Home / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 4. menjalankan Rencana part 2

Share

Bab 4. menjalankan Rencana part 2

Author: Tri Setyorini
last update Last Updated: 2025-02-07 07:30:04

Nara menemui Nenek dan Reno yang ada di luar kamar Jaden. Nenek dapat melihat wajah Nara yang sepertinya baru saja menangis.

Iya! Nara tadi sempat menitikkan air mata karena perlakuan Jaden di dalam kamar tadi.

"Nara, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Nenek Miranti dengan wajah khawatirnya.

"Nek, aku tidak apa-apa."

"Nona Nara, tadi aku sempat mendengar suara piring pecah. Apa Tuan Jaden sudah menyakitimu?" Gantian Reno yang wajahnya cemas.

"Tuan Muda Jaden tadi melempar piring makanannya saat aku menyuapinya."

"Sudah aku duga, dia memang sering sekali seperti itu saat para pelayan yang aku tunjuk untuk merawatnya sedang membawakan dia makanan."

Reno melihat warna merah pada kulit pipi Nara dan Reno tahu jika selain melempar piring makannya, bosnya itu juga menyakiti Nara.

"Apa Tuan Jaden juga menyakiti Nona Nara?" Telunjuk Reno menunjuk pada wajah Nara.

"Ya Tuhan! Cucuku benar-benar keterlaluan! Nara aku minta maaf karena cucuku sudah kasar sama kamu."

"Nenek tidak perlu khawatir. Oh ya, Nek, apa aku bisa bicara hal yang penting dengan Nenek?"

"Bicara hal yang penting apa, Nara?"

"Sebaiknya kita ke ruang tengah saja untuk membicarakan hal ini, Nek."

"Ya sudah, kita ke sana saja."

Nenek Miranti dan Reno serta Nara sekarang menuju ke ruang tengah, dan di sana Nara meminta izin pada Nenek Miranti untuk membawa Jaden keluar dari rumah.

"Nara, maksud kamu apa dengan ingin membawa cucuku pergi dari sini? Dan lagi pula, Jaden juga pasti tidak akan mau."

"Sebelumnya aku minta maaf jika terpaksa membuat rencana ini. Aku melihat Tuan Muda Jaden tidak akan bisa kembali menjadi dirinya yang dulu jika terus tinggal di sini, dan tadi aku melihat ada foto seorang wanita di kamarnya."

"Pasti Tuan Jaden masih terus teringat dengan Nona Kalista," sahut Reno.

"Kalista itu tunangan Jaden, Nara, tapi dia meninggalkan Jaden saat mengetahui cucuku tidak akan bisa berjalan lagi. Cucuku sangat mencintai wanita itu karena dia teman Jaden dari mereka kecil dulu."

"Tega sekali dia meninggal pria yang sangat mencintainya hanya karena tidak bisa berjalan," ucap Nara pelan.

"Kamu tidak tahu, jika Nona Kalista ini seorang model terkenal dan hidupnya semua harus berjalan dengan sangat sempurna. Dia pasti malu jika diketahui menikah dengan pria lumpuh. Oleh karena itu, dia meninggalkan Tuan Jaden," terang Reno.

Nara tampak terdiam sejenak. "Nenek, aku tahu jika kita baru saja mengenal, tapi aku berharap Nenek percaya padaku. Aku ingin membawa Tuan Muda Jaden pindah dari sini ke suatu tempat yang susananya lebih tenang dan tidak terlalu banyak orang. Di sana aku akan menjaga dan merawatnya."

"Kenapa harus seperti itu, Nara?"

"Nek, di sini dia masih menganggap jika dirinya masih bisa berkuasa, meskipun duduk di kursi roda, tapi jika hanya ada di dan pelayannya ini, dia akan paham jika dia tidak bisa berbuat seenaknya sendiri."

Nenek Miranti tampak terdiam, nenek mencoba memikirkan apa yang Nara inginkan. "Bagaimana ini, Ren?" Wanita tua itu melihat ke arah Reno sekarang.

"Sepertinya usul Nona Nara bagus, dan apa salahnya kita coba, Nek? Bukannya selama ini nenek tahu sendiri tuan muda bagaimana sikapnya pada orang-orang di sini? Nyonya Alexa dan Tuan Muda Andrew saja sampai tidak betah juga di sini karena sikap tuan Jaden."

"Nek, nanti aku juga yang akan mengantar Tuan Muda Jaden jika tiba waktu untuk kontrolnya."

"Nona Nara bisa mengemudi?"

"Tentu saja aku bisa, Ren."

"Wow! Ternyata Nona Nara itu serba bisa dan benar-benar mengejutkan," puji Reno

Nara hanya tersenyum kecil menanggapi pujian Reno. "Nenek, bagaimana dengan rencana yang aku katakan pada Nenek?" Nara memegang tangan wanita tua itu yang terasa dingin.

Nenek Miranti jelas saja bingung mengambil keputusan karena selama ini Jaden tinggal di sana dengannya.

"Nenek percayalah padaku, aku akan melakukan yang terbaik untuk tuan muda. Tuan Muda Jaden harus bisa sembuh dari sakit yang tidak hanya pada kakinya, tapi juga pada hatinya."

"Nara, jujur saja aku melihat ketulusan di mata kamu terhadap cucuku. Baiklah, aku akan mengizinkan kamu membawa cucuku."

"Nona Nara sudah memiliki rencana akan dibawa ke mana tuan Jaden?" ucap Reno.

"Aku mungkin akan menyewa sebuah villa yang sederhana di daerah yang agak jauh dari perkotaan, agar tuan muda mendapatkan suasana yang lebih tenang dan nyaman."

"Kenapa harus menyewa? Nenek, bukannya ada rumah peninggalan kedua orang tua Tuan Jaden dan letaknya di sebuah tempat yang agak terpencil, tapi di sana pemandangan sangat indah."

"Rumah kenangan yang putraku hadiahkan kepada mamanya Jaden maksud kamu, Ren?"

"Iya, Nek, bukannya rumah itu tidak ditempati siapapun, tapi Nenek tetap menyuruh orang untuk menjaga dan merawatnya agar tetap bersih."

"Iya, rumah kenangan itu sangat disukai oleh mendiang menantuku—Mamanya Jaden, dan itu adalah kado terindah yang pernah mendiang menantuku ucapnya.

"Kalau Nenek mengizinkan, aku akan membawa tuan muda ke sana saja."

"Baiklah! Aku akan menyuruh beberapa orang menyiapkan barang-barang keperluan selama kamu dan Jaden tinggal di sana."

"Terima kasih, Nek." Nara tersenyum senang mendengar rencananya berjalan lancar.

"Nek, rumah tinggal sudah beres, masalahnya sekarang bagaimana kita membawa Tuan Jaden keluar dari rumah ini dan mau pergi ke rumah kenangan?"

"Benar apa kata kamu, Ren. Cucuku sejak kejadian kecelakaan itu sama sekali tidak mau keluar, dia lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar. Lalu, bagaimana kita membawanya keluar?" Nenek Miranti melihat ke arah Nara.

"Dipaksa dengan cara apapun, Tuan Jaden tidak akan mau, dan yang ada dia nanti akan semakin marah. Apa kita bius saja Tuan Jaden saat dia tidur, lalu kita bawa dia pergi ke rumah kenangan." Reno malah terkekeh.

"Reno! Dia itu cucuku. Bos kamu, jangan berpikiran melakukan hal seperti itu pada cucuku!" Tangan nenek mencubit lengan Reno.

"Aduh! Iya, Nek, maaf."

Nara melihat ke arah nenek dan Reno. "Kita akan menggunakan apa yang Reno tadi usulkan, Nek. Kita bius saja tuan muda dan dengan begitu akan lebih mudah membawanya ke rumah kenangan," ucap Nara santai.

"Apa?" Nenek Miranti dan Reno tampak terkejut.

"Nara, kamu serius?" tanya Nenek meyakinkan.

"Serius, Nek. Kita akan masukkan obat tidur pada minuman tuan muda dan nanti saat dia bangun, dia sudah berada di rumah kenangan. Nenek tidak perlu khawatir jika nanti cucu Nenek itu marah. Perlahan-lahan aku akan membuat dia terbiasa tinggal di sana karena semua ini memang untuk kesembuhannya."

"Benar apa yang dikatakan oleh Nona Nara." Reno sekali lagi tersenyum senang.

Nenek Miranti hanya dapat menghela napasnya panjang. Dia benar-benar tidak percaya akan mengikuti apa yang Nara katakan karena saat ini yang dia pikirkan agar cucunya bisa kembali menjadi Jaden Luther yang dulu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 92 Kebahagiaan Mereka (Ending)

    Nara masih serius mendengarkan cerita dari Jaden tentang rencana Jaden memberi kejutan untuk Kalista dan Devon. Jaden juga bercerita jika dirinya tidak memperbolehkan Reno ataupun Nenek Miranti menghubungi Nara setelah acara itu. Jaden membutuhkan banyak waktu. Ada perasaan lega dan bahagia saat Nara mengetahui jika pria lumpuhnya yang kini sudah bisa berjalan itu tidak jadi menikah dengan Kalista. Nara tiba-tiba ditarik pinggangnya oleh Jaden dengan tangan yang masih bebas sampai wajah Nara sangat dekat dengan wajah pria itu. "Sekarang, apa kamu mau menikah denganku tidak?" "Apa? Aku?" Nara pun tentu saja tersentak kaget dengan pertanyaan dan gerakan Jaden yang tiba-tiba."Tentu saja, Nara! Aku ini ingin menjadi ayah sambung bagi Nio.""Em ...." Nara malah bingung sendiri. Nara bukannya bingung hanya saja dia masih benar-benar tidak percaya dengan semua ini."Kenapa kamu lelet sekali menjawabnya? Kalau orang bicara, kamu harus fokus mendengarnya!" omel Jaden.Kedua alis Nara malah

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 91 Kejutan Tak Diinginkan

    Devon berdiri di antara kerumunan orang-orang yang hadir di acara akad nikah Jaden Luther dan Kalista. Pria itu tampak tersenyum miring saat mengakhiri panggilan teleponnya dengan Kalista. "Dev, kenapa kamu bisa datang ke sini? Apa kau dan si lumpuh itu sudah berteman lagi?" tanya Andrew yang tiba-tiba menghampiri temannya itu. Andrew tetap bersikap seolah-olah dia tidak terlalu akrab dengan Devon."Iya, aku dan si lumpuh itu kembali berteman dan aku senang sekali karena aku nanti bisa dengan mudah menghancurkannya sekali lagi. Kakak tirimu itu benar-benar pria yang sangat bodoh," umpat Devon lirih."Dia tidak hanya bodoh, tapi juga lumpuh." Andrew pun tersenyum miring.Reno yang berdiri tidak jauh dari sana, tampak geram melihat dua orang yang sedang berbicara itu. Meskipun dia tidak mendengar apa yang sedang dikatakan oleh Devon dan Andrew. Namun, Reno tahu, pasti dua orang itu memiliki niat jahat pada Tuna Muda Jadennya, mengingat, Reno sangat tahu apa yang sudah Devon dan Andrew

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 90 Kamu Tetap Milikku

    Nara berjalan keluar menemui seseorang yang ingin bertemu dengannya. Saat berada di luar cafe. Tepatnya meja pelanggan yang ada di bagian halaman luar. Nara memindai pria yang berdiri tegap dengan membelakanginya. Kedua mata Nara tampak heran melihat penampilan pria yang saat ini mengenakan suit lengkap itu."Selamat pagi, maaf, apa Anda orang yang ingin bertemu dengan saya?" tanya Nara dengan sopan. "Ibu!" seru seseorang yang baru saja turun dari dalam mobil tepat di depan cafe miliki Nara."Nio? Kamu kenapa bisa ke sini? Ibu juga di sini?" Kedua mata Nara pun mendelik kaget. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat putranya dan ibunya di sini."Nio, jangan berlarian, Sayang!" pekik sang Nenek, tapi bocah tampan itu malah sudah menyambar pelukan di pinggang Nara.Nara yang masih berdiri di sana tampak tercengang, tapi tangannya membalas memeluk tubuh putranya. Bocah laki-laki itupun terlihat tidak melepaskan pelukannya. Dia seolah sangat bahagia bisa berada di tempat selain ruma

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 89 Jatuh Cinta Itu Tidak Mudah

    Sudah hampir sebulan Nara berada di Belanda. Dia sengaja pergi di saat pria yang sangat dia cintai memilih untuk memiliki masa depan dengan wanita lain. Sakit? Tentu saja sangat sakit, oleh karena itu Nara memutuskan untuk pergi ke Belanda. Setidaknya di sana dia bisa menghabiskan waktu dengan putra yang baginya sebagai obat akan kesedihan yang sedang dia alami. "Ibu, kenapa kemarin malam aku lihat Ibu menangis dia sudut sofa? Apa ada yang membuat Ibu sedih?" tanya polos Nio yang sekarang sedang disuapo oleh Nara. "Ibu tidak apa-apa, Nio. Mungkin Ibu hanya sedih karena lusa Ibu harus pulang. Ibu harus bekerja juga soalnya." Nara sebenarnya berbohong pada putranya itu. Dia teringat kembali akan kebersamaannya dengan Jaden. "Ibu, kata dokter Nio sudah lebih baik dan beberapa bulan lagi, Nio sudah dibolehkan pulang jika keadaan Nio semakin membaik. Kita bisa tinggal bersama." "Iya, Sayang. Nio nanti menurut pokoknya dengan semua ucapan yang dokter suruh agar keadaan Nio semakin memba

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 88 Ingin Bertemu Sekali Lagi

    Jaden yang sedang berada di dalam kantornya, tampak melihat beberapa berkas di tangannya. Dia terlihat sangat serius membaca setiap tulisan yang ada di sana. Tak lama pintu ruangannya di ketuk."Pak, ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap wanita dengan rambut sebahunya yang adalah sekretaris Jaden Luther.Pandangan Jaden seketika dialihkan pada pria yang baru saja memasuki ruangan itu. Pria dengan sorot mata nanar itu memandang Jaden Luther."Ada apa kau datang ke sini?" tanya Jaden dingin."Selamat, akhirnya kamu mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu, Tuan Jaden Luther," ujar pria itu datar."Kalista maksudmu?" jawab Jaden dingin."Iya, kau dan dia akan menikah bukan? Aku menghubunginya, tapi dia marah padaku dan mengatakan sebentar lagi dia akan menikah denganmu."Jaden mendorong kursi rodanya berjalan mendekat ke arah Devon yang berdiri tepat di depannya. "Tentu saja, dia akan menjadi milikku seperti seharusnya. Namun, aku sama sekali tidak merasa menang karena

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 87 Memilih Pergi

    Nenek Miranti sudah kembali ke rumahnya. Keadaan wanita tua itu sudah dinyatakan baik-baik saja. Nara sesuai janjinya akan pergi dan kembali pada kehidupannya seperti biasanya. Nenek dan Nara bisa bertemu hanya melalui telepon karena Jaden tidak ingin jika neneknya akan kenapa-napa karena terlalu dekat dengan wanita itu."Reno, bagaimana dengan persiapan hari pernikahannya?" tanya Jaden disela-sela makan malamnya bersama dengan para keluarganya.Reno yang berdiri di sana tampak melihat pada Nenek Miranti yang memperlihatkan wajah datarnya. Reno malas sebenarnya harus diminta mempersiapkan acara pernikahan Jaden dan Kalista. Dirinya seolah menjadi pengkhianat bagi Nara."Persiapannya sudah hampir seratus persen, Tuan Jaden.""Bagus kalau begitu." Wajah Jaden tampak puas."Apa kamu sudah benar-benar memikirkan masalah ini, Jaden?" tanya wanita tua itu lembut."Sudah, Nek. Aku ingin segera menikah dengan Kalista. Aku ingin menyelesaikan semuanya agar setelah ini kehidupanku jauh lebih te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status