Beranda / Rumah Tangga / Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku / Diakah yang Membuatmu Berubah?

Share

Diakah yang Membuatmu Berubah?

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 15:47:36

Mata Clarissa sedikit menyipit lalu senyum di bibirnya melebar tipis, seolah sedang menimbang sesuatu yang hanya ia ketahui.

"Oh … istri," gumamnya pelan, namun cukup jelas untuk sampai ke telinga Anne.

Nada bicaranya seperti gula yang dibubuhi racun—manis di permukaan, tapi menyisakan perih di dada.

"Senang bertemu dengan Anda, Anne," lanjut Clarissa sambil mengulurkan tangannya pada Anne. "Samuel tidak pernah bercerita bahwa dia memiliki istri secantik ini."

Anne tersenyum sopan karena berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menyusup di balik kulitnya.

Jabatannya singkat, tapi Anne bisa merasakan sesuatu dalam genggaman itu—bukan sekadar formalitas, melainkan semacam pengukuran kekuatan.

"Terima kasih," jawab Anne dengan singkat.

Samuel berdiri di antara keduanya, jelas ingin mengalihkan arah pembicaraan. "Clarissa, bagaimana kabar—"

Namun Clarissa memotong dan melangkah setengah inci lebih dekat, hingga aroma parfum mewahnya menguar di udara di antara mereka.

"Kita sempat bertemu di pertemuan investor dua tahun lalu, ingat?" tanyanya dengan suara lembut yang menyerupai bisikan di telinga.

Samuel hanya mengangguk singkat. "Ya, aku ingat."

Anne merasa jemarinya yang memeluk lengan Samuel otomatis mengencang. Hatinya berdesir aneh ketika melihatnya.

Ia tidak pernah mendengar cerita tentang pertemuan itu. Dua tahun lalu, bukankah saat itu Samuel jarang pulang dan selalu sibuk di luar kota?

Clarissa menunduk sebentar dan mengelus kepala anak kecil yang digendong seorang wanita di dekat mereka, lalu kembali menatap Samuel.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi di sini dengan kondisi yang berbeda."

Kata-kata itu bagai benang tipis yang mengikat sesuatu di masa lalu. Anne tak paham seluruh maknanya, tapi nalurinya langsung merasakan bahaya.

Tiba-tiba dari arah meja utama, seorang rekan bisnis memanggil Samuel. "Samuel, kemari sebentar!"

Samuel memandang Anne sebentar  “Aku ke sana sebentar," katanya lalu melangkah pergi tanpa sempat menoleh lagi.

Kini Anne berdiri berhadapan langsung dengan Clarissa. Pandangan wanita itu bergerak perlahan dari ujung kepala Anne hingga ke ujung kakinya, seperti sedang menilai sebuah barang koleksi.

"Kau beruntung, Anne," ujar Clarissa dengan suara santainya. "Tidak semua wanita bisa membuat pria seperti Samuel menetap di hidupnya. Dan kau? Jadi istrinya. Hebat!”

Anne menelan ludah saat mendengarnya. "Aku tidak percaya pada keberuntungan, Nona Clarissa. Hubungan itu dibangun, bukan sekadar dimiliki."

Ada jeda singkat saat Anne berbicara, kilatan di mata Clarissa seperti cahaya pisau sebelum menusuk.

Senyumnya semakin tipis lalu menatap datar wajah Anne. "Kita lihat saja nanti."

Anne tidak menjawab. Dia hanya menghela napas dan menatap ke arah Samuel yang sedang berbincang serius dengan rekan-rekannya.

Namun tatapan itu berubah menjadi pertanyaan besar. Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka?

Pesta berlanjut, tapi hati Anne tak pernah kembali tenang.

Samuel sesekali menghampiri, menggandengnya, namun setiap kali Clarissa melintas di antara kerumunan, tatapan wanita itu selalu mencari Samuel—dan Samuel … tidak menghindar.

**

Mobil melaju pelan di jalanan kota yang mulai sepi. Anne dan Samuel telah pulang dari pesta semalam.

Anne duduk di kursi penumpang dan menatap keluar jendela tanpa suara. Sementara Samuel memegang kemudi dan matanya lurus ke depan.

"Ada yang mengganggumu?" tanyanya dengan tiba-tiba.

Anne berpaling perlahan. "Haruskah aku bilang tidak, sementara aku jelas melihat sesuatu malam ini?"

Samuel menghela napas berat. "Kalau ini tentang Clarissa—"

"Ya, memang tentang dia," potong Anne cepat. "Kau mengenalnya, Samuel. Lebih dari sekadar kenal, sepertinya."

Samuel menatapnya sekilas lalu kembali fokus ke jalan. "Aku pernah bekerja sama dengannya di proyek lama. Itu saja."

Anne mengerutkan kening. "Itu saja? Lalu kenapa caranya menatapmu seperti … seperti dia pernah memiliki sesuatu darimu?"

Samuel tidak menjawab ucapan Anne tadi dan itu membuat dada Anne semakin sesak. Keheningan pun tiba. Hanya suara mesin mobil yang terdengar.

“Bahkan kau tidak mau menjawab pertanyaan yang menurutku sangat penting demi keberlangsungan rumah tangga kita.”

Dan lagi, Samuel hanya diam. Bahkan menatapnya saja tidak. Terus melajukan mobilnya tanpa ada suara sedikit pun.

**

Begitu sampai di rumah, Samuel langsung masuk ke ruang kerjanya.

Sementara Anne berdiri di ambang pintu kamar, menatap punggung suaminya yang menjauh tanpa sedikit pun berusaha menenangkan hatinya.

Ia duduk di tepi ranjang, melepas gaunnya dengan gerakan lambat. Bayangan senyum Clarissa terus menghantui pikirannya.

"Kita lihat saja nanti."

Kata-kata itu terngiang, seakan sebuah ancaman yang dibungkus manis.

Anne mengusap wajahnya dengan pelan. Semua usahanya beberapa minggu terakhir—menyiapkan makan malam, mempercantik diri, mencoba meraih kembali perhatian Samuel—tiba-tiba terasa sia-sia.

Kini, ada orang lain yang mungkin bisa merebutnya dalam sekejap. “Apakah perubahan sikapmu ini padaku karena dia, Samuel?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Diakah yang Membuatmu Berubah?

    Mata Clarissa sedikit menyipit lalu senyum di bibirnya melebar tipis, seolah sedang menimbang sesuatu yang hanya ia ketahui."Oh … istri," gumamnya pelan, namun cukup jelas untuk sampai ke telinga Anne.Nada bicaranya seperti gula yang dibubuhi racun—manis di permukaan, tapi menyisakan perih di dada."Senang bertemu dengan Anda, Anne," lanjut Clarissa sambil mengulurkan tangannya pada Anne. "Samuel tidak pernah bercerita bahwa dia memiliki istri secantik ini."Anne tersenyum sopan karena berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menyusup di balik kulitnya.Jabatannya singkat, tapi Anne bisa merasakan sesuatu dalam genggaman itu—bukan sekadar formalitas, melainkan semacam pengukuran kekuatan."Terima kasih," jawab Anne dengan singkat.Samuel berdiri di antara keduanya, jelas ingin mengalihkan arah pembicaraan. "Clarissa, bagaimana kabar—"Namun Clarissa memotong dan melangkah setengah inci lebih dekat, hingga aroma parfum mewahnya menguar di udara di antara mereka."Kita sempat be

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Dia Istriku!

    “Untukmu, Samuel. Hanya untukmu. Aku tidak pernah berniat menggoda pria lain selain suamiku sendiri,” lirih Anne seraya menahan diri untuk tidak menangis di hadapan suaminya itu.Namun, tatapan mata Samuel yang begitu tajam membuat Anne tidak bisa lagi menahan diri. Baru saja tangannya hendak menyentuh dada Samuel, pria itu langsung menolaknya."Sudahlah, lupakan saja semua ini. Aku terlalu lelah dan capek malam ini, jangan ganggu dengan hal yang tidak penting!"Usai berkata, Samuel pun melangkah meninggalkan Anne tanpa ada rasa bersalah setelah apa yang dia lakukan pada istrinya itu.Anne mendengus menyaksikan semua usahanya yang menemui kegagalan lagi dan lagi.Akhirnya wanita itu berjalan menuju meja makan untuk menikmati semua hidangan yang dia siapkan sejak sore sepulang dari salon.Tatapannya nanar melihat pada satu per satu mangkuk berisi sayur favorit suaminya itu.Bibirnya mengulas senyum getir mengingat semua usahanya akhir-akhir ini. Sungguh dia merasa begitu bodoh menghara

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Dituduh Menggoda Pria Lain

    Sarapan pagi itu begitu membekas di hati Anne, hingga membuat wanita itu makin terluka akan sikap Samuel akhir-akhir ini. Kepergian Samuel ke kantor tanpa suara juga menambah luka di hati wanita itu.Anne berjalan menuju ke jendela, menatap kepergian suaminya dalam diam. Ia hanya berani melihat dari balik tirai tanpa keluar dan mengucap selamat jalan seperti jauh sebelumnya."Apa yang membuatmu berubah sejauh ini, Samuel? Aku hanya ingin kehangatan dan kasihmu seperti dulu," gumam Anne, lalu ia berjalan berbalik arah kembali ke meja makan.Semua menu pagi ini ludes tanpa sisa, hal ini sedikit mengobati sesak di dada Anne beberapa hari lalu. Anne segera membereskan alat makan yang kotor dan membawanya ke dapur untuk dicuci.Setelah semua kembali bersih, Anne berjalan masuk ke kamar lalu duduk di depan cermin meja rias miliknya.Pandangannya tertuju pada deretan make up yang jarang dia gunakan. Bibirnya melengkung seakan sebuah ide muncul di otak kecilnya."Apa aku harus berhias diri se

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Seperti Bicara dengan Tembok

    Setelah malam penuh luka, Anne terbangun dengan semangat baru. Wanita itu seakan tidak pernah lelah untuk mendapatkan perhatian dari suaminya.Apa pun akan dia usahakan agar sikap suaminya berubah seperti dulu, hangat dan penuh kasih sayang.Seperti pagi sebelumnya, Anne kembali menyiapkan sarapan untuk Samuel sebelum pria itu berangkat kerja.Bahkan kali ini menu yang disajikan terlihat mewah dan spesial. Semua Anne lakukan hanya untuk membuat Samuel kembali padanya."Selamat pagi, Sayang." Bahkan panggilan sayang pun diucapkan Anne untuk memancing selera makan suaminya, tetapi wajah datar itu masih muncul di sana.Samuel berjalan menuju ke meja makan tanpa bersuara, tetapi tatapannya pada menu pagi itu terlihat sedikit bercahaya.Hal ini membuat Anne mengulum senyum, hatinya bergetar saat menangkap sinar minat di mata suaminya."Duduklah, akan aku siapkan sarapan untukmu," kata Anne dengan lembut.Wanita itu bergerak dengan cekatan dan terampil dalam menyiapkan sarapan, sepanjang ke

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Harapan Besar Anne

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi saat mentari hangat menyapa kulit lengan Anne yang sedikit tersingkap membuat wanita itu terbangun.Pertama yang dilihat adalah sisi kanannya yang biasa digunakan Samuel. Tempat itu kosong, dan membuatnya tersenyum kecut.Sejak pulang dari pesta itu, suaminya sama sekali tidak menyentuhnya bahkan untuk bersuara pun tidak ada. Anne mendengus lirih, lalu ia bangkit dan memaksa kakinya melangkah menuju ke kamar mandi.Beberapa saat setelah merasa tubuhnya segar, ia pun keluar dari kamar. Suasana rumah pagi hari terlihat rapi bahkan cenderung sepi tanpa aktivitas.Anne langsung berjalan menuju ke dapur tempat biasa ia menghabiskan waktu untuk membuang rasa sepi yang sering melanda beberapa bulan terakhir ini."Sebenarnya apa yang kau inginkan dengan pernikahan ini, Anne?""Suami yang gila kerja atau memang sudah menginginkan kehadiranmu?"Kedua lengan Anne terus bergerak meskipun bibirnya berbicara sendiri. Pikirannya pun ikut berkelana mencari sesuat

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Hinaan dari Ibu Mertua

    Lain hari, di sore yang cerah Anne duduk sendiri di teras rumah. Ia masih memikirkan hal yang membuat suaminya bersikap dingin.Mencari kesalahan apa yang dia perbuat hingga Samuel semakin dingin dan datar bahkan cenderung lebih banyak menghindar darinya. Suara dering ponsel miliknya yang berada di meja samping ia duduk telah menyadarkan dari lamunan itu.Perlahan diangkat panggilan dari Samuel, "Iya, ada apa, Samuel?"Untuk beberapa saat Anne terdiam, mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya, ia pun mengangguk tanda mengerti dengan informasi yang diterima telinganya."Baiklah, aku akan bersiap sebelum kau datang," jawab Anne."Tidak perlu, kau langsung saja berangkat sendiri dari rumah. Aku harus mampir dulu untuk membeli kado untuk Mama." Suara Samuel masih terdengar datar dan tegas saat memberi perintah pada istrinya.Anne menghela napas panjang, dia sebenarnya tidak lupa dengan hari itu yang bertepatan hari ulang tahun ibu mertuanya.Namun, seperti tahun sebelumnya, dia selal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status