Dahayu terdiam lemah di salah satu bangku stasiun kereta api, terpaku menatap gerbong kereta yang beberapa saat lagi akan membawanya pergi.
Cek bernilai ratusan juta dia genggam dengan erat. Ini cukup untuknya bertahan dan memulai hidup baru. Dahayu segera berdiri setelah menghela napas kasar, dia hendak masuk ke dalam kereta seperti penumpang lain. Dahayu menyamankan diri pada tempat duduk dengan tenang, dan mengosongkan pikiran berharap ini adalah awal yang baik. Tapi segera terkejut manakala seseorang meraih tangannya dan berucap, "Kamu mau ke mana?" Secara alami Dahayu menoleh dengan gerakan terkejut. "Tu-tuan ... bagaimana kamu bisa di sini?" "Ayo pulang." Aksa menarik tangan Dahayu yang langsung mendapat penolakan. "Saya tidak akan kembali. Saya tidak ingin menjadi orang ketiga di antara kalian. Lagipula saya adalah kriminal, saya tidak ingin mempermalukan, Tuan." Dahayu berusaha melepaskan genggaman Aksa. "Kamu masih istriku, aku yang akan memutuskan kamu pergi atau tidak." Detik berikutnya Dahayu merasakan tubuhnya sudah melayang di udara saat Aksa menggendong dan membawa pergi dari dalam kereta, tak peduli jika banyak orang memperhatikannya. "Tuan, saya tidak mau pulang ke rumah, saya tidak ingin terus menyakiti perasaan nyonya." Dahayu masih bersikeras meloloskan diri. "Kamu tidak akan pulang, kamu harus melanjutkan pendidikanmu ke luar negeri." Dahayu langsung berhenti meronta, wajahnya mendongak menatap Aksa yang terus berjalan sambil menggendongnya menuju mobil. *** Empat tahun kemudian .... Yesti berdiri di depan pintu ruang dokter kandungan. Wajahnya sendu menatap secarik kertas di mana ada tulisan tebal dengan kata, 'Negatif'. Mengundang helaan napas kekecewaan keluar dari celah hidung Aksa, ini sudah sekian kalinya dia mendapat kabar yang tak memuaskan hati. Kemudian melangkah ringan di koridor rumah sakit sembari menyembunyikan kedua tangan di balik saku, meninggalkan Yesti yang masih terpaku. Yesti sudah berhenti mengkonsumsi pil kontrasepsi selama bertahun-tahun, tapi sampai sekarang belum juga mendapatkan hasil yang dia harapkan. Dokter mengatakan itu adalah efek dari suplemen pelangsing yang rutin dia konsumsi hingga kesuburannya mulai menurun. Terlebih tekanan darahnya sering naik sejak dia ketergantungan mengkonsumsi suplemen pelangsing tersebut, hingga dokter meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah yang ternyata juga mempengaruhi kesuburan wanita. Yesti belum putus asa dia segera berlari menyusul Aksa yang sudah berjalan agak jauh darinya. "Aksa, kita bisa mencoba bayi tabung," ucap Yesti setelah berhasil meraih lengan Aksa. Tak ada tanggapan dari laki-laki itu, dia terus melangkah santai dengan raut wajah dingin. "Aksa, katakan sesuatu. Aku masih belum menyerah," Yesti membujuk suaminya. "Kita bicarakan lain kali saja, aku akan pergi ke luar kota. Aku sudah menyuruh sopir untuk menjemputmu." Aksa melepaskan rengkuhan tangan Yesti dan berlenggang pergi dengan langkah santai kembali meninggalkan Yesti. Untuk sesaat Yesti kembali terpaku, menatap punggung tegap suaminya yang terus menjauh. Aksa sudah tak sehangat sebelumnya, setelah berkali-kali mendapat kekecewaan dari hasil tes kehamilan yang Yesti jalani. Yesti sangat takut cinta Aksa luntur lantaran ketidakberhasilannya. Tapi tak ingin terus hanyut dalam kesedihan, Yesti segera mengeluarkan ponsel dan memanggil seseorang. " Lukas, aku sangat pusing, bisa temani aku minum?" Sementara saat ini Aksa sudah mengemudi menuju desa dengan pemandangan danau yang sangat indah, di mana itu adalah tempat tinggal istri kecilnya yang masih berada di luar negeri saat ini. Resort yang dulunya mangkrak, kini sudah menjadi bangunan megah yang siap menyambut para wisatawan yang hendak menikmati pemandangan danau dengan air jernih dan tenang, setelah diresmikan. Itulah tujuan Aksa datang ke desa sekarang. Dia ingin meresmikan resort yang telah dia bangun. Setelah pemotongan pita dan berbasa-basi dengan tamu undangan, akhirnya acara usai. Namun, dia tak ingin segera kembali ke kota, ditatapnya rona hijau dari sawah dan ladang yang mengelilingi danau. Sedikit ada rona kuning kala bias cakrawala senja jatuh di atasnya. Entah mengapa, itu justru mengundang kerinduan pada istri kecilnya yang tak pernah dia hubungi. "Bagaimana kabarnya gadis kecil itu sekarang?" gumamnya pelan dengan senyum samar di bibirnya. Empat tahun ini, Aksa hanya tahu kabar Dahayu dari orang yang dia tugaskan untuk mengurusnya. Dia tak ingin mengganggu Dahayu agar gadis itu fokus belajar, dia juga tak pernah menjenguknya ke luar negeri. Bukan tanpa alasan, itu dia lakukan demi menjaga perasaan Yesti, bahkan menelpon pun tidak dia lakukan. Aksa sendiri sadar, dia pasti tidak tahu apa yang akan dia bicarakan jika memaksa menelpon Dahayu. Tapi sekarang dia ada di desa, bukankah dia mempunyai alasan untuk menelpon? Kembali senyum samar terlihat kala Aksa menyahut kunci mobil dan bergegas menuju rumah orang tua Dahayu. Sambutan hangat segera dia terima dari sepasang mertuanya yang sudah lama tak bertemu. Berbasa-basi sesaat, kemudian mengeluarkan ponsel untuk menelpon Dahayu. "Tuan." Tiba-tiba hati Aksa bergetar mendengar suara lembut dari seberang. "Hmm, aku sedang berada di rumah orang tuamu, kamu ingin berbicara dengan mereka?" tanya Aksa datar dan kaku. Terdengar suara tawa bahagia dari seberang, kemudian jawaban terdengar. "Iya, tentu saja." Segera Aksa mengulurkan ponselnya pada ayah Dahayu. "Ayu, bagaimana kabarmu? Kami sangat merindukanmu. Suamimu sudah sering pulang ke rumah, tapi kamu sendiri malah berada di luar negeri. Kapan kamu akan pulang?" Ayah Dahayu sangat bersemangat menelpon putrinya. Gelak tawa Dahayu kembali terdengar. "Aku harus menjawab dari mana dulu nih?" candanya. "Tch, kamu ini, apakah kamu tidak merindukan rumah? Ayo cepat pulang!" Suara ayah Dahayu sedikit meninggi, tapi Dahayu tahu itu hanya wujud candaan dari ayahnya, hingga dia tak bisa menahan diri untuk kembali tergelak. Ibu Dahayu juga tak bisa menahan diri untuk berbicara. "Ayu, jangan bercanda terus, ini sudah empat tahun lebih pernikahanmu dengan nak Aksa. Jika kamu terus berada di luar negeri, kapan kamu akan memberi kami cucu?" "Ah, Ibu ini bicara apa? Aku ini masih muda. Kenapa harus buru-buru mempunyai anak? Aku ingin bekerja dulu." "Aish ... kamu ini berbicara seakan tidak punya suami saja." Perbincangan orang tua dan anak itu masih berlanjut dibumbui dengan canda dan gelak tawa. Sementara Aksa hanya tersenyum samar mendengar perbincangan mereka. Setelah mereka membahas masalah cucu, ingatan Aksa kembali pada Yesti yang sangat sulit hamil. 'Apakah ini memang takdir gadis kecil itu?' batin Aksa bergetar. Setelah puas berbincang dengan putrinya ayah Dahayu mengembalikan ponsel tersebut pada Aksa. "Terima kasih, sudah menengok ayah dan ibu." Kini suara Dahayu yang lembut menempel pada daun telinga Aksa setelah laki-laki tersebut mematikan mode pengeras suara. "Hmm, bagaimana belajarmu?" tanyanya datar. "Lancar, bahkan besok aku akan wisuda." Kelopak mata Aksa terangkat perlahan setelah mendengar keterangan istri kecilnya. 'Sudah secepat itu?' batinnya. "Jam berapa?" Aksa kembali bertanya datar. "Jam sepuluh." "Baik, segera beristirahatlah." Aksa memutus panggilan dengan kaku. Kemudian Aksa segera berpamitan ingin kembali ke kota. Di perjalan dia menghubungi sekretarisnya. "Siapkan akomodasi penerbangan ke negara M. Aku ingin menemui istri kecilku. Dia harus melahirkan bayi untukku.""Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp
Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan
Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan
Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa
Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka
Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb