakan kaki di tempat yang Lia sebutkan, Yayasan Black Diamond. Black Diamond merupakan salah satu yayasan ternama di Jakarta. Para pejabat hingga penggiat dunia hiburan, sering memberikan dana yang ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus di sini.Mobil-mobil mewah berjajar di halaman yayasan, dan ada beberapa pula yang baru tiba. Tunggu, bukankah itu Menteri Kesehatan? Jujur, Rahee payah apabila berkaitan dengan pengetahuan umum, hanya saja menteri tersebut pernah melakukan kunjungan ke rumah sakit tempat Bimo dirawat. Isunya kedatangannya sebatas mencari suara untuk pemilihan presiden tahun depan. Kampanye hitam, mungkin? Ah, entahlah itu bukan urusannya."Rahee! Kenapa kau baru datang sekarang?!" pekik Li
Sepanjang mengikuti proses lelang, Rahee berdecak penuh kagum. Lukisan yang terkesan biasa dapat terjual dengan harga puluhan juta sampai ratusan juta rupiah. Setiap lukisan diberi nomor dan di mata Rahee semua tidak lebih dari gambar abstrak, persis coretan anak-anak. Dia tergelitik sendiri akan penilaiannya. Rasanya dia betulan tak memiliki jiwa seni. Sesekali juga membandingkan, dengan harga sefantastis itu bukankah lebih baik dipakai untuk membeli rumah atau barang yang sekiranya masuk akal?Satu per satu dari 30 gadis yang duduk besama Rahee pun pergi –total sudah delapan orang. Mereka ditempatkan di ruangan besar bersama 30 pria. Hal yang mencolok adalah semua pria yang berada di depan Rahee berpakaian jas hitam rapih, memakai earpiece di telinga, lalu memiliki laptop di masing-masing meja. Entah hanya perasaan Rahee saja, tetapi batinnya gusar karena ketimbang menil
Sekarang pukul 5 pagi. Langit masih gelap dan pria yang memperdaya Rahee juga masih terlelap. Sesudah membersihkan diri, Rahee menghabiskan lima belas menit dengan termenung di depan wastafel. Kejadian semalam berputar kembali dan dia ingin muntah. Tubuhnya hancur. Ada banyak jejak keunguan disetiap jengkal tubuhnya, pun bekas kemerahan akibat ikatan dipergelangan tangannya juga nampak mengerikan. Jangan lupakan kewanitaanya bahkan masih terasa sakit.Rahee menunduk dan benar muntah.Setelahnya dia bergegas, kemudian mengambil dompet dan jaket milik pria itu. Memalukan jika dia keluar dengan pakaian mini ini. Tidak lupa dia juga memungut tisu bekas dari tempat sampah. Rahee melirik sekilas pada pria yang masih tertidur pulas di ranjang. Hatinya lagi-lagi merasakan sakit luar biasa. Satu permintaannya, yaitu jangan sampai ada pertemuan-p
Rahee dulu memiliki kehidupan yang baik. Keluarga utuh dan secara ekonomi pun berkecukupan. Hingga kecelakaan mobil dengan tragis menewaskan ibu, ayah, juga kakak satu-satunya. Seluruh anggota keluarganya direnggut paksa saat usainya baru beranjak 15 tahun. Tepat di hari pemakaman, ada pelayat yang tersisa, yaitu seorang wanita dan anak kecil. Anak lelaki itu berkisar tiga tahun, asyik menggambar menggunakan crayon warna."Apa kau Angelia Rahee? Kau anak bungsu dari Mas Hendra, kan?""Iya, anda benar. Kalau boleh tahu kenapa anda bertanya?""Aku dan ayahmu adalah rekan kerja. Kami... menjalin hubungan secara diam-diam. Bukti cinta kami adalah anak ini, Angelo Bimo," wanita itu menyodorkan anak lelaki tadi, lalu tersenyum masam. Lain halnya dengan Rahee yang tak dapat berkutik. Rahee me
"Minggu depan HEXID akan memulai tur Asia. Kau harus ikut bersama kami selama satu bulan penuh."Perkataan Aditya berhasil membuat Rahee yang sedang minum tersedak. Kerongkongannya kering sejak manajer dari Sean datang menjemput. Dan sekarang mereka sudah tiba disebuah rumah mewah. Rumah mewah milik Sean lebih tepatnya."Jika aku ikut, bagaimana dengan adikku?"Aditya memijat kepalanya, paham. Kemarin saat dia memindahkan Bimo ke kamar VIP, dia tahu bahwa adik dari Rahee memang sedang sakit parah. Namun Aditya harus membuat Rahee bersedia ikut tur Asia. Akan melelahkan jika dia mencari gadis berbeda di setiap negara sebagai teman tidur Sean. Oh, barusan memang terdengar sangat egois, tapi sejak kehadiran Rahee, Aditya bisa sedikit bernafas lantaran Sean hanya terpaku pada gadis ini saj
Dengan langkah panik Rahee berlari menuju lantai kamar inap Bimo. Pikirannya benar-benar berantakan. Bahkan dia hanya menangis selama perjalanan dari gedung agensi Sean hingga tiba di rumah sakit. Sementara Sean masih coba terus menghubunginya, namun Rahee lebih memilih mematikan ponselnya. Dia tak punya cukup tenaga untuk meladeni amarah pria itu.Pun di depan kamar Bimo, Rahee menemukan Bibi Miran dan Paman Dio. Keduanya terduduk di kursi sambil terlihat berdoa."Bibi Miran, bagaimana kondisi Bimo?""Perawat bilang Bimo sempat kejang. Kita harus menunggu di sini karena dokter masih berada di dalam," jawaban Bibi Miran membuat Rahee kembali terisak. Dadanya sesak memikirkan bahwa Bimo harus mengalami rasa sakit yang seakan tak pernah berakhir. Adiknya masih terlalu kecil. Kenapa bukan
"Apa ini?! Kau sinting?!" teriak Sean usai membaca sekilas kertas pemberian Rahee.Di sana Rahee menuliskan syarat-syaratnya sendiri, semacam hal kontra terhadap kontrak yang Sean buat secara sepihak. Dimulai dari dilarang mencampuri kehidupan pribadi masing-masing, batasan seks mereka, hingga tertera jumlah uang yang Rahee inginkan. Apabila mustahil lepas dari Sean, maka dia akan masuk dalam lingkar permainan itu. Rahee akan buktikan bahwa dia bisa sama gilanya dengan seorang Sean Ivano.Salah satu alasan Rahee berani menunjukan taringnya adalah karena kejadian kemarin. Selepas mereka berciuman di depan Bayu, Sean langsung membawanya pergi. Dan begitu tiba di rumah, Sean menyetubuhi Rahee secara menggila. Jadi, Rahee putuskan membangun tameng agar kewarasannya tetap terjaga."Kau bisa baca juga bahwa aku ingin kau melakukan test kesehatan. Siapa yang tahu mungkin kau memiliki penyakit kelamin," ejek Rahee diiring tertawa getir.Diremaslah kertas te