Share

8. Penolakan Krisna

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-10-11 23:53:41

Baik Gayatri maupun Nindy, keduanya terdiam sejenak dan memandang Radha dengan tatapan penuh keterkejutan yang berubah menjadi ketidakpercayaan. Nindy, yang berada di sebelahnya, menggigit bibir bawahnya, tampak gelisah mendengar ucapan Radha yang begitu tegas.

“Apa maksudmu?” Gayatri akhirnya membuka suara dengan nada dingin. “Cucu pengganti Krisna?”

Radha mengangguk pelan, tetapi tetap mempertahankan ketenangan di wajahnya. “Kakek Felix tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin memastikan masa depan keluarga Harlingga tetap terjaga, dan baginya, cucu dari garis keturunan langsung adalah solusi terbaik.”

Kepala Gayatri menggeleng lemah. "Tidak. Ini... ini pasti tipuanmu," suara Gayatri bergetar, namun berusaha tetap terdengar keras. "Kau pasti telah menjebak putraku dengan menghasut Kakek Felix agar beliau marah besar dan menjatuhkan hukuman seperti itu!”

Radha menatap Gayatri dengan senyum pahit yang tak kunjung hilang dari bibirnya. "Bahkan kali ini pun, saat semuanya jelas-jelas bukan rencanaku, Mama masih tetap menuduhku."

Nindy yang sejak tadi hanya terdiam, akhirnya ikut berbicara. Suaranya begitu lantang, sarat kebencian. "Kau memang wanita yang sangat licik, Radha! Sudah aku duga kalau kau pasti akan merencanakan sesuatu yang sangat jahat pada keluargaku! Wanita tidak tahu malu!”

Radha hanya tersenyum tipis mendengar setiap tuduhan yang dilontarkan kepadanya. Ia tidak berniat lagi membela diri, apalagi meyakinkan mereka berdua. Baginya, ini sudah terlalu jauh. Semua kata-kata kasar yang keluar dari bibir Gayatri dan Nindy, hanyalah bukti betapa mereka tidak pernah mau memandangnya sebagai bagian dari keluarga ini.

“Aku tidak pernah ingin menyakiti siapa pun, tapi keputusan yang dibuat Kakek Felix di luar kendaliku. Karena itu aku—”

Namun, belum sempat Radha menyelesaikan kalimatnya, Gayatri sudah memotongnya dengan marah. "Diam!" emosinya semakin memuncak. “Kau pikir aku akan diam saja melihat nasib putraku dihancurkan olehmu? Tidak akan pernah!”

Gayatri lalu maju dengan amarah menggelegak, berniat menjambak rambut Radha yang hanya berdiri diam di hadapannya. Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh Radha, sebuah suara tegas menghentikannya.

"Berhenti, Ma!" Krisna datang tiba-tiba, suaranya penuh ketegasan. Langkahnya cepat, langsung menghalangi Gayatri yang hampir melukai Radha. "Cukup!"

Gayatri terkejut. Dia menatap putranya yang saat ini sedang berdiri di antara dirinya dan Radha. "Krisna!" suaranya berubah, menjadi lebih pelan dan penuh emosi. "Kau harus mendengar apa yang dikatakan wanita licik ini barusan! Dia secara terang-terangan telah menjebakmu! Cepat lakukan sesuatu, Nak! Kau tidak bisa membiarkan wanita ini terus merusak dan menghancurkan hidupmu!”

Nindy ikut maju, nadanya penuh kepanikan. "Apa yang dikatakan mama itu benar, Krisna. Lakukan sesuatu. Dan katakan padaku kalau berita ini tidaklah benar! Katakan kalau Radha berbohong. Kau tidak akan kehilangan semuanya hanya karena wanita ini, bukan?"

Krisna tidak langsung merespons kedua wanita itu. Ia hanya diam, menatap Radha dengan ekspresi yang sulit ditebak. Dari balik jasnya, ia mengeluarkan amplop cokelat yang diserahkan Radha padanya semalam, lalu melambaikannya di depan wajah Radha.

"Bisakah kau jelaskan tentang ini, Radha?" tanyanya dengan nada datar, namun ada kemarahan tersembunyi di baliknya. "Apa ini juga bagian dari rencanamu?"

Radha menatap amplop itu sejenak, lalu menjawab dengan tenang, "Itu adalah jalan keluar satu-satunya dari permasalahan kita, Krisna."

Krisna menyipitkan mata, tidak puas dengan jawabannya. "Dengan memberiku ini?” sungutnya, kesal. “Jangan main-main denganku, Radha!”

"Aku tidak main-main, Krisna." Suara Radha tetap tenang, meskipun dalam hatinya ada ribuan rasa sakit yang dia coba tahan. "Aku sudah memikirkannya sejak lama. Aku ingin kita bercerai."

Suasana seketika berubah hening. Gayatri dan Nindy saling berpandangan, terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Sejenak, kebencian mereka pada Radha berubah menjadi rasa senang. Harapan mereka selama ini sepertinya mulai terwujud. Namun, harapan itu seketika pupus saat Krisna membanting amplop cokelat itu ke lantai, dengan raut wajah penuh kemarahan.

"Tidak!" Krisna berkata dengan tegas, suaranya meninggi. "Kau tidak akan pernah bercerai dariku, Radha."

Radha menelan ludah. Dia tahu ini tidak akan mudah, tetapi dia tidak menduga bahwa Krisna akan menolak dengan cara seperti ini. "Krisna," katanya pelan, mencoba menenangkan situasi, "Kita berdua sama-sama tahu, bahwa pernikahan ini hanya akan menyakiti satu sama lain. Kau tidak pernah menganggapku sebagai istrimu. Lalu untuk apa lagi diteruskan?"

"Omong kosong!" Krisna memotongnya, matanya berkilat dengan kemarahan. "Aku tetap tidak akan pernah melepaskanmu, Radha. Tidak setelah kau menghancurkan hidupku! Kau pikir kau bisa kabur begitu saja? Jangan mimpi!"

Gayatri yang tadi berharap Krisna akan setuju, sekarang tampak kecewa dan frustasi. Dia menatap putranya dengan pandangan tidak percaya. "Krisna, kenapa kau...?" tanyanya dengan suara serak. "Kenapa kau masih mempertahankan wanita seperti dia? Tidak bisakah kau melihat apa yang telah dia lakukan padamu?!"

Nindy, yang juga kecewa, mulai menangis pelan, namun air mata itu hanya menambah kebencian yang dia rasakan pada Radha. "Krisna ... kenapa?"

Radha merasa makin tenggelam dalam pusaran konflik ini. Dia ingin sekali pergi sejauh mungkin dari semua kekacauan ini. Namun, Krisna tidak akan melepaskannya semudah itu.

Krisna maju selangkah, menghadapkan wajahnya pada Radha. "Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan setelah ini, Radha. " Lanjutnya, suaranya merendah namun penuh ancaman, "Atau apa yang kau rencanakan di belakangku. Tapi aku akan memastikan kau tetap menjadi istriku, dan kau tidak akan pernah mendapatkan kebebasan yang kau inginkan."

Keduanya saling menatap dalam keheningan yang menyakitkan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti ribuan tahun.

"Kalau begitu, kita lihat saja, Krisna. Sejauh mana kau bisa mempertahankan sesuatu yang sejak awal tidak memiliki arti bagi kita berdua. Khususnya dirimu."

Krisna memandangnya tajam, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda di matanya. Sesuatu yang sulit diartikan. Sebelum Krisna sempat membalas perkataan Radha, suara ponsel berdering memecah ketegangan di antara mereka. Krisna merogoh sakunya, melihat nama di layar, lalu menutup telepon itu tanpa menjawab.

"Ada apa, Krisna?" tanya Gayatri, suaranya bergetar lagi dengan kemarahan yang tertahan. "Apa lagi yang kau tunggu? Cepat ceraikan dia!"

Krisna tak menjawab desakan ibunya. Manik elangnya hanya menatap kosong amplop yang berserakan di lantai, lalu berbalik tanpa berkata apa-apa. Gayatri dan Nindy seketika terdiam bercampur perasaan bingung. Sementara Radha tetap berdiri dengan tegap di posisinya, menatap punggung Krisna yang perlahan menjauh.

"Apa yang akan kau lakukan, Krisna?" tanya Radha akhirnya, suaranya pelan namun penuh dengan emosi yang tertahan.

Krisna berhenti, namun tidak menoleh. Suaranya terdengar begitu berat seakan tengah bergulat di antara emosinya dan keputusan sulit yang harus diambilnya.

"Semua yang kau inginkan, Radha," jawabnya pelan, nyaris seperti bisikan. "Kau akan menyesal."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status