Home / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 5. Sikap Buruk Yang Nara Terima

Share

Bab 5. Sikap Buruk Yang Nara Terima

Author: Tri Setyorini
last update Last Updated: 2025-02-07 07:39:06

Hari itu juga Nenek Miranti menyiapkan banyak sekali keperluan untuk dibawa ke rumah kenangan.

Nara malam ini juga tidur di rumah Jaden, dia meninggalkan rumah lamanya dengan membawa beberapa barang yang dia butuhkan.

Malam itu, Jaden yang terbangun dan ingin mengambil air minum, tapi dia melihat gelas airnya tidak ada isinya.

"Pelayan di sini benar-benar tidak bisa bekerja dengan benar. Sebaiknya aku berhentikan saja mereka semua," umpatnya kesal.

Jaden mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan meraih kursi rodanya, tapi yang ada dia malah terjatuh.

"Tuan Muda Jaden!" suara yang Jaden kenali tiba-tiba ada di dalam kamarnya.

Nara mencoba membantu, tapi pria itu terkejut melihat Nara ada di dalam kamarnya. Jaden malah mendorong tubuh Nara hingga Nara terjatuh dengan duduk dan tangannya menabrak pada kursi roda Jaden.

"Aduh!" Nara memegang sikutnya yang ternyata berdarah terkena tepi kursi roda Jaden.

"Kenapa kamu ada di sini?"

"Saya memang tinggal di sini sekarang, Tuan JL." Nara tetap bersikukuh membantu Jaden untuk duduk di atas tempat tidurnya.

"Apa?" Jaden tampak terkejut mendengar apa yang baru saja Nara katakan.

Nara akhirnya berhasil membuat Jaden duduk di atas tempat tidurnya. "Menjauh dariku!" Jaden sekali lagi mendorong tubuh Nara.

"Saya hanya mau membantu Tuan JL, kenapa tuan selalu marah-marah seperti ini? Semua yang terjadi dengan Tuan JL itu bukan salah semua orang yang ada di sini. Tuan tidak perlu membenci semua orang." Nara seolah mengeluarkan semua kekesalannya pada lelaki bernama Jaden Luther itu.

"Aku tidak butuh nasihatmu. Sebaiknya kamu pergi dari kamarku sekarang!" bentak Jaden marah.

Nara hanya berdiri diam menatap Jaden yang melihatnya dengan pandangan seolah ingin menelannya hidup-hidup saja.

"Saya ke sini karena lupa belum mengganti gelas minuman Tuan yang kosong." Nara meletakkan gelas berisi air di atas meja dekat tempat tidur.

"Aku tidak butuh bantuanmu!" Jaden malah menjatuhkan gelas yang dibawakan oleh Nara.

Nara seketika terkejut, tapi dia sekali lagi mencoba menarik napasnya. Dia menunduk untuk membereskan pecahan gelas yang diperbuat oleh Jaden, kemudian dia keluar dari kamar Jaden.

"Kenapa wanita itu sangat keras kepala dan membuatku ingin sekali membunuhnya?" Jaden mengepalkan tangannya erat.

Beberapa detik kemudian, pandangannya mengarah pada sesuatu yang nempel pada tangannya. "Ini apa? Darah? Apa ini darah pelayan tidak tahu diri itu?"

Tidak lama Nara masuk kembali ke dalam kamar Jaden, Nara memberikan segelas air putih untuk Jaden.

"Aku bisa mengambil minum sendiri."

"Tuan JL tidak perlu pergi ke dapur untuk mengambil air minum, sebaiknya simpan saja tenaga Tuan JL untuk besok melakukan terapi."

"Cih! Siapa yang mau melakukan terapi? Aku tidak akan melakukan hal yang tidak ada gunanya itu."

Nara duduk berjongkok di depan Jaden. "Ada, Tuan JL, kalau Tuan mau rutin melakukan terapi, saya yakin, satu persen yang dokter katakan itu akan ada hasilnya."

"Aku muak mendengar ucapan sok bijakmu."

"Terserah Tuan JL saja, aku akan terus mengatakan hal yang positif agar Tuan JL akhirnya bisa sadar jika ucapanku ada hasilnya. Sekarang Tuan minum dan tidur kembali."

Jaden pun menatap Nara datar sembari mengambil minuman dari tangan Nara.

Nara melihat Jaden meneguk minumannya sampai habis, tapi beberapa detik kemudian Nara sekali lagi mendapat perlakuan buruk dari Jaden.

Wajah Nara sekali lagi mendapat semburan dari air minum yang ada di mulut Jaden. Nara mencoba menahan tangisnya karena dia tidak mau terlihat lemah di mata pria arogan di depannya ini.

"Terima kasih atas minumannya." Jaden malah tersenyum devil."

Nara segera bangkit dan meletakkan gelasnya. Dia membantu Jaden mengangkat kedua kaki Jaden ke atas tempat tidur kemudian menyelimutinya.

"Selamat malam, Tuan JL." Nara kembali mengambil gelasnya dan keluar dari dalam kamar Jaden Luther.

Jaden yang melihat sikap tegar Nara seketika mengerutkan kedua alisnya. Dia benar-benar baru pertama kali ini bertemu pelayan seperti Nara.

Nara yang ternyata masih berdiri di sana, dia bersandar pada daun pintu kamar Jaden sembari menangis.

"Kamu yang sudah membuat pria itu seperti saat ini, Nara, jadi kamu harus kuat jika ingin membuat pria itu kembali menjadi Jaden Luther yang dulu," Nara mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Dia kemudian kembali ke kamarnya dan mencoba beristirahat karena besok mungkin akan menjadi hari yang berat untuknya.

Nara duduk di balkon kamarnya, dia mencoba melakukan panggilan video call dengan ibunya yang ada di rumah sakit.

"Nara, kamu kenapa belum tidur?"

"Aku merindukan Nio, Bu. Bagaimana keadaan Nio?"

"Hari ini dia bahagia bisa bermain dengan teman sebayanya yang baru saja menjadi pasien di sini."

"Oh ya? Jadi, ada pasien baru di sana?"

"Iya, dia seorang gadis kecil yang sangat cantik dan memiliki rambut keriting yang lucu, Nara. Ibu saja sampai gemas melihatnya."

"Syukurlah kalau Nio hari ini merasa bahagia. Apa tadi dia mencariku, Bu?"

"Sebenarnya, ibu tadi yang menawarkan akan menghubungimu agar Nio bisa bicara denganmu, tapi Nio sendiri yang tidak mau, katanya dia tidak mau menggangu pekerjaanmu."

"Dia memang pria kecilku yang sangat pengertian. Aku akan berusaha agar dia bisa sembuh dari sakitnya, Bu. Nio harus sembuh." Nara sekali lagi menangis.

"Ibu yakin jika cucuku akan sembuh karena dia memiliki ibu yang kuat dan sangat tangguh."

"Dia adalah cinta terindah dari Mas Abi yang akan aku jaga dengan sangat baik." Nara kembali meneteskan air mata mengingat mendiang suaminya yang begitu bahagia saat tahu dirinya hamil.

"Nara, bagiamana dengan pekerjaanmu? Apa semua berjalan lancar?"

Nara menggelengkan kepalanya pelan. "Jaden pria yang sangat tempramen dan itu semua karena aku yang sudah membuatnya seperti itu."

"Ibu tidak mau menyalahkan siapapun karena ibu tahu kalau kamu melakukan semua itu karena ingin menyelamatkan nyawa putramu, tapi juga tidak membenarkan apa yang kamu lakukan."

"Bu, aku akan memperbaiki semuanya sekarang. Aku harus menghilangkan rasa bersalahku agar nanti aku bisa menjalani kehidupan ini dengan tenang."

"Ya sudah! Sekarang di tempatmu sudah sangat malam, sebaiknya kamu tidur."

"Iya, Bu. Bu Nara sayang sekali sama ibu dan Nio. Sekali lagi Nara minta maaf harus menyusahkan ibu."

"Sudah, Nara! Ibu ini adalah ibumu dan kebahagiaan kamu itu juga adalah kebahagiaan ibu. Ibu juga sangat sayang sama kamu."

Mereka pun mengakhiri panggilan. Nara kemudian mengambil foto di dalam tas yang akan dia bawa ke rumah kenangan esok hari dengan Jaden.

"Mas Abi, aku sangat merindukan kamu. Andai kamu ada di sini menemaniku, pasti semua ini tidak perlu aku jalani. Aku ingin kuat, tapi aku tidak yakin apa aku bisa?" Nara menangis dengan memeluk foto mendiang suaminya.

Dia mencoba menahan suara tangisnya dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Nara hari ini benar-benar merasakan hal yang sangat membuat hatinya pedih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 86 Tanggal Pernikahan

    Jaden sedang mengamati tangan Tommy yang memegangi pinggang Nara. Jujur saja, dia ingin sekali menarik tangan itu agar menjauh dari tubuh Nara. Namun, dirinya sadar jika hal itu tidak berhak si lakukan, mengingat siapa Nara saat ini baginya. Nara adalah gadis yang seharusnya dia jauhi bahkan lupakan."Kamu baik-baik saja, kan, Nara?" tanya Reno yang sekarang membantu Nara duduk. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?" suara Reno terdengar cemas."Saat keluar dari kamar mandi, aku tidak sengaja terpeleset dan akhirnya seperti ini. Mana hal sepatuku sampai patah. Sayang sekali, sepatu pemberian nenek jadi rusak." Bibi Nar mengerucut."Kenapa malah memikirkan sepatunya? Kamu harusnya memikirkan kakimu," omel Reno."Aku sudah membawanya ke dokter, dan kata dokter kakinya baik-baik saja. Besok pasti sudah baikkan. Oh ya, Nara. Ini salep yang diberikan oleh dokter tadi, dia meminta agar kamu sering mengoleskan pada kakimu yang sakit." Tommy pun memberikan bungkusan kecil pada Nara."Kenap

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 85 Menyembunyikan Kecemburuannya

    Nara akhirnya menerima suit dari Jaden. Entah kenapa, di hatinya merasa jika pria lumpuhnya itu masih sangat mencintainya, hanya rasa bencinya saja yang membuat pria itu menolak mengakuinya."Terima kasih, Tuan JL."Jaden tidak menjawab, dia malah kembali melihat pada layar laptopnya. Nara yang tidak mendapatkan balasan ucapan pun memilih berjalan menuju pintu keluar. Pyaar!Baru dua langkah Nara keluar dari dalam kamar rawat Nenek Miranti. Indra pendengaran Nara mendengar ada benda jatuh dan teriakan Reno memanggil nama seseorang yang sangat Nara kenali"Tuan JL?" Nara langsung masuk kembali ke dalam kamar dan melihat pria lumpuhnya itu jatuh ke lantai dan ada pecahan gelas di sampingnya. Reno pun sudah mencoba membantu Jaden duduk kembali di atas sofa."Tuan Jaden kenapa bisa jatuh?" tanya Nara yang sekarang mengambil beberapa pecahan gelas yang mengenai tangan Jaden."Aku juga tidak mengetahui kejadiannya dengan persis. Saat berbalik melihat Nenek. Tiba-tiba terdengar suara pecah

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 84 Ribut Yang Manis

    Nara dengan wajah kesalnya berjalan menuju kamar Nenek Miranti setelah dirinya hampir saja menampar wajah Alexa yang terus menghinanya. Jika Reno tidak cepat menarik paksa tangan Nara dan membawa pergi dari sana. Nara benar-benar tidak bisa menahan emosinya saat Alexa mengatainya jika dirinya membutuhkan uang kenapa tidak menjual diri saja. "Tadi kenapa kamu menahan tanganku, Ren? Wanita itu harus ditampar mulutnya karena ucapannya itu benar-benar membuatku sakit hati." Wajah Nara masih ditekuk kesal."Nara, kamu lupa siapa musuh kamu? Dia Nyonya Alexa, apalagi kamu pernah punya catatan buruk yang bisa dia jadikan senjata untuk membuat kamu dilaporkan. Kalau saja Tuan JL adalah suami kamu, aku pasti akan membiarkan kamu menamparnya karena kamu memiliki orang yang kuat di belakangmu."Nara terdiam sejenak. "Aku tidak takut padanya, Ren." Wajah Nara tampak sedih."Kalau tidak takut, tapi kenapa wajah kamu sedih begitu?""Aku teringat hal itu dulu saat kamu mengatakan jika saja Tuan JL

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 83 Tidak Takut

    Siang itu benar saja, Alexa dan putranya—Andrew sudah tiba di rumah sakit. Alexa tampak meneteskan air matanya melihat nenek yang duduk dengan wajah yang masih tampak pucat. Andrew pun terlihat sama sedihnya.Nara pun sudah diajak Reno untuk pergi dari sana sesuai dengan apa yang Jaden perintahkan. Jaden yang menunggu nenek di kamarnya sembari dia mengerjakan pekerjaan kantornya."Ibu kenapa bisa terkena serangan jantung? Bukannya Ibu sering kontrol dan sudah lama sekali tidak pernah sakit," ucap Alexa. "Iya, Nek, kenapa Nenek bisa sampai sakit begini?" Andrew pun menggengam erat tangan Nenek Miranti."Aku tidak apa-apa, kalian tidak perlu cemas. Aku sakit karena tidak sengaja mendengar kabar tidak enak tentang salah satu cucuku." Nenek Miranti pun menatap dengan tajam pada Andrew dan Andrew yang ditatap seperti itu pun merasa jika wanita tua di depannya ini sedang membicarakan tentangnya."Cucu Nenek siapa? Apa Jaden?" tanya Alexa bingung. Nenek Miranti mencoba menahan esmosinya, d

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 82 Izin Makan Malam

    Jaden yang sudah terbangun dari tidurnya, melihat pada sofa yang di sana ada Nara yang masih mendengkur halus. Beberapa menit pria itu duduk dengan menatap wajah Nara yang terlihat dari tempatnya. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan, hanya helaan napas pendek yang bisa dia embuskan."Tuan Jaden, Anda sudah bangun." Reno yang baru memasuki ruangan melihat pada bosnya itu. Dia pun sekilas melihat pada Nara."Ren, hari ini aku ingin menghabiskan waktu di sini. Mama dan Andrew juga nanti siang akan datang dan langsung ke sini. Ren, apa kamu bisa mengajak Nara pergi dari sini?""Loh, kenapa saya harus mengajak Nara pergi dari sini? Tuan tidak ingin melihat Nara?" Reno pun sekarang berdiri di depan pria lumpuh itu."Lebih baik dia tidak di sini. Mamaku dan Andrew akan datang, dan lagi pula dia tidak ada tempat di sini." Sorot mata dengan aura dingin itu menatap pada wanita yang masih terlihat memejamkan kedua matanya.Reno terdiam di tempatnya. Dia sama sekali tidak menyangka jika apa y

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 81. Begitu Sakit Perasaan Ini

    Nara kembali dari kamar mandi setelah puas dia menangis di sana. Tak lupa juga dia membawa minuman jus alpukat kesukaannya untuk menenangkan dirinya. Nara membuka pintu kamar rawat nenek dan melihat wanita paruh baya itu sudah tertidur di tempatnya. Di sana kedua matanya juga menangkap sosok Jaden yang tengah duduk pada tempat tidur yang dikhususkan untuk penunggu pasien. Pria lumpuhnya itu sedang membaca buku seperti biasanya."Reno ke mana?" Nara celingukan mencari di mana Reno, tapi sepertinya Reno tidak ada di dalam kamar. "Reno sedang aku suruh pulang untuk mengambil sesuatu," jawab Jaden tanpa melihat ke arah Nara.Nara tentu saja kaget karena tuan lumpuhnya itu mengetahui apa sjg sedang dia pikirkan. Nara duduk di sofa panjang tepat di depan tempat tidur Jaden. Wanita itu menikmati jusnya dengan melihat ke arah Jaden yah sibuk membaca meskipun sebenarnya Jaden sadar jika dia diperhatikan oleh Nara."Tuan JL sudah minum obat, kan?" Nara pun membuka pembicaraan."Reno sudah mem

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 80 Pengen Cicit

    Nara menjauhkan tubuhnya dari Jaden yang saat ini menatapnya tajam. Pria itu melihat ada selimut yang menutupi tubuhnya, dia pun menariknya dengan kasar dan mengembalikan pada Nara. "Jangan sok peduli denganku. Dan apa tadi? Kamu asih sangat mencintaiku? Pelayan, buang jauh-jauh perasaan cinta kamu yang tidak ada artinya itu karena sebentar lagi aku akan menikah dengan Kalista—wanita yang aku cintai," Jaden menekankan ucapannya. Jujur saja, saat ini perasaan Nara sangat sakit mendengar Jaden mengatakan jika Kalista adalah wanita yang sangat dia cintai. Padahal waktu itu dia melihat jika tuan lumpuhnya itu menaruh cinta yang begitu besar padanya. "Tuan JL, apa benar kamu sudah benar-benar tidak mencintaiku? Meskipun sedikit saja?" tanya Nara dengan nada bergetar. "Pergilah dari hadapanku, Pelayan!" bentak Jaden. "Aku bertanya padamu, Tuan JL." Jaden tampak gusar, tapi dia mencoba menyembunyikan hal itu. Cinta yang dia rasakan pada Nara begitu besar melebihi cintanya dulu pada K

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 79. Perasaan Itu Masih Ada

    "Kak Dean, aku minta maaf jika beberapa hari ini, aku tidak masuk kerja. Aku masih mau menjaga Nenek Miranti di sini. Kak Dean tau sendiri kalau aku merasa sangat bersalah setelah menceritakan hal itu pada Nenek Miranti." Wajah Nara pun tampak pias. "Iya, aku tau." Tangan Dean pun mengusap lembut kepala Nara. "Nanti kalau Nenek sudah benar-benar sehat, aku akan kembali bekerja. Aku juga kangen ingin membuat kue lagi di dapur cafe milik Kak Dean." Terlukis senyum kecil pada sudut bibir Nara. Dean pun mengangguk. "Nara, bulan depan rencananya aku mau mengajak kamu pergi menemui Nio dan ibumu. Aku kangen dengan keponakanku itu." "Aku mau, Kak. Kemarin, aku juga sudah menghubungi putra kecilku itu dan juga ibuku. Perkembangan kesehatan Nio juga semakin membaik. Dia terlihat sangat ceria, Kak." Ekspresi wajah Nara pun tampak bahagia saat sedang menceritakan tentang keadaan putranya. "Ya sudah, kalau begitu bulan depan kita akan pergi ke sana. Aku pulang dulu dan jangan lupa maka

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 78 Keahlian Reno

    Nara mendekatkan dirinya pada kaca besar di sana. Dia seolah sedang menyapa wanita tua yang sudah membuka kedua matanya dan melihat ke arahnya. Nara benar-benar merasa senang karena dia bisa melihat Nenek Miranti membuka keduanya. Wanita tua yang masih terpasang begitu banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya tampak tersenyum tipis."Reno! Nenek sudah sadar!" seru Nara yang memeluk Reno di sana. Reno pun tak lupa membalas pelukan Nara karena dia pun merasa sangat senang."Iya, Nenek sudah sadar dan aku sebaiknya segera memberitahukan ini pada Tuan Jaden."Nara pun melepaskan pelukannya. "Iya, Ren, beritahu dia jika Nenek sudah sadar. Tuan JL pasti akan sangat senang mengetahui hal ini." Reno pun segera pergi dari sana. Nara masih memperhatikan Nenek Miranti. Nara seolah sedang mengajak Nenek Miranti untuk berbicara menggunakan bahasa isyarat. Wanita tua itu pun hanya menanggapi dengan mengangguk perlahan. Ada suatu kelegaan di hati Nara melihat Nenek Miranti sudah sadar.Tak lam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status