Wanita normal tidak ada yang ingin menjadi orang ketiga, apalagi setelah tahu jika dia hanya dijadikan alat untuk meneruskan garis keturunan keluarga Jayanta, tapi itulah yang dialami Dahayu setelah menikah dengan Aksa. Akankah Dahayu bisa lari dari jeratan suaminya?
View More"Pergi! Jangan mendekat padaku! Pergi!"
Senyum dan tawa merendahkan tak henti menguar menanggapi seru ketakutan Dahayu yang terlempar di atas kasur dengan kasar. Wajah memerah penuh derai air mata malah membuat dua laki-laki sangat berhasrat untuk memakan gadis itu hidup-hidup. Bahkan ketakutan itu kian terlihat indah di mata mereka. "Menurutlah ... menurutlah ... kami akan membuatmu nyaman," ucap salah satu laki-laki tersebut kala melihat Dahayu terus mundur ke belakang. Sementara laki-laki lain masih menatap tubuh ramping Dahayu yang berbalut gaun sutera panjang warna mocca, sungguh keindahan yang luar biasa. "Kamu benar-benar sangat cantik, aku belum pernah memakan daun muda sepertimu, apakah kamu sangat manis?" Pria yang lain bertanya dengan raut wajah yang membuat Dahayu jijik. Dicekoki begitu banyak alkohol tentu saja melemahkan kesadaran Dahayu, tapi dia masih mempunyai kewarasan untuk tidak melayani laki-laki jahanam yang hendak menganiayanya. Ketika salah satu dari mereka mendekat, Dahayu tak ragu untuk menjejakkan kaki dengan kuat di area paling sensitif bawah perut. Pekikan keras terdengar kala laki-laki tersebut tersungkur jatuh ke lantai sembari memegangi miliknya yang terasa hancur oleh tendangan Dahayu. Sementara Dahayu sudah merangkak hendak turun dari tempat tidur berbahaya, menjauhi dua ancaman yang masih mengintai kehormatannya. "Hei, kamu pergi ke mana? Jangan coba-coba melarikan diri, ayo kita bersenang-senang!" Segera laki-laki tersebut berlari menjangkau Dahayu yang sudah berada di sisi lain tempat tidur. Terdengar bunyi robekan kain, membuat Dahayu membeku sesaat, kemudian menampakan kulit punggung putih, namun ada bekas luka memanjang yang masih terlihat indah. Laki-laki yang baru saja menarik pakaian Dahayu hingga robek, menyeringai jahat melihat bekas luka di punggung Dahayu, dia pun mencela dengan penuh nafsu. "Sangat menarik, apakah kamu masokis?" Dahayu tidak menjawab, dia masih berusaha melindungi tubuhnya dari ancaman pria tersebut. Bahkan dia tidak tahu apa yang sedang ditanyakan oleh laki-laki tersebut. Dahayu kembali berusaha menjauh dari ranjang sialan. Namun, kembali dia terpental di atas kasur, kala laki-laki tersebut menarik dan melemparkannya dengan kasar. "Tuan, aku mohon, biarkan aku pergi. Aku bukan wanita yang kalian inginkan!" Dahayu semakin ketakutan, tawa menyebalkan yang tadinya begitu mencela kini sudah tak lagi terdengar. Wajah laki-laki di depannya terlihat sangat serius dan mengerikan, setiap gerak geriknya menebar ancaman mematikan yang ingin membinasakan Dahayu. "Tuan, aku mohon jangan lakukan ini. Aku punya suami, biarkan aku pergi. Aku mohon!" pinta Dahayu memelas dengan derai air mata yang masih bercucuran. "Malam ini kamilah suamimu!" Bam! Jerit Dahayu melengking pilu setelah suara pukulan keras yang membuat tubuhnya terempas ke samping dengan sangat menyedihkan. Pandangan Dahayu menggelap, pipinya mati rasa akibat pukulan tersebut. Belum juga Dahayu sembuh dari rasa sakit dan syok akibat hantaman, Dahayu sudah kembali merasakan sakit tak terkira di kepala kala tangan kekar menjambak rambutnya dengan kasar. "Aaarrgh!" Dahayu mendongak dengan paksa akibat tarikan. "Kamu masokis, kamu suka dengan kekerasan seperti ini 'kan?" tanya laki-laki itu dengan nada mengerikan yang sama sekali tak enak didengar. "Tuan, lepaskan! Ini sakit!" pekik Dahayu mencoba melepaskan jambakan di rambutnya yang sangat menyiksa. "Hahaha ... sakit katamu? Aku suka itu. Memohonlah sekali lagi, maka aku akan melepaskanmu." "Tuan, aku mohon lepaskan aku, ini sakit!" Dahayu langsung tersungkur hingga dahinya membentur headboard dengan keras, kala laki-laki tersebut mengempaskannya. Pandangan Dahayu kembali menggelap, namun tarikan kasar segera membalik tubuhnya dengan paksa. Melihat Dahayu yang sudah tidak berdaya, nafsu laki-laki tersebut semakin membara, dia segera melepas jas dan juga kemeja yang dia kenakan. Tanpa aba-aba laki-laki tersebut langsung menerkam tubuh Dahayu. Membuat kesadaran gadis tersebut kembali bagai kilat petir. Sekuat tenaga Dahayu kembali melakukan perlawanan, membuat laki-laki itu murka dan kembali memukul Dahayu dengan keras. Namun, kali ini Dahayu tak ingin kembali memohon. Dia balik membalas pukulan laki-laki itu dengan keras. Ditinjunya jakun pria tersebut hingga terbatuk dan merasa tercekik. Dahayu bergegas turun dari tempat tidur. Tapi sial, laki-laki yang lain sudah mendapatkan kembali tenaganya dan menarik Dahayu hingga wanita tersebut terempas ke lantai. "Pelacur kecil sepertimu tak pantas untuk menolakku!" pekik laki-laki tersebut dengan kemarahan. Terdengar suara robekan kasar, saat rok Dahayu yang berbahan sutera lembut ditarik, mengekspos paha dan betis mulus milik sang gadis. Melihat pria yang hendak melecehkannya, Dahayu segera menjejak dada pria kurang ajar membuatnya bergerak mundur. Namun, laki-laki tersebut malah tertawa mengejek, dan kembali menerkam Dahayu yang terbaring di lantai. "Menurutlah ... agar semuanya cepat berlalu," ucap laki-laki tersebut dengan nada menjijikkan. Matanya sudah dipenuhi cahaya cabul dan kesenangan. Dahayu sudah merasa sangat kelelahan, tenaga juga sudah menipis untuk terus melakukan perlawanan. Berusaha menoleh ke samping kala laki-laki tersebut hendak melumat bibirnya. Tepat pada saat itu, mata Dahayu menemukan gelas di atas meja pendek tak jauh dari tempatnya terbaring. Tanpa pikir panjang Dahayu meraih gelas tersebut. Pyar! Gelas pecah di kepala laki-laki yang menindihnya diikuti rona merah segar yang mengalir pada dahi. Dahayu segera mendorong tubuh laki-laki yang tampak tidak berdaya akibat hantaman beling. Dahayu hendak kembali melarikan diri. Tapi pria yang lain sudah kembali datang dan membuat Dahayu semakin kesal hingga kehilangan kesabaran. Ketika sepasang mata kembali menangkap botol anggur di atas meja. Dahayu sudah kehilangan akal sehat. Tangannya kembali terulur meraih botol tersebut. Pyar! Rona merah keunguan menyebar di lantai bersama pecahan beling, setelah Dahayu membenturkan botol anggur dengan cepat di pinggir meja. Tanpa pikir panjang, Dahayu mengarahkan benda tajam di tangannya pada laki-laki yang mendekat ke arahnya dengan gerakan tergesa-gesa. Cras! Serpihan kaca menembus perut tak berbenang, membuat laki-laki tersebut membeku untuk beberapa saat melihat serpihan botol beling menancap di perutnya. Laki-laki tersebut ambruk seperti laki-laki sebelumnya, terlihat sangat mengenaskan. Dahayu membeku seketika, tangannya terus bergetar tak bisa dikendalikan, matanya berkaca-kaca dan pucat. Perlahan Dahayu menarik pantatnya ke belakang dan meringkuk bagai bola, memeluk lutut dengan sangat erat, kala matanya kosong dengan cahaya rumit. "Apa yang telah aku lakukan?" Tiba-tiba Dahayu menangis sejadi-jadinya sembari menutup mulut dengan tangan. Dia benar-benar sangat takut sekarang. "Aku pembunuh ... aku pembunuh ...," gumam Dahayu di sela isak tangis. Tubuh ramping itu lemas, Dahayu yang tadinya sangat ingin keluar dari kamar tersebut, mendadak kehilangan tenaga akibat penyesalan. Tepat pada saat itu, pintu kamar hotel terbuka dengan kasar. Diikuti kilat kamera yang tak berhenti mengerjap menyilaukan netra. Dahayu langsung menyipitkan mata menghalau kilat cahaya yang tak berhenti menusuk retina. Tangan yang tadinya membekap mulut, mendadak jatuh lemas mendapati begitu banyak orang yang menerobos masuk ke dalam kamar hotel. Semua wajah tercengang melihat kekacauan Dahayu. Sebelumnya mereka mendapat kabar bahwa salah satu dari anggota keluarga Jayanta adalah wanita penggoda. Namun, yang mereka lihat adalah kamar berdarah yang penuh penghakiman. Dari penampilan Dahayu yang berantakan dan menyedihkan, tentu saja semua orang tahu, jika Dahayu adalah korban pemaksaan. Namun, melihat dua orang terkapar dengan bersimbah darah, berbagai asumsi bermunculan di benak mereka. "Apa yang dia lakukan? Apakah dia baru saja membunuh dua orang, seorang diri?" "Apakah dia psikopat, hingga bisa membunuh dua orang sekaligus?" "Mungkin dia mencoba membela diri. Lihatlah pakaiannya yang sobek di mana-mana!" "Tapi tetap saja, membunuh orang itu adalah kelakuan diluar batas kewajaran." "Siapa sih dia sebenarnya? Apakah dia benar-benar salah salah satu anggota keluarga Jayanta?" Dahayu begitu pucat mendengar setiap cuitan yang terarah padanya. Dia merasa kedatangan mendadak sekumpulan orang-orang ini seperti diskenario. Jika saja dia tidak melawan tindakan dua laki-laki yang terkapar. Mungkin yang ditangkap oleh kerumunan orang-orang ini adalah adegan memalukan yang tidak dapat Dahayu bayangkan. Dahayu masih sangat linglung, sampai dia mendengar suara suaminya muncul di balik himpitan sekelompok orang. "Ayu ....""Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp
Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan
Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan
Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa
Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka
Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb
Keesokan harinya, kota Zimo langsung digegerkan dengan berita bahwa Aksa dicoret dari kartu keluarga Jayanta karena tidak ingin menceraikan Dahayu.Aksa tidak lagi menyandang gelar tuan muda Jayanta karena sudah dibuang oleh ayahnya.Berita bahwa Aksa adalah anak haram juga beredar di mana-mana.Sudah pasti Lukas di balik rumor jahat yang beredar saat ini.Biasanya Aksa akan menebas dan melenyapkan berita miring tentangnya.Tapi kali ini dia membiarkan saja berita tersebut menyala dan membuat kegaduhan semua kalangan di kota Zimo.Dan sampailah pada Dahayu yang saat ini sedang duduk bersandar di kamarnya sambil menonton televisi."Sepertinya dia sangat mencintaimu. Demi mempertahankanmu, dia rela didepak dari keluarga Jayanta," ucap Satya acuh tak acuh sembari memasukan kacang atom ke mulutnya.Saat ini Satya tengah berbaring di samping Dahayu.Dahayu sama sekali tak menanggapi ucapan kakaknya hanya menatap dingin layar televisi saat ini."Kamu tidak ingin memberi tahunya jika dia aka
Acara pesta berakhir. Melihat Aksa masih berdiri menatapnya, Dahayu sama sekali tak ingin menghindar. Dia pun berjalan dengan anggun menghampiri suaminya. "Tuan Aksa Jayanta, para tamu undangan sudah pulang, kenapa Anda masih di sini?" Wajah tampan aksa bersinar, menyambut kedatangan istrinya. "Aku belum mengucapkan. Selamat ulang tahun pada istriku?" Dahayu tersenyum sengit dan berkata, "Ucapan selamat saja tidak cukup, Anda harus datang dengan membawa hadiah. Tapi sepertinya Anda datang dengan tangan kosong, sebaiknya aku yang menentukan hadiahku." Aksa tahu apa yang akan dilakukan Dahayu saat seseorang mendekat dengan membawa stopmap di tangannya. Dia tersenyum dan menerima berkas tersebut. Namun, bukannya menandatangani, Aksa malah menyobek lembar kertas tersebut menjadi sobekan kecil-kecil dan melemparkan ke udara. Untuk sesaat Dahayu kejatuhan sobekan kertas hingga seperti sedang diguyur confetti. Raut wajahnya menjadi dingin dan kejam kala menatap Aksa. Namun, Aksa ju
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut. Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi. Apalagi saat melihat Dahayu yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya. Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?" "Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?" "Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila." "Benar, perempuan muda dan be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments