PLAK!
Paman George tiba-tiba menamparku. Kepalaku mendadak pusing, Aku bingung dengan kenyataan yang berada di hadapanku saat ini. Pengakuan Lily dan tamparan dari Paman George. Belum sempat aku menanyakan apa salahku, Paman George menatapku dengan tajam sambil menunjuk mukaku."Anna, inikah balasanmu kepada kami?! Kami sudah berbaik hati menampungmu, tapi kau malah memberi kesusahan kepada kami!"Darah yang mengalir dari sudut bibirku terasa anyir. Aku berusaha menegakkan badanku lalu menatap balik Paman George. "Apa salahku?""Masih bertanya salahmu apa?! Kau menyuruh orang untuk menculik Lily dan berpura-pura menolong kami dengan menawarkan diri untuk menggantikan Lily di altar."Setelah itu, Paman George mengambil sapu lalu memukulku dengan keras sehingga aku jatuh ke lantai. Pukulan di punggungku rasanya sakit sekali. Seperti mati rasa, aku menahannya dan tidak ingin menangis.Aku tidak habis pikir, kemarin Paman George yang memintaku untuk menggantikan posisi Lily di altar pernikahan. Tapi sekarang kenapa mereka menuduhku, aku yang merencanakan penculikan? Drama apa ini? Aku yakin kejadian kemarin bukanlah ilusi. Bahkan kesucianku yang telah direnggut oleh David adalah nyata.Melihatku tidak menangis, Paman George semakin marah lalu ingin memukulku kembali."Cukup, kau ingin membunuhnya?" suara Bibi Amanda menghentikan gerakan tangan Paman George.Aku menoleh setelah bunyi sapu terdengar jatuh ke lantai."David sayang, maafkan kesalahan Anna. Dia hidup tanpa bimbingan orang tua. Kita harus memakluminya jika dia punya pikiran iri dan berusaha memisahkan kita." Kata-kata Lily terdengar memberikan dukungan simpati padaku. Padahal secara tidak langsung dia menuduhku bahwa aku bersalah dengan kesalahan yang mereka tuduhkan padaku.Aku melirik wajah Lily dan kulihat sudut bibirnya tersenyum mengejekku. Tangannya bergelayut manja di lengan David, suami sahku yang kemarin menikahiku secara resmi di mata hukum agama.Aku beralih melirik David, samar-samar aku melihat ada penyesalan di dalam matanya. Namun itu sekilas saja, setelah itu berganti dengan tatapan dingin yang seakan menusukku."Cukup, kita bicarakan saja nanti." David meninggalkan kami diikuti Lily menuju ke ruang tamu."Kita belum selesai, setelah David pulang. Aku akan memberimu pelajaran!" Paman George mengancamku lalu menarik tangan Bibi Amanda menyusul David dan Lily ke ruang tamu.Dari jauh aku melihat David dan Lily duduk berdekatan dengan tangan kedua saling bertaut. Inilah gambaran pasangan yang sebenarnya. Hangat dan penuh cinta. Tidak seperti hubunganku dan David.Aku hanya anak yatim piatu, sudah terbiasa hidup sendiri dan kesepian. Ejekan dan hinaan serta perundungan sudah menjadi makanan sehari-hariku. Namun kejadian ini sangat menyakiti batinku. Aku di sini korban, mereka membohongiku, menjebakku dan menuduhku. Melimpahkan kesalahan mereka padaku di mata David.Kebohongan Lily, pembelaan David dan rencana licik Paman George membuatku berpikir, kehadiranku seperti bayangan. Tidak bernilai dan tinggal di dalam kegelapan tanpa ada orang yang menginginkan kehadiranku.Aku hanya bisa menahan nyeri di punggungku, saat menaiki tangga, satu undakan bertambah pula kesakitan yang berada di tubuhku.Kurebahkan tubuhku yang terasa remuk di ranjang, mataku lelah selelah jiwaku. Air mataku akhirnya mengalir setelah kutahan beberapa menit yang lalu.Ingatanku melayang di saat aku bertemu David untuk pertama kalinya.Di pemakaman orang tuaku, saat diriku merasakan kesedihan terdalam. Aku seperti menemukan cahaya kehidupan di tengah redupnya hatiku. Saat itu aku melihat David tergeletak di jalan raya dalam keadaan pingsan dan kepalanya berlumur darah."Tolong selamatkan aku." David menatapku dengan penuh harap lalu pingsan.Saat itu, umurku masih delapan tahun. Tubuhku kurus dan kecil, aku bingung bagaimana cara untuk menolong David. Aku makin panik setelah melihat darah keluar dari kepalanya David. Aku berlari mencari pertolongan. Namun karena area pemakaman yang sepi dan hari semakin gelap menjadikan aku kesulitan menemukan seseorang.Air mataku mengalir, kesedihan kembali melingkupi ruang hatiku karena tidak berhasil mencari bantuan.Aku berusaha membawa tubuh David dengan gerobak kecil yang kebetulan ada di dekat tong sampah. Dengan sekuat tenaga aku menarik tubuh David, umur kami bertaut sekitar lima tahun jika kutebak. Tubuh tinggi David menjadikanku kesulitan untuk menaikkannya ke atas gerobak. Namun aku sangat khawatir, takut jika David juga menyusul kedua orang tuaku yang sudah berada di surga."Hei, bertahanlah." Kugoncang-goncangkan tubuh David agar dia terjaga. Tapi sepertinya darah yang keluar dari kepalanya semakin banyak.Aku semakin panik, dengan sekuat tenaga aku menarik tubuh David lalu memasukkannya ke gerobak. Setelah itu aku menarik gerobak itu dengan sekuat tenaga ke arah rumah sakit kecil di dekat pemakaman. Untung saja hari itu suasana cerah sehingga jalanan tidak licin.Dengan napas yang terengah dan peluh yang membasahi tubuhku. Akhirnya kami sampai di rumah sakit. Tanpa menurunkan tubuh David, aku berlari memanggil suster."Suster tolong saya, saya mohon." Aku menarik tangan salah satu suster yang berada di hadapanku."Pergi sana!" Suster itu menepis tanganku karena melihat penampilanku yang kotor dan penuh darah. Keadaan tubuhku yang kurus dan kecil membuat suster itu mengabadikan permohonanku, mungkin karena takut aku tidak bisa membayar biaya rumah sakit.Gagal meminta bantuan suster, aku tetap berusaha. Hingga aku bertemu dengan seorang dokter muda. Aku menangis, bersimpuh di hadapannya sambil memegang salah satu kakinya."Kak, tolong bantu saya." Aku meminta dengan sepenuh hati."Ada apa, Sayang?"Tidak kusangka, reaksinya berbeda dengan suster tadi. Dokter muda berkacamata itu tersenyum dan membimbingku untuk bangun."Teman saya kecelakaan, tolong selamatkan dia.""Oh ya, di mana temanmu berada?""Di sana," aku menarik tangan dokter muda itu ke arah halaman di mana gerobak kecil yang berisikan David berada."Astaga!" dokter muda itu terkejut lalu menggendong David."Siapkan meja operasi!" Dokter muda itu berteriak hingga para suster menoleh lalu tergopoh-gopoh mengerumuni dokter muda itu. Semenit kemudian, David dibawa masuk dan aku hanya bisa berdo'a kepada Tuhan agar David selamat.Tiga jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Aku melihat David terbaring di brankar, didorong keluar. Dan tiba-tiba saja segerombolan orang-orang berbaju hitam mengawalnya sehingga aku tidak bisa mendekatinya. Dokter muda itu dikerubungi banyak wartawan yang mewawancarainya. Dari televisi rumah sakit aku baru tahu jika David adalah pewaris tunggal dari keluarga konglomerat, keluarga Walles. Keluarga terkaya di Georgia.Aku menginap semalaman di rumah sakit karena ingin bertemu David, memastikan jika dia baik-baik saja. Rasa lapar di perutku tidak kuhiraukan. Karena rasa lelah, aku tertidur di bangku kosong di depan kamar rawatnya David.Keesokan harinya, aku melihat David didorong keluar dari kamar rawatnya, aku hanya bisa menatap tanpa bisa mendekatinya. Tidak kusangka, tiba-tiba brankarnya David berhenti lalu segerombolan orang itu menyingkir, memberi jalan padaku. Tangan David melambai padaku dan aku mendekatinya. Dia tersenyum padaku lalu menggenggam tanganku."Terima kasih, tunggu aku kembali. Aku pasti akan mencarimu."Setelah itu, David didorong ke mobil ambulans untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih elit.Janji dan senyum David kuingat sampai saat ini. Semuanya bagai mimpi, hingga kami bertemu lagi satu tahun yang lalu.Namun, mengapa David datang ke rumah Paman George untuk melamar Lily?Megapa dia tidak ingat dengan diriku?Tanpa kusadari, aku tertidur. Namun saat aku bangun, keadaan sudah gelap. Kepalaku berdenyut nyeri dan seluruh tubuhku terasa sakit. Paman George memukulku dengan membabi buta. Perutku sangat lapar dan kerongkonganku terasa kering. Aku terpaksa keluar dari kamar untuk membeli makanan. Bagaimanapun aku harus punya tenaga untuk menghadapi drama mereka. Ketidak adilan ini harus kulawan. Walaupun aku menumpang, aku mengeluarkan tenagaku untuk membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah setelah pulang kuliah. Kupelankan langkahku saat kudengar suara Lily. Kenapa dia tidak pulang ke rumah David? Bukankah David ingin bersama Lily setelah mendepakku ke rumah ini? "Kenapa masih menampungnya? Aku ingin menggunakan kamarnya sebagai tempat penyimpanan koleksi gaun mahalku." Suara Lily terdengar jelas karena pintu kamarnya tidak tertutup sepenuhnya. "Sabar, Sayang. Kita masih membutuhkannya." Bibi Amanda berusaha menenangkan Lily. Membutuhkannya? Maksud mereka, membutuhkanku? Tapi untuk apa
Suara bartender itu langsung terdiam. Aku bisa pastikan jika David menutup panggilan telepon itu tanpa mau mendengar maksud tujuan si penelpon."Hahaha," tawaku miris, "Mana mungkin dia mau datang ke mari, dia pasti sedang sibuk dengan Lily, kan?" Cukup lama aku berada di sana.Hanya saja, suara berat dari belakang membuatku terkejut."Di mana dia?"Itu suara David, dia datang untukku. Tapi ... mengapa? "Memalukan!" Aku mendengar David menggerutu. "Ya, aku memang memalukan." Mungkin karena aku mabuk, aku punya keberanian untuk membalas kata-kata David.Namun tiba-tiba saja tubuhku terasa melayang di udara. Ternyata David memanggulku di pundaknya."Bruk!" Tubuhku dilempar ke dalam mobil. Setelah itu David mendekatiku. Embusan napasnya menyapu wajahku. Wajah tampan itu adalah milikku. David telah menikahiku, kami suami istri. Bagaimanapun sikapnya tadi pagi, tidak membuatku bisa membencinya."Jangan berharap bisa memikatku, Ana." ucap David setelah memasang sabuk pengaman untukku. Ter
Aku dan Mary langsung membuka mulut lebar-lebar mendengar ucapan David. Istri nakal? Apa maksudnya ini? Bukankah David ingin bersama Lily dan ingin menceraikanku? Seharusnya ia bahagia karena aku tidak kembali ke rumahnya yang membuat drama atau menuntut harta gono-gini. Tapi sekarang kenapa ia datang menjemputku?"David Walles!" Mary berteriak lalu berdiri di hadapanku. Tubuh Mary yang tinggi seakan melindungiku dari David."Tidak akan kubiarkan kau menyakiti temanku. Suami macam apa kau yang telah membuat istrinya masuk rumah sakit? Selama lima hari ini kau pergi ke mana? Jangan sok perhatian di hadapanku. Itu tidak akan mempan untuk mengelabuhiku." Mary mendongakkan wajahnya, menantang David."Ini urusan rumah tangga kami, kau tidak berhak ikut campur. Bisnis perusahaan Walles saat ini sedang sibuk. Dan saya bekerja keras karena saya ingin memberi nafkah yang layak untuk istri saya.""Minggir, sebelum saya berbuat kasar," ucap David lagi. Kali ini, dia bahkan mendorong tubuh Mary
"Well, David laki-laki yang berkuasa. Jika dia ingin menyelidiki hidup kekasihnya, tidaklah aneh. Kenapa kau marah padaku?"Kulihat wajah Lily merah padam. Sepupuku itu berjalan cepat ke arahku lalu ia berteriak kesakitan."Arrgh! Kenapa kau melakukan ini Anna?" ucapnya mendadak."Lily, apa yang kau lakukan?" Aku terkejut saat Lily menabrak tubuhku lalu tangannya mengeluarkan banyak darah."Jangan kau pikir bisa merebut David dariku setelah membuka aibku," bisik Lily tersenyum sebelum menjatuhkan dirinya di hadapanku."Tolong, tolong, pembunuhan!"Aku kaget saat petugas kebersihan berteriak sambil menunjuk ke arahku.Jangan-jangan, dia mengira aku yang berusaha membunuh Lily?"Tolong, ada pembunuhan." Wanita berseragam petugas kebersihan itu menjerit lebih kencang sehingga menjadi pusat perhatian banyak orang.Tiba-tiba saja banyak orang mengelilingiku dan menatapku dengan tatapan benci."Aku tidak bersalah. Dia melukai dirinya sendiri lalu berpura-pura." Aku mencoba membela diri."Aku
Saat kubangun, aku sudah berada di sebuah rumah sakit. Dilihat dari desain interior yang mewah, aku memastikan jika rumah sakit ini adalah rumah sakit bonafit. Tapi, bukankah aku berada di dalam penjara dan David sangat marah padaku. Jangan-jangan … tapi rasanya tidak mungkin jika laki-laki yang berstatus sebagai suamiku itu yang telah membawaku ke sini. Walaupun aku berharap demikian."Suster, ini rumah sakit apa?" Aku bertanya kepada seorang suster jaga yang tiba-tiba datang memeriksa tekanan darahku."Rumah sakit Wales, Nona."Hah, apa? Kenapa di sini? Jadi mungkinkah David yang membawaku ke sini? Aku mulai sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan telah terjadi."Mm, Suster. Kalau boleh tahu, siapakah yang membawaku ke sini?"Suster itu mencatat tekanan darahku lalu menoleh padaku. "Tuan Wales yang membawa Anda ke mari, Nona.""Maksud Suster, David Wales. David Wales dari keluarga Wales?" Aku ingin memastikan agar aku tidak salah paham."Benar, Nona. Tuan David Wales, pew
Setelah aku keluar dari rumah sakit, nenek Lucy membawaku pulang ke rumahnya. Ia beralasan jika tidak tega membiarkanku hidup di luar sana karena baru saja mengalami dehidrasi.Aku pun setuju dengan ajakan nenek Lucy karena aku memang merindukan seseorang yang masih keluargaku untuk berada disampingku di saat aku merasa kesepian.Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama setelah kedatangan Paman George dan Bibi Amanda. Mereka tiba-tiba datang ke rumah nenek Lucy karena ingin menggagalkan niat nenek Lucy untuk menagih janji kepada kakeknya David soal perjodohan antara kedua keluarga.“Kalian ada apa lagi datang ke sini?” tanya nenek Lucy tidak senang.“Bi, dengarkan aku dulu tentang perjodohan antara Ana dan David. Itu tidak boleh dilaksanakan karena mereka tidak saling mencintai. Lagipula Ana tidak mempunyai kelakuan yang cukup baik. Apakah Bibi tidak takut jika Ana mempermalukan keluarga kita setelah menjadi menantu sah dari keluarga Wales?” ucapan paman George berapi-api.“Benar, B
Setelah dua hari di rumah nenek Lucy. Aku pun kembali beraktivitas seperti biasa. Aku mulai mengerjakan tugas-tugasku di sebuah perusahaan desainer interior yang sudah beberapa minggu ini aku jalani.Seperti biasa setelah selesai melakukan tugasku. Aku pergi ke sebuah tempat makan untuk mengisi perutku yang lapar. Namun aku terkejut saat seseorang membekap mulutku dari belakang lalu menyeretku naik ke dalam mobil. Ketika aku ingin berusaha melepaskan diri dari orang tersebut, tiba-tiba saja sebuah suara yang sangat aku kenal berbicara.“Begini caranya menjadi seorang istri yang bertanggung jawab?”“David, apa yang sedang kau lakukan?”David menatapku dengan tajam. Mata hitamnya bertambah gelap saat menatapku.“David, kau memanggil suamimu hanya dengan panggilan nama?” Kali ini David menggeram setelah mengatakan hal itu.“David, sebenarnya apa yang kau mau?”“Jangan berpura-pura. Kau pasti tahu apa yang aku mau.” David menekan tubuhku ke bawah lalu mengatakan; “seharusnya kau panggil ak
Setelah pengesahan pernikahan kami di departemen pernikahan negara aku langsung menghubungi Marry dan kebetulan teman baikku itu juga dalam keadaan bebas tanpa tugas dari pekerjaannya.“Jadi kau dan David sudah mengesahkan pernikahan kalian?” tanya Marry dengan antusias.“Ya, kami baru saja mengesahkannya.” jawabku singkat.“Kenapa nada suaramu terdengar tidak bahagia begitu, Ana?”“Aku tidak yakin dengan keputusan ini. Kau tahu kan jika perasaan David masih sama. Dia hanya mencintai Lily. Sedikit pun tidak ada aku di hatinya.”“Well, lupakan dulu masalah itu. Malam ini kita bersenang-senang dulu. Ayo aku traktir makan sepuasnya. Bagaimanapun, untuk melawan David dan Lily, kau butuh energi yang cukup.” Mary ingin menghiburku.“Benar, life must go on. Aku harus kenyang sebelum menghadapi drama mereka yang sering datang tiba-tiba.”“Ayo,” ajak Mary sambil menggenggam tanganku.Kami pun masuk ke restoran ‘all you can eat.’ Marry bilang jika dirinya mempunyai kartu diskon dua puluh persen