"Anna, Paman mohon agar kamu menikahi David. Jika pernikahan ini gagal, Perusahaan Lopez akan bangkrut."
Tak lama, pria itu bersimpuh di kakiku--membuatku terperanjat. "Tapi, David tidak pernah mencintaiku. Dia hanya mencintai Lily. Bagaimana jika David tahu? Dia pasti akan marah," ucapku memberi alasan.
Namun, Paman George bersikeras, "Itu urusan Paman nanti, tolonglah Paman satu kali ini saja."
Dan di sinilah aku.
Menikahi David Walles sesuai permintaan pamanku untuk menggantikan sepupuku yang kabur dua jam sebelum pernikahan mereka.
Aku yang naif dan jatuh cinta dengan David, akhirnya menerima kala ayah kandung Lily itu memintaku untuk menggantikannya.
Hanya saja, David pergi begitu saja setelah pesta pernikahan kami berakhir.
Aku hanya bisa terdiam dan duduk di ranjang pengantin seorang diri. Brak!
Suara pintu yang dibanting mengagetkanku. Aku yang sedang sibuk memikirkan masa depan pernikahanku kelak langsung terhenyak saat melihat David tiba-tiba berada di hadapanku, menatap tajam dan sangat mengintimidasiku.
Bau alkohol bercampur parfum wanita menyeruak di indera penciumanku.Belum sempat memproses, David sudah mencekal daguku.
Pandangan kami bertemu. Matanya yang merah seakan mengulitiku.
"Anna Lopez, katakan padaku. Apa tujuanmu menikah denganku?!" geramnya, "Jawab! Jangan kau pikir wajah kalian mirip sehingga aku tidak bisa mengenali siapa wanita yang seharusnya kunikahi!""D-david, kalau kau tahu siapa aku. Kenapa kau mau menikahiku?"Mendengar ucapanku, David melepaskan cengkraman tangannya. Ia berdiri berkacak pinggang. "Kau pikir siapa aku, hah?! Aku orang terkaya di negri ini dan kau bertanya kepadaku kenapa aku tidak membatalkan pernikahan sialan ini?!""Apa pandangan orang-orang padaku di luar sana. Melarikan diri dari altar pernikahan. Itu sama saja aku mempermalukan diriku sendiri.""P-paman George memintaku menggantikan Lily. A-aku tidak bisa menolak, bagaimanapun aku berhutang budi kepada mereka.""Bullshit, Lily mencintaiku tidak mungkin dia meninggalkanku begitu saja. Ini pasti rencanamu untuk menggagalkan pernikahan kami dan kau ingin menggantikan tempatnya untuk menikah denganku.""Itu tidak benar, aku tidak pernah berpikiran seperti itu." sanggahku, karena aku tidak pernah mempunyai mimpi untuk bisa menikah dengan David. Walaupun aku sangat mencintainya sejak aku masih kecil. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada David Walles. Laki-laki terkaya dan tertampan di negri ini."Cih, aku tahu kau menyukaiku. Setiap aku datang untuk menjemput Lily. Kau menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. Kau iri dengan kebahagiaan Lily?!""Aku berani bersumpah, sungguh bukan mauku, David. Percayalah padaku, jika kau tidak berkenan dengan pernikahan ini. Mari kita bercerai, aku juga tidak akan bahagia jika kau tidak bahagia.""Bercerai?""Bercerai katamu? Setelah kekacauan ini, dengan entengnya kau ingin mengakhiri pernikahan yang baru beberapa jam yang lalu baru dilaksanakan?""L-lalu apa maumu?""Aku bukan orang baik-baik, camkan itu Anna. Karena kau yang memulai kekacauan ini. Jangan salahkan aku jika aku membuat perhitungan denganmu.""A-apa?" seketika aku merasa khawatir. David mulai melonggarkan dasinya, lalu melepas jasnya. Berikutnya kancing kemejanya mulai dibuka. Kini tubuh bagian atasnya sudah polos. Menampilkan otot-otot six-packnya yang menjadi impian wanita-wanita di luar sana."David, jangan." Aku memang istri sahnya di mata hukum agama dan negara. Namun jika dia meminta haknya dengan cara seperti ini. Aku tidak rela, aku tidak ingin dipaksa.David mendorongku jatuh ke ranjang lalu menarik gaun malamku. "Aku tidak peduli, kau adalah istriku. Layani aku sekarang!""Emmh..." Mataku membelalak kala kurasakan tubuh kami menyatu.
David memperlakukan begitu kasar, seperti seorang monster. Pria yang selama ini kucintai mengambil kesucianku dengan brutal layaknya seorang majikan kepada budaknya.
Kini aku tahu maksud dari perkataannya. Ia bukanlah orang baik dan sepertinya aku tidak mengenal sepenuhnya siapa David yang sebenarnya.
Dan tak lama, semua terasa gelap....
*****
Pagi harinya, aku merasakan sakit di semua tubuhku, terutama bagian kewanitaanku.Kuperhatikan bercak darah yang sebagai bukti kesucianku tertinggal di sprei putih yang membungkus ranjang pengantin kami.Hanya saja, David tampak sudah pergi sejak tadi.
Sontak, aku terkesiap mengingat statusku yang sudah menjadi seorang istri yang harus menjalankan tugasku dan saat ini, menyiapkan sarapan pagi yang harus kukerjakan pertama kali.
Secepatnya aku mengganti sprei yang kotor lalu membersihkan diriku di kamar mandi. Make-up tipis kusapukan di wajahku dan mengenakan pakaian yang pantas untuk menyambut David.
Akan tetapi, langkahku terhenti saat melihat David sudah berada di meja makan sambil membaca koran.
"Selamat pagi, Nona?" Seorang pelayan yang menyambut kedatangan kami kemarin siang datang menyapaku.
Kemarin wanita itu memanggilku dengan sebutan Nyonya, tapi sekarang berubah memanggilku Nona. Mungkinkah ini pertanda jika David akan segera menceraikanku?
"Nona, Anda ditunggu Tuan Muda."Kata-kata wanita itu menyadarkan lamunanku.
"Iya, Bi. Terima kasih." Aku segera menuruni tangga lalu menuju ruang makan untuk melayani David.
"Selamat pagi. Maaf aku terlambat, aku berjanji tidak akan terulang lagi."
Alih-alih menjawab sapaanku, David melipat koran yang dibacanya lalu meneguk kopi di cangkirnya tanpa mempedulikanku. Wajah tampannya terlihat dingin dan sangat tidak bersahabat.
"Nona, roti bakarnya."Pelayan tadi tiba-tiba datang mengambil dua potong roti bakar untukku.
"Terima kasih," ucapku. Hanya saja, aku tidak selera untuk makan. David hanya meneguk kopinya dan aku hanya makan salad sayur selada untuk mengganjal perutku.
Sepuluh menit telah berlalu, kami makan dalam diam. Aku lihat David ingin mengisi cangkirnya yang kosong dengan kopi. Jika terlalu banyak minum kopi tanpa diisi oleh makanan yang lain. Aku takut lambungnya bermasalah.
Aku pun ingin mencegahnya, "David, jangan hanya minum kopi, kau harus mengisi perutmu dengan makanan."
"SRAK!" David seketika bangun dari duduknya dan menarik kursinya dengan kasar.
"Mobilnya sudah siap, aku beri waktu lima menit untuk menyelesaikan sarapanmu. Aku tunggu di luar." David melempar serbet makan ke meja, setelah itu dia keluar dengan langkah tergesa.
Aku semakin tidak bernafsu, perutku terasa kembung dengan segudang kekhawatiran. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri sarapanku dan meminum segelas air putih.
"Kita mau ke mana?" Kuberanikan diriku bertanya kepada David yang sedang berdiri di tepi mobil BMW keluaran terbaru yang hanya dimiliki segelintir orang-orang kaya di Georgia. Penampilan David yang rapi, wajah tampan dan mobil mewah itu menjadikannya satu perpaduan yang sempurna.
"Ke rumah pamanmu."
Jawaban David jelas membuatku terkejut. Namun, belum sempat bertanya, pria itu terlihat sangat tidak sabar.
"Cepat masuk!"
Setelahnya, kami pun menuju ke kediaman paman.
Akan tetapi, keheningan menyelimuti kami berdua.Aku melirik jari manis David yang tadi malam masih mengenakan cincin nikah, tapi sekarang jari manis itu kosong. Hanya aku yang masih mengenakannya.
Meski bingung, kutahan rasa penasaranku.
Tak lama, kami pun sampai di rumah keluarga Lopez, di mana pamanku tinggal dan pernah menjadi rumah bagiku setelah kedua orang tuaku meninggal.
David turun dari mobil dengan tergesa, aku setengah berlari mengejarnya. Saat masuk ke dalam rumah, aku melihat Lily sedang duduk di sofa sambil menangis.
"Lily," panggil David lembut, suaranya terdengar penuh kekhawatiran.
"David," jawab Lily dengan air mata yang berderai.Semenit kemudian mereka saling berpelukan. Aku hanya terdiam, kaget dan tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Kemarin Lily menghilang dan sekarang dia ada di sini.
"Apa yang terjadi?" tanya David kepada Lily.
"David, Anna memerintahkan orang untuk menculikku."
"A-apa?" pekikku tak percaya.
Kebohongan macam apa ini yang sedang terjadi?
Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
[Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti apa maksudmu?] Lily berpura-pura tidak paham. "Kau tidak usah berpura-pura. Sudah jelas apa maksudku. Jika aku memanggil wartawan dan membocorkan tentang rahasia ini, tamatlah riwayat karirmu untuk menjadi seorang desainer terkenal." [Kau pikir, orang di luar sana akan mempercayaimu?] ucap Lily seakan-akan menantangku. Tapi aku tahu pasti, nada suaranya terdengar kesal dan putus asa. "Aku katakan padamu, aku dan Elma berteman sangat baik. Jadi aku sangat tahu pasti rancangan bajunya mempunyai keunikan tersendiri. Kau pasti tahu seorang desainer akan berkelanjutan membuat suatu karya yang mempunyai ciri khusus yang sangat mirip antara satu rancangan dengan rancangan yang lainnya. Kau tidak bodoh, kan? Untuk mengartikan apa kata-kataku ini. Jika orang lain mengetahui kau menjiplak rancangan Elma. Semua orang di luar sana akan segera mencari tahu koleksi rancangan Elma yang terdahulu. Sudah dipastikan kebohonganmu akan segera terbongkar." Aku
Kenapa sikapnya berubah dalam satu malam? Kemarin saat kami menyambangi rumah duka, wanita itu sangat lembut dan beberapa kali mengucapkan kata terima kasih kepada kami karena telah membantunya mengurus jenazah suaminya. Dengan fakta ini aku semakin yakin jika ada seseorang yang mengajari dan membimbingnya untuk memeras kami.“Di perusahaan ini banyak karyawan wanita. Kenapa Anda yakin jika saya yang berurusan dengan suami Anda?”Wanita itu terkejut dan salah tingkah dengan pertanyaanku. Ia kemudian menatap lantai dengan kedua tangan yang saling bertaut. “Feeling seorang istri selalu tepat. Saat pertama kali melihatmu, aku tahu jika kau orangnya. Aura kejahatan dari tubuhmu terasa sangat kuat.”Aku berdecih sinis, bisa-bisanya wanita itu mengatakan sesuatu tanpa dasar. “Pak polisi, wanita ini mempunyai kekuatan supranasional. Dia bisa memprekdisikan sesuatu dengan benar. Sebaiknya departemen kepolisian menggunakan jasanya dalam memecahkan kasus kejahatan.”“Apa maksudmu?” Wanita itu m
Karena keadaan hatiku yang tidak baik-baik saja, aku menceritakan segala kejadian yang telah kulalui seharian ini kepada David. Tentang kematian laki-laki itu yang merupakan tulang punggung bagi keluarganya dan nasib anak-anak mereka. Bahkan aku masih mengingat ketika laki-laki itu masih berdrama untuk memfitnahku atas perintah dari Lily.“Hei, ini di luar kuasa kita.” David mendekatiku lalu memelukku.Aku yang sedang dalam mood yang buruk, langsung menangis dalam dekapannya. Dada bidang David menjadi tumpuanku untuk meluapkan kesedihan hatiku. Perasaan kesal padanya entah menguap begitu saja. Kehadiran dan perhatiannya membuatku merasa tidak sendiri.“Sudah, jangan menangis lagi. Kita bukan malaikat yang bisa menyelamatkan orang yang sedang mengalami musibah. Tapi jika ada orang yang ingin kau tolong, aku akan menolongnya untukmu.” David menghiburku sambil menciumi puncak kepalaku berulang-ulang.“Ana, jangan bersedih akan hal ini. Ada aku di sini. Suamimu ini punya kuasa untuk menduk
"Aku ingin mandi sekarang." ucap David tenang. "Silakan, aku ingin istirahat." Ingin aku mengusir David. Tapi melihat keadaannya, tidaklah mungkin. Bagaimana aku bisa mengusirnya di saat ia sedang sakit. Aku segera keluar dari kamar mandi lalu menatap ranjang king size milikku. Sungguh miris, malam pertama di rumahku aku harus mengalah untuk memberikan ranjangku kepada David. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu karena aku tidak ingin seranjang dengan David. Sedangkan Mary kembali menghubungiku untuk bertanya tentang perkembangan sikap David padaku. Dan kami pun berbicara hingga aku tertidur. Aku merasa dingin ketika selimutku ditarik oleh seseorang. Mataku sangat berat untuk kubuka. Saat aku terkejut dan ingin berteriak karena tubuhku melayang di udara. Suara David menyadarkanku jika aku tidak sendirian malam ini. “Kenapa kau tidur di sini?” Aku tidak bisa menjawab di saat wajahku menempel di dadanya David yang terbuka. Kulit itu masih basah dan aroma wangi bunga mawar mengu
“Ana, ambilkan nasi untukku.” “Hah, kau ingin tambah nasi lagi?” Ini adalah piring ketiga David meminta tambah nasi.“Ana, cepatlah. Kau tidak mendengar?” David menggerakkan piring yang telah disodorkan di hadapanku. Aku menggelengkan kepala. “David, ini sudah terlalu banyak. Apakah selama ini kau tidak pernah makan dengan baik?” omelku.David tidak menjawab apa pun. Namun menatapku seolah menanti untuk memberinya nasi yang diinginkannya.Tidak butuh lama David menghabiskan apa yang aku masak. Hanya menyisakan satu piring lauk untukku. Bahkan sup yang kumasak pun telah habis diminumnya.“Terima kasih, Ana. Aku sangat kenyang malam ini.” David mengelus perutnya.“Oke, karena kau sudah kenyang dan selesai makan. Sekarang kau pulanglah ke rumahmu aku ingin istirahat.”“Aku pinjam tabletmu, ada satu pekerjaan yang belum aku selesaikan.” David tidak mendengar ucapanku malah memintaku untuk meminjamkannya tablet.“David Wales, kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku ingin istirahat.”
Aku tidak ingin berbohong, jadi aku katakan saja sejujurnya. “Nenek Lucy sudah tahu tentang keadaan pernikahan kita yang buruk. Beliau membelikanku rumah dan melarangku hidup bersamamu.”“Ana Lopez, di mana kau bisa hidup tanpa aku? Cepat pulang dan aku tidak akan menjemputmu secara paksa.” Suara David terdengar marah.“Tuan Wales, aku tinggal di rumahmu. Namun kau tidak pernah pulang. Apa bedanya jika aku tidak tinggal satu atap denganmu?” David memang tidak pernah pulang ke penthouse-nya. Ia hanya akan pulang jika ingin menyalurkan hasrat biologisnya.“Ana, jangan pancing kemarahanku!” teriak David.Langsung kumatikan saja ponselku dan tidak ingin mendengar bentakannya. Sebenarnya jantungku berdebar saat David membentakku. Tapi aku ingin keluar dari cengkramannya David. Aku tidak ingin selamanya dikendalikan laki-laki itu.Perhatianku kembali ke komputer lamaku. Aku pun berdecak kesal, ternyata komputerku kembali tidak bisa dinyalakan. Sehingga memaksaku untuk membawa komputer terseb
Nenek Lucy sepertinya bisa menebak pikiranku. Ia langsung meletakkan kunci rumah di telapak tanganku lalu menggenggamkannya. “Dan ini,” sebuah kartu debit juga diserahkan padaku. “Sisa uang simpanan ada di sini. Cukup untukmu biaya hidupmu selama satu tahun jika kau berhemat."“Nek, ini terlalu banyak.” Aku memberikan kembali kartu debit bank itu kepada nenek Lucy.“Ini tidak sebanding dengan penderitaan yang selama ini kau terima. Nenek tidak bermaksud untuk membeli penderitaanmu. Nenek hanya ingin memastikan hidupmu terjamin di luar sana.”Aku tidak bisa berkata apa pun setelah mendengar perhatian nenek Lucy yang sangat besar. Aku pun berada di rumah nenek Lucy sampai jam sepuluh malam. “Ada satu barang lagi yang harus kau terima.” Nenek Lucy mengajakku masuk ke dalam gudang.Mataku terbelalak saat melihat barang yang sedang aku cari. Komputer yang menyimpan gambar desain milik Elma.“Setelah kau menikah, George membuang seluruh barangmu. Kebetulan saat itu Nenek melihatnya. Nenek