Share

True - 3

'Apa lo mikir gue yang rencanain?' tanya Monica di seberang telepon, ketika Sheila mengutarakan kejengkelannya karena pertemuannya kemarin malam dengan Adam.

Sheila sedikit merasa tidak enak dengan Monica karena memang tadi dia sempat menuduh Sheila yang merencanakan pertemuan yang tak disengaja itu. Namun, alibi Monica cukup kuat sehingga membuat Sheila percaya bahwa sahabatnya itu tidak akan memiliki rencana yang membuat dirinya marah.

"Yaa, awalnya gue kira lo emang pengen bikin kita baikan sih, Mon. Tapi denger penjelasan lo tadi, gue jadi mikir dua kali."

'Gue emang punya niat buat bikin kalian berdua baikan. Tapi nggak sekarang. Gue aja masih pusing mikirin kerjaan gue di Singapore. Lo tahu kan dua minggu lagi gue mesti selesaiin semua keperluan buat Jakarta fashion Week. Boro - boro mikirin kalian berdua, nanya kabar abang aja kadang gue skip..'

Sheila mengangguk - anggukkan kepalanya, memahami apa yang disampaikan sahabatnya tersebut.

"Sorii.. Udah mikir yang macem - macem tadi."

Terdengar derai tawa di seberang sana, 'It's okay, gue nggak marah kok, She.. Emang wajar sih kalo lo curiga sama gue pertamanya, karena gue emang possible banget untuk rencanain pertemuan lo sama abang.'

"Tapi kan lo enggak."

'Yaaaaaaa gituu dehh... Eh, lo gue call kenapa malah jadi nanya abang gue sih. Lo nggak nanya gimana gue disini? Gue stress tauukk!'

Sheila tersenyum, "Tapi kan kerjaan lo yang bikin lo stress itu adalah impian lo. Bukannya dari lama lo ngimpi pengen bisa tampil di panggung besar kayak Jakarta Fashion Week?"

'Iya sih. Ternyata harga yang mesti gue bayar semahal ini. Tapi yaaa udah dijalani aja.'

"Iyaalahh mau gimana lagi."

'Eh, tapi gue jadi penasaran semalam lo ngobrol nggak sama abang?'

"Kok jadi ngomongin Adam lagi sih? Katanya mau ngebahas tentang lo?"

'Yaaa, gimana ya, sekarang gue berubah pikiran. Bahas abang gue kayaknya lebih seru. Gue itu butuh pengalihan beberapa saat biar nggak stresss.'

Sheila kemudian teringat tentang percakapan semalam dengan Adam. Tiap kata demi kata, tiap momen yang terlewat seakan - akan tidak bisa lepas dari kepalanya. Bahkan obrolan mereka yang hanya tiga puluh menit itu membuat Sheila tidak bisa tidur dan melupakan fakta bahwa Aryo sudah delapan hari tidak menghubunginya.

Sheila masih ingat bagaimana Adam menawarinya untuk mengantar pulang namun ditolak oleh Sheila. Namun, tak habis akal, akhirnya Adam memesankan taksi untuk Sheila jika memang dia keberatan untuk diantar oleh Adam sendiri.

"Kita ngobrol kok cuman sebentar." Sheila akhirnya jujur.

'Ngobrolin apaan? Nanyain kabar masing - masing?'

"Iya. Nggak ada yang menarik dari obrolan semalam. Ya, kayak obrolan temen yang udah lama nggak ketemu."

Sheila berbohong. Tentu mengobrol dengan Adam sungguh sangat menarik. Dari mulai godaannya yang mengatakan pipi Sheila memerah, bagaimana ia bercerita telah berhasil merampungkan proyek kesenian di Bali dan mendapat posisi yang sekarang ia duduki hingga perkataan singkat dari Adam sebelum ia pulang yang berhasil membuat Sheila berdesir.

Gue nggak suka lo kenapa - napa.

Sheila yakin perasaan - perasaan aneh dan campur aduk semalam mungkin adalah efek sudah lama ia tidak berinteraksi dan berdekatan dengan Adam. Ia mengakui Adam memang semakin memesona setelah lima tahun tak melihatnya. Sheila tahu seharusnya ia bisa menguasai diri namun ketika ia mencoba hal itu, Adam selalu berhasil membuatnya lemah akan semua pesona yang ada pada dalam dirinya.

'She, are you okay?'

Sheila yang ternyata melamun, akhirnya mendapati kesadarannya kembali dan segera merespon pertanyaan Monica.

"Ya, oke kok. Kenapa?"

'Lo tadi bengong ya?'

"Ahhh... Dikit."

'Kenapa She? Lo masih kena efek ketemu abang gue? Abang gue tambah cakep ya?'

"Idiiihhh.. Biasaaaaaa ajaaaa. Ya, emang nggak dipungkiri sih dia makin berwibawa. Lo tahu kan posisinya sekarang mengharuskan dia untuk seperti itu."

'Itu luarnya kok. Dalamnya dia masih kayak Adam yang dulu.'

"Yaaa, lo lebih tahu daripada gue."

'Gue boleh berharap nggak sih She?'

"Berharap apa?"

'Lo dan abang deket lagi kayak dulu apapun status kalian...'

Sheila sedikit kaget, "Gue...nggak tahu..."

Setelah puas berbincang - bincang dengan Monica, akhirnya Sheila memutuskan untuk keluar kamar dan mulai memasak untuk sarapan. Ia memeriksa bahan makanan yang ada di dalam kulkas dan mulai menimbang - nimbang ingin sarapan apa.

Tiba - tiba dari arah ruang tamu, terdengar ketukan pintu yang menandakan ada seorang tamu yang berkunjung ke rumahnya. Buru - buru Sheila menutup kembali pintu kulkas dan bergegas ke depan. Ketika pintu sudah terbuka, ia melihat Aryo yang tengah berdiri sambil membawa dua kantor besar belanjaan.

"Morning.." sapa Aryo ramah. Sheila terkejut. Ia tidak menyangka sepagi ini, Aryo akan mengunjunginya. Fakta lain yang membuat Sheila kaget adalah karena Aryo sendiri sudah hampir delapan hari tidak menghubunginya.

"Maa..Mass... Kok??"

Aryo tersenyum melihat reaksi Sheila. Ia paham jika Sheila pasti terkejut dengan kedatangannya. Kedatangan Aryo pagi itu memang ada maksud. Aryo ingin bertemu dengan Sheila dan mengakhiri break hubungan yang ia lontarkan.

"Kagetnya bisa biasa aja nggak? Mas nggak kuat kalo harus liat muka bingungnya kamu yang manis kayak gitu.."

Sheila pun berusaha menguasai diri.

"Mas kenapa kesini pagi - pagi?"

"Mau sarapan bareng. Kamu nggak mau sarapan bareng sama Mas?"

"Enggak gitu.. Mas nggak kerja?"

"Mas hari ini cuti... Ini Mas nggak dibolehin masuk ya?"

"Ehh.. Masuk mas.. Maaf - maaf.."

Mereka berdua pun melangkah menuju dapur. Aryo segera mengeluarkan beberapa bahan - bahan yang ia belanjakan, seperti telur, susu, roti, selada dan beberapa bumbu dapur yang diperlukan. Sheila mengamatinya dalam diam karena sekarang isi kepalanya cukup ramai mengira - ngira maksud dari kedatangan Aryo.

"Mau liatin terus atau mau bantuin?" tanya Aryo ketika ia sudah mengeluarkan semua bahan yang ia beli sebelum ke rumah Sheila.

"Mas mau sarapan apa? Biar aku aja yang masakin."

"Mas mau sarapan pagi ini mas yang masak. Kamu bantuin aja."

"Emang Mas mau bikin apa?"

"Sandwich, keberatan?"

Sheila pun menggeleng.

"Yaudah bantuin potong seladanya ya," pinta Aryo sembari menuju wastafel untuk mencuci terlebih dahulu selada yang akan dipotong oleh Sheila.

"Mas, kamu gimana selama delapan hari ini? Nggak ada kabar, aku takut mau ngehubungin kamu dulu setelah pertengkaran kita tempo hari itu." Sheila memberanikan diri untuk bertanya karena ia memang sudah tidak bisa menahannya.

"Mas baik - baik aja. Selama delapan hari mas mikirin hubungan kita. Makin lama dipikirin ternyata mas keterlaluan karena waktu itu emang mas capek kerjaan dan nggak ngertiin kamu yang emang lagi punya masalah sama rekan kerjamu," jelas Aryo sembari memberikan selada untuk dipotong oleh Sheila.

"Iya, dan kata break pun terlontar dari mulut Mas," ucap Sheila dan memulai memotong selada tadi.

Aryo menghela nafas, "Mas salah. Mas kebawa emosi."

"Jangan gitu lagi, aku nggak suka."

"Mas coba.." ucap Aryo dan memeluk Sheila dari belakang. "Hari ini kamu kerja shift siang kan?" tanya Aryo kemudian.

Sheila mengangguk.

"Hari ini mas anter ya. Kita berduaan dulu sebelum kamu kerja. Mas kangen kamu."

Sheila mengangguk sambil tersenyum. Aryo pun melepaskan pelukannya dan memulai membuat sandwich untuk sarapan mereka berdua.

Beberapa menit setelahnya, ketika Sheila dan Adam sedang asyik menata sandwich di piring. Dari arah ruang tamu terdengar suara berat yang sama didengar oleh Sheila di meja resepsionis hotel semalam. Seketika tubuh Sheila menegang. Tidak mungkin Adam datang saat Aryo sedang ada di rumahnya. Ia tak mau momen di mana hubungan mereka kembali baik - baik saja muncul masalah kembali. Namun, semua terlambat ketika Adam memasuki dapur dan melihat Sheila dan Aryo sedang berduaan.

"Wow.. Pemandangan yang luar biasa.." ucapnya dengan nada yang susah ditebak.

Aryo pun tampak terkejut karena ada laki - laki yang datang ke rumah pacarnya pagi - pagi. Aryo pun menatap ke arah Sheila yang kini memang terlihat sangat bingung.

Oke, Sheila bagaimana kamu menjelaskan semua ini kepada Aryo? tanyanya kepada diri sendiri.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status