Home / Romansa / Tuan, Biarkan Aku Pergi / 3. Dia yang Akan Melepaskanmu

Share

3. Dia yang Akan Melepaskanmu

Author: Kerry Pu
last update Last Updated: 2024-07-29 08:12:06

"Tentu saja murahan, dia 'kan orang ketiga."

"Astaga, apakah dia belum puas merusak rumah tangga tuan Aksa dan nyonya Yesti? Masih saja bertemu dengan dua orang laki-laki di kamar hotel."

"Perebut lelaki orang, menjijikan!"

"Aku sangat menyesal sebelumnya kasihan melihat dia teraniaya seperti itu. Cuih ... ternyata dia memang pantas mendapatkannya."

Diam-diam Yesti tersenyum mendengar ujaran kebencian dari semua orang. Sudut matanya melirik Dahayu yang terlihat semakin terpuruk, dan itu sedikit membuat hatinya puas.

Sementara mata pekat Aksa semakin menggelap, tidak akan baik jika dia terus tetap berdiam di tempat itu. Lagi, dia ingin mengangkat tubuh Dahayu.

Namun, kembali gerakannya terhenti tatkala polisi datang dan berkata, "Saudari Dahayu Kanta? Segera ikut kami ke kantor polisi, untuk memberi keterangan bahwa Anda terlibat tindak percobaan pembunuhan."

Dahayu hanya pasrah ketika seorang polisi memborgol tangannya. Dia benar-benar sangat lemas dan gemetaran, hingga saat polisi menariknya pun Dahayu sudah tak sanggup berdiri apalagi untuk berjalan.

Tak tega melihat kondisi Dahayu yang tidak berdaya, Aksa segera menggendongnya dan membawa ke luar dari ruangan tersebut.

Berjalan dengan langkah ringan sampai mata pekatnya menemukan sosok laki-laki yang berdiri angkuh dengan kedua tangan yang bersembunyi di balik saku.

'Lukas ...,' gumam Aksa dalam hati. Sekarang, kurang lebih dia tahu dengan kejadian yang menimpa Dahayu. Tak heran jika polisi dan wartawan datang secepat ini.

Tatapan Aksa penuh permusuhan kala melewati Lukas. Yang hanya dibalas dengan senyum simpul oleh laki-laki tersebut.

Kemudian Yesti tiba di depan Lukas, dengan binar wajah suram melihat punggung tegap Aksa menjauh diikuti polisi.

"Ternyata dia, cukup tangguh," ucap Lukas santai.

Yesti mendengkus samar menanggapi ujaran Lukas. Kemudian berkata, "Ini sungguh diluar prediksi."

"Kamu kesal?" tanya Lukas datar.

Kembali Yesti mendengkus dan berkata, "Kamu paling tahu apa yang aku rasakan."

Lukas maju selangkah dan sedikit menunduk hingga mulutnya sampai di dekat telinga Yesti, tangannya juga mulai membelai pinggang Yesti dengan gerakan lembut yang sedikit nakal. "Kalau begitu, bisakah malam kita bersenang-senang?"

"Singkirkan tanganmu. Aku harus memastikan gadis udik itu mendapatkan tempat yang benar. Jika tidak, besok harus menjadi panggungmu." Yesti tersenyum manis dan berlenggang pergi setelah mendorong Lukas.

Lukas mengembalikan kedua tangannya ke dalam saku celana dan tersenyum. "Aku mengerti," gumamnya lirih.

***

Di kantor polisi interogasi panjang sedang berlangsung. Sementara Aksa segera mencari bukti bahwa Dahayu terjebak dan hanya berusaha membela diri.

Setelah mendapatkan rekaman CCTV hotel, sudah dipastikan bahwa Dahayu adalah korban pelecehan. Dahayu dibebaskan. Namun, lantaran terlalu banyak tekanan Dahayu pingsan saat perjalanan menuju mobil.

Kini dia sedang terbaring lemas di brankar rumah sakit untuk menjalani perawatan.

"Bagaimana keadaannya?" Aksa memastikan kondisi istri kecilnya kala dokter selesai memeriksa.

"Dia akan segera membaik. Dia terlalu syok, dia butuh istirahat," terang dokter, ramah.

Namun belum ada binar puas di wajah Aksa, hingga dia kembali bertanya, "Apa tidak ada luka yang lain selain itu?"

Dokter segera tersenyum, dia tahu maksud pertanyaan Aksa. "Jangan khawatir, dia masih perawan."

Binar wajah kelegaan segera terlihat di wajah Aksa. Sementara Yesti yang ada di sampingnya malah semakin geram dan mengepalkan tangan.

Dia sudah sangat kecewa lantaran Dahayu terbebas dari jerat hukum. Sekarang dokter malah menyatakan bahwa gadis itu masih perawan.

Harapan agar Aksa membenci dan menceraikan Dahayu sirna seketika, digantikan perasaan dongkol yang tak terperi.

"Aku sangat lelah, aku akan pulang untuk beristirahat," pamit Yesti dan segera pergi.

Sampai di koridor rumah sakit, Yesti segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dan memanggil seseorang. "Lukas, lakukan yang terbaik."

***

Matahari baru saja bersinar, tapi berita kriminal yang memuat gambar Dahayu sebagai tersangka dalam tindak pembunuhan sudah viral di mana-mana. Tentu saja nama Aksa dan Yesti juga ikut terseret dalam berita tersebut.

"Sudah aku katakan Aksa, inilah akibatnya jika kamu tetap mempertahankan gadis itu di sampingmu. Dia sama sekali tak cocok dengan kehidupan kota, kembalikan dia ke tempat asalnya," bujuk Yesti dengan raut wajah geram setelah membaca halaman berita yang menyudutkan keluarga Jayanta.

Tidak seperti yang Yesti harapkan, wajah Aksa masih setenang angin malam setelah mengetahui berita heboh itu. Dia sama sekali tak terusik.

"Aksa, tidakkah kamu ingin melakukan sesuatu untuk meredam berita ini? Ceraikan gadis pembawa sial itu!" desak Yesti masih terdengar geram.

Aksa menatap Yesti sejenak, tatapan itu terlalu dalam. "Jadi itu tujuanmu mempermalukan Ayu di depan awak media?"

Yesti terkesiap tapi segera menguasai diri. "Aku adalah pihak yang teraniaya, tentu saja aku berhak melakukan itu."

"Hmm ... apakah kamu yang mengatur semua itu?" Kembali Aksa bertanya dengan sikapnya yang tenang.

Yesti kembali terkesiap, tapi kali ini dia menyangkal, "Apa kamu pikir aku kurang kerjaan untuk merencanakan hal gila semacam itu? Kamu sendiri melihat aku selalu bersama tamu undangan sepanjang perjamuan. Apakah aku harus mengikutinya saat dia berpamitan menuju toilet? Aku bukan pengasuh bayi, Aksa!"

Aksa mengembuskan napas tenang. "Aku harap apa yang kamu katakan benar."

"Tentu saja. Sekarang apa kamu tak bisa mendengar permohonanku? Ceraikan dia, kita akan bahagia seperti sebelum gadis itu hadir." Kali ini Yesti benar-benar sangat memohon sebagai istri yang tersakiti.

Aksa mendongakkan wajah dan mengembuskan napas pelan. Dalam hati dia juga kasihan terus menerus melihat kecemburuan di mata Yesti.

Tapi sikap keras kepala Yesti yang tak ingin memiliki bayi juga membuat Aksa kesal.

Selalu memanjakannya mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang baik, dia harus sedikit memberi pelajaran pada istrinya.

Aksa menaikan alis sekilas dan berucap, "Itu tergantung dengan keputusanmu. Jadi kapan kamu berencana memiliki bayi?"

"Aku sudah membuang semua pil kontrasepsi yang aku simpan. Sekarang tinggal bagaimana usahamu untuk meraihnya," terang Yesti dengan suara merendah.

"Aku akan mengambil keputusan untuk Dahayu, ketika aku mendengar berita baik darimu," ucap Aksa datar.

Saat Aksa mengakhiri ucapannya, pintu ruangan terlihat terbuka menunjukkan seorang laki-laki yang tidak lain adalah sekretaris Aksa.

"Jumpa pers sudah siap, Tuan. Silahkan menuju ke lobi."

Aksa berdeham pelan dan segera beranjak dari tempat duduk, untuk mengklarifikasi berita yang menyudutkan keluarganya, juga untuk meluruskan bahwa Dahayu hanya korban bukan kriminal.

Sementara Yesti masih terlihat geram. Dari apa yang diucapkan Aksa, suaminya itu sepertinya masih tak ingin melepaskan istri mudanya dalam waktu dekat.

"Jika kamu tak ingin melepaskannya, maka gadis itu yang akan melepaskanmu," gumam Yesti dan segera bergegas menuju rumah sakit.

Dahayu menoleh, wajahnya yang penuh luka masih tampak ketakutan dan tersirat trauma untuk bertemu orang lain. Dia sedikit bergerak dan menelan saliva kala Yesti berjalan mendekat ke arahnya.

Apalagi saat Yesti tak mengucapkan apa-apa, dan hanya berdiri menatapnya. Dahayu menunduk lemah.

"Puas, sekarang kamu mempermalukan dan mencemarkan nama baik Aksa?" Nada sinis itu menembus kesunyian setelah melalui keheningan yang cukup lama.

Dahayu masih diam seperti yang sudah-sudah. Intimidasi Yesti sudah biasa dia dengar, kali ini dia pun tak ingin menimpali.

"Sebenarnya perempuan macam apa kamu ini? Sebagai seorang wanita apa kamu tak mempunyai perasaan? Terus bertahan di antara kami, sebenarnya apa yang kamu inginkan? Kamu tahu 'kan Aksa sama sekali tidak mempunyai perasaan terhadapmu?"

Dahayu menelan saliva, tentu saja dia tahu tentang hal itu. Hanya saja sampai sekarang Aksa juga tak membiarkannya pergi.

Yesti mengeluarkan cek dari dalam tasnya dan berucap, "Aku rasa ini lebih dari cukup untukmu bertahan. Pergilah jauh, di mana kami tak bisa menemukanmu. Kamu sudah cukup menjadi beban dalam pernikahanku dengan Aksa."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   130. Siapa yang Mandul?

    "Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   129. Bagaimana Bisa Sesombong Itu?

    Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   128. Trik Rendahan

    Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   127. Kecemburuan yang Indah

    Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   126. Ini Hanya Sebuah Permulaan

    Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   125. Bagaimana Dia Tidak Keberatan?

    Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status