Share

Tuan Arogan itu Mencintaiku
Tuan Arogan itu Mencintaiku
Penulis: Fitria Sulaeman

Dareen

"Aaaa..." Teriak Daren begitu keras, seirama dengan para burung-burung yang beterbangan karena keterkejutan mereka terhadap suara yang terdengar sangat nyaring. Daren begitu geram, kesal dan marah. Semuanya bercampur menjadi satu. Wajahnya memerah, dengan sorot mata yang tajam, setajam mata elang yang siap menerkam mangsanya. 

"AKU BENCI WANITAAA!!!" Teriak Daren sambil melempar sebuah batu yang digenggamnya ke danau.

Seorang pria yang terlihat tampan dan berambut hitam pekat, datang dari arah belakang, menghampiri Daren lalu menepuk nepuk pundaknya "jangan salahkan semua wanita atas kesalahan seorang wanita lainnya Tuan!" ucap pria tampan berambut hitam pekat itu. Namun, tampaknya Daren tak menghiraukan sama sekali apa yang diucapkan oleh pria tampan berambut hitam pekat itu yang sekarang sudah berada disampingnya, memperhatikan Daren dengan lekat, dari jarak yang dekat pula.

"Huh!" Hanya hembusan napas kasar yang keluar dari mulut Daren.

"Berteriaklah Tuan! jika Tuan ingin berteriak, dan menangisalah, jika tuan  memang ingin menangis. Jangan Tuan simpan sendiri kekesalan dan kegundahan hati Tuan, berbagilah dengan yang lain, saya siap mendengarkan semua keluh kesah tuan," pria tampan dan berambut hitam pekat itu sepertinya mengerti, apa yang sedang Daren alami saat ini, hingga ia kembali menepuk bahu Darren.

Bugh!

Hantaman keras mendarat dengan sempurna di dada pria itu. Bukannya melakukan apa yang pria itu katakan barusan. Daren malah memukulnya karena ia menyuruhnya untuk menangis, bukan tindakan seorang pria. Pikir Daren.

"Ssssssh...," pria itu tampak meringis sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sedikit sesak.

"Kau pikir, aku ini pria macam apa El? Membuang air mataku untuk menangisi  seorang wanita," ucap Daren pada pria bernama El, dengan mencengkeram erat kerah baju yang dikenakan oleh El, setelah baru saja Daren memukulnya.

El, nama dengan dua huruf itu adalah orang yang paling dekat dengan Daren. Orang yang selalu ada untuk Daren, dalam suka maupun duka.

"Maafkan saya Tuan?" balas El sambil menundukkan kepalanya. Mendengar apa yang baru saja El ucapkan, Daren mulai melunak, ia melepaskan cengkeramannya dari kerah baju El dengan begitu kasar.

"Mau apa kau kemari?" pandangan mata Daren lurus ke depan, tanpa arah tujuan, kemana mata itu memandang.

"Saya hanya ingin menemani anda Tuan!" jawab El, ia merapikan posisi tangan dengan meletakkannya kebelakang. 

Daren nampak menyunggingkan sebelah bibirnya keatas, dengan pandangan yang terus mengarah ke depan. "Memang, apa yang akan aku lakukan sampai kau ingin sekali menemaniku?"

"Tidak ada Tuan, saya hanya menghawatirkan anda," balas El.

"Cih! Menghawatirkan!"

"Benar Tuan, saya juga ingin mengatakan sesuatu kepada anda." 

"Apa?" 

"Bukankah bagus, jika Tuan mengetahui kelakuan wanita itu yang sebenarnya?" ucap El dengan wajah datar dan tangan yang bersiaga di belakang. Waspada, jika tiba-tiba saja Daren tidak suka dengan ucapannya.

"Apa maksud ucapanmu El?"tanya Daren. Pria tampan dan arogan itu sudah berkacak pinggang dengan tatapan mata yang semakin menyala. Sungguh di luar dugaan. El pikir, Daren akan langsung mengerti akan ucapannya. Nyatanya tidak.

"Seperti apa yang sudah saya jelaskan barusan Tuan!" balas El dengan tenang dan santai.

"Mau ku hajar kau El? Memang kau menjelaskan apa padaku?" bentak Daren. ia sungguh sudah sangat kesal pada El.

"Tidak Tuan! Maafkan saya!" jawab El dengan menundukkan sedikit badannya.

"Jelaskan!" Daren menegaskan.

"Baik tuan!" jawab El. Dan El pun mulai menjelaskan apa maksud dari semua ucapannya pada Dareen. Hingga-

"Tapi, aku sangat mencintainya El?" ucap Daren datar, dengan rahang mengeras.

El tampak tersenyum kecil, senyum antara mengejek dan kasihan pada tuannya yang masih belum bisa melupakan cinta pertamanya, "apakah wanita seperti itu pantas untuk dicintai?"

Daren terdiam seketika saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut El untuknya. Hingga kemudian, "tidak! Ini adalah kebodohan! Aku sudah bertindak bodoh dengan mencintai wanita pengkhianat itu!" tangan Daren mencengkram erat batu batu yang masih berada di tangannya, kala ia mengingat seorang wanita yang sudah mengacaukan hatinya.

"Aaaaaa..., Akan ku balas kau!!!" Teriak Dareen, seirama dengan gerakan tangannya yang melemparkan batu, "aku benci wanita! Aku membenci semua wanita yang ada dimuka bumi ini," ucap Daren kesal, dengan raut wajah yang tidak mengenakkan.

"Terserah anda Tuan!" El mengedarkan pandangannya, lalu menatap Daren dengan lekat, "tapi, saya sarankan agar Tuan jangan membenci semua wanita."

"Kenapa?"

"Karena, Eyang anda seorang wanita, Tuan!" 

Duarrr!

Bagai tersambar petir Daren mendengar jawaban El. Pria tampan yang penuh dengan emosional itu langsung menendang kaki El cukup keras hingga El terdengar meringis kesakitan.

"Ssssssh..."

"Kau pikir aku bodoh hah?" tanya Daren pada El. Bagaimana mungkin ia akan membenci Eyangnya sendiri! Eyang yang sudah merawatnya dari Daren remaja hingga kini ia dewasa.

"Tidak Tuan!" jawab El singkat.

"Kenapa aku harus membenci Eyangku sendiri hah?" tanya Daren dengan menajamkan matanya, mengarah pada wajah El.

"Karena Eyang anda seorang wanita Tuan," jawab El, ia berujar seolah tanpa salah dan dosa.

Duarrr!

Sepertinya, petir datang menyambar disekitar mereka berkali kali. Daren benar-benar sangat kesal dibuat El. Disaat hatinya yang penuh dengan amarah dan kekesalan mulai membaik dan sedikit terhibur karena kehadiran El, sekarang ia malah sangat kesal karena El pula.

Ingin rasanya Daren melempar El ke dasar danau terdalam yang berada dihadapannya. Namun, rasanya tidak mungkin! El adalah orang kedua yang mampu mengendalikan amarah dan kekesalan Daren setelah Eyang Putri. Eyangnya sendiri. Mereka berdua dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Hanya saja berbeda nasib dan keberuntungan. Dimana Daren adalah seorang Tuan Muda, anak dari keluarga terpandang nan kaya raya. Sedangkan El, ia adalah anak dari orang kepercayaan Tuan Besar, yang tak lain adalah almarhum ayah dari Daren. Mereka berdua, tumbuh bersama sedari kecil, hingga keduanya begitu dekat dan saling memahami satu sama lain. Saking dekatnya, tidak jarang, El bisa tahu apa yang diinginkan oleh Daren, walaupun Daren tak mengatakannya sama sekali.

"Dan..., Satu lagi Tuan!" ternyata, ucapan El masih belum selesai. 'Mau mengatakan apa lagi dia?' pikir Daren bertanya-tanya.

"Apa?"

"Kedua adik anda juga seorang wanita Tuan!" Daren benar-benar dibuat kesal oleh El, dan tanpa basa basi ataupun ancang-ancang, Daren memukul dada, lengan, perut, juga menginjak kaki El. Hingga seketika itu juga, El jatuh dengan posisi berlutut di hadapan Daren.

"Kau mau mati El?" ucap Daren dengan nada bicara yang menjadi semakin dingin. Jangankan raut wajah bersahabat, raut wajah datar pun kini sudah tak terlihat lagi.

Ucapan yang selalu terngiang-ngiang di benak semua orang yang berurusan tidak baik dengannya telah Dareen ucapkan.

"Kita pulang sekarang Tuan?" ajak El, mengalihkan pembicaraan, dan menghentikan kekesalan Daren yang pastinya akan terus berlanjut, jika El, tak segera mengajak Daren untuk pulang. Walaupun dengan kondisinya yang sudah babak belur karena hantaman dari Daren.

"Hmm...," jawab Daren. Ia tidak memperdulikan kondisi El yang meringis kesakitan dengan tangan memegang dadanya. Begitupun dengan El, yang sama sekali tidak memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan. Bagi El, mendapat perlakuan seperti itu dari Daren, sudah menjadi hal biasa yang sering ia terima.

Dengan kondisi sebelah tangan memegangi dada, El langsung mempersilahkan Daren  untuk berjalan tepat didepannya. Daren pun berjalan sesuai dengan apa yang diintruksikan oleh El lewat gerakan tangannya yang sebelahnya lagi. Namun entah karena Dareen sedang melamun atau apa? Tiba tiba saja Daren menabrak seseorang dengan cukup keras, tepat dihadapannya. El nampak kaget, karena sepertinya, ia juga sedang tidak berkonsentrasi saat berjalan mengawal Daren.

"Aww..." pekik seseorang didepan Daren, yang dari suaranya saja, bisa Daren ketahui, jika suara itu, adalah suara dari seorang wanita.

"Aaaa!" Teriak seorang wanita. Ia berteriak karena barang barang yang ia bawa, jatuh berserakan ke tanah setelah Daren menabraknya.

Geram dan kesal, itulah yang sedang Daren rasakan saat ini. Ia bahkan mengepalkan tangannya sambil menatap ke arah wanita itu, "kau mau mati ya!" raut wajah Daren datar dan sorot matanya tajam. Ia menatap wanita itu dengan tatapan penuh dengan ketidaksukaan.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status