Tuan Lumpuh, I Love You

Tuan Lumpuh, I Love You

last updateLast Updated : 2025-05-25
By:  Tri SetyoriniUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
92Chapters
818views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Jaden Luther—seorang direktur utama di perusahaan House Of Luther harus menerima jika dirinya ditinggal oleh tunangannya karena kakinya yang lumpuh akibat kecelakaan mobil yang menimpanya. Setelah kejadian itu, Jaden berubah menjadi pria yang dingin dan temperamen, dia bahkan sampai membenci para wanita. Naraya Agatha—seorang single parent yang hidup dengan seorang anak laki-laki dan ibunya. Sejak kematian suaminya, dia harus bekerja keras untuk mencukupi kehidupannya, ditambah lagi vonis kanker darah yang putranya alami. Demi mendapatkan biaya pengobatan itu, Nara pun rela melakukan apa saja. Sampai akhirnya, Nara melamar pekerjaan sebagai pelayan pribadi untuk Jaden, karena saat itu, keluarga Jaden bingung harus menghadapi sikap tempramen dan arogan dari pria yang merupakan pewaris utama keluarga Luther itu. Selama bekerja, kesabaran Nara dalam merawat Jaden ternyata membuat pria itu luluh dan jatuh cinta padanya. Namun, sebuah rahasia terungkap, jika Nara adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang membuat Jaden lumpuh. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah Jaden bisa memaafkan Nara atau malah dendam itu membuat Jaden memilih untuk melupakan Nara? Selamat membaca dan semoga suka ya, Kak.

View More

Chapter 1

Bab 1. Menjadi Pelayan

"Tidakkk!"

"Nara, kamu mimpi buruk lagi?" tanya wanita paruh baya yang ada di samping Nara.

Wajah pucat dan peluh yang membasahi dahi wanita bernama Nara itu tampak sangat jelas, bahkan napas naik turun juga terlihat pada dadanya.

"Iya, Bu. Aku bermimpi lagi tentang pria itu," ucapnya dengan bibir bergetar.

Seketika wanita yang dipanggil ibu oleh Nara memberikan segelas air minum dan dengan cepat Nara menghabiskannya.

"Kamu sebaiknya tenang dulu. Coba tarik napas dalam dan embuskan perlahan."

Nara pun mengikuti apa yang ibunya sarankan, dan tentu saja hal itu berhasil membuat Nara sedikit tenang.

"Bu, aku minta tolong agar Ibu menjaga Nio di sini selama aku menjalankan rencanaku nanti. Apa Ibu bisa membantuku?"

Tangan yang tampak keriputan itu mengusap lembut pucuk kepala putrinya. "Kamu tenang saja, ibu akan menjaga Nio dengan baik di sini, kamu lakukan saja rencanamu itu, Nara."

"Terima kasih, Bu, karena selama ini selalu mendukung apa yang aku lakukan, dan maaf jika selama ini aku selalu menyusahkan Ibu."

"Nara, aku ini ibumu dan ibu sangat tahu bagaimana sifat kamu. Kamu wanita yang baik dan sangat bertanggung jawab dengan hidupmu. Lakukan apa yang menurut hatimu benar."

"Terima kasih, Bu." Nara dengan luapan perasaan haru memeluk ibunya dengan erat.

"Ya sudah, sekarang kamu tidurlah dulu dan coba tenangkan hatimu agar mimpi buruk itu tidak datang lagi." Nara mengangguk dan kembali memejamkan kedua matanya.

**

Pagi itu tampak terlihat bocah laki-laki duduk di atas tempat tidur rumah sakit sedang memainkan puzzle yang ada di depannya.

"Hai, Sayang, bagaimana perasaanmu saat ini?"

"Ibu, aku senang sekali hari ini," ucapnya dengan wajah bahagia.

"Senang kenapa?"

"Senang karena hari ini tante dokter akan mengajak aku jalan-jalan lagi di taman dan katanya ada teman baru nantinya di sini."

"Oh ya? Wah! Kamu akan memiliki banyak teman nantinya." Cubitan kecil tepat pada hidung bocah laki-laki itu.

"Iya, Bu. Aku sebenarnya ingin sekolah dan punya banyak teman nantinya, tapi kata Ibu tunggu aku sembuh dulu dari sakitku, baru nanti aku bisa sekolah. Aku kapan sembuhnya sih, Bu?"

Wanita itu terdiam mendengar pertanyaan putranya karena dia sendiri tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan.

"Nio, kamu pasti akan segera sembuh, tapi Nio harus bersabar dulu karena Ibu Nara kamu masih berusaha agar Nio bisa segera sembuh, dan nanti bersekolah," sela suara dari arah belakang Nara.

"Iya, Nio. Ibu masih berusaha agar Nio segera sembuh, Nio mau, kan membantu ibu melakukan semua ini?" Bocah kecil itu pun dengan cepat mengangguk. "Pintar sekali anak tampan ibu ini." Nara dengan senang memeluk putranya itu.

"Nio sangat sayang sama Ibu dan Nio akan menuruti semua yang Ibu perintahkan."

Nara melepaskan pelukannya dan dia mengecup lembut pipi putranya. "Ibu juga sangat sayang sama Nio. Nio, ibu mau bicara sesuatu sama Nio. Nio mau mendengarkan Ibu, kan?"

"Tentu saja, Ibu!" serunya cepat.

"Beberapa hari ini Nio akan bersama dengan nenek di sini karena ibu harus pergi dalam beberapa hari untuk bekerja. Nio tidak akan marah, kan kalau ibu pergi meninggalkan Nio untuk bekerja?"

"Tidak, Bu. Nio tidak akan marah sama Ibu karena Nio tahu Ibu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dan agar Nio nanti bisa sekolah. Itu yang nenek ucapkan sama Nio."

Nara melihat ke arah ibunya dan wanita paruh baya itu menaikkan bahunya ke atas. "Setidaknya penjelasan itu lebih mudah dicerna oleh Nio," ucap Ibunya Nara.

"Terima kasih ya, Sayang. Ibu janji, jika nanti ibu ada waktu senggang, ibu akan datang ke sini untuk menemui Nio. Nio harus jadi anak baik selama ibu bekerja."

"Okay, Ibu!" serunya sembari menautkan jarinya berbentuk huruf O.

**

Nara yang sekarang duduk di dalam pesawat tampak terdiam mengingat semua yang sudah dia lakukan sehingga mimpi buruk itu selalu menghantui hidupnya.

"Aku akan menebus semua kesalahanku pada Jaden Luther, semoga pria itu akan bisa memaafkan semua kesalahanku." Nara melihat foto seseorang yang dia pegang dari tadi.

***

Seorang wanita dengan rambut dikepang dua dan kacamata putihnya tampak berdiri di depan pintu sebuah rumah yang memiliki dekorasi Eropa klasik. Dia sedang menunggu pintu di depannya terbuka.

Tidak lama pintu di buka oleh seorang pria paruh baya dengan baju seragam pelayannya.

"Maaf, saya Naraya Agatha atau bisa di panggil Nara."

"Oh, Nona Nara, silakan Anda masuk karena Nyonya Besar Miranti sudah menunggu Anda di dalam." Pelayan laki-laki itu dengan sopan memerintahkan Nara untuk masuk.

Nara berjalan masuk melewati lorong dengan hiasan banyak lukisan di sebelah kanan kirinya.

"Kalian pergi dari kamarku! Atau aku akan mencekik kalian sampai mati! Pergi!"

Nara terkejut saat tiba-tiba mendengar suara seorang pria berteriak marah di sana. Langkah Nara terhenti dan melihat pada pintu kamar berwarna hitam, di mana baru saja seorang pelayan wanita keluar dengan wajah ketakutan dari dalam kamar itu.

"Orang yang berteriak itu adalah cucuku, Nara. Dia Jaden Luther dan dia adalah orang yang harus kamu rawat nantinya." Tiba-tiba di sana berdiri seorang wanita tua dengan penampilan rapinya.

"Maaf, dia kenapa marah-marah seperti itu, Nyonya Besar Miranti?"

"Panggil saja aku Nenek Miranti, dan ikutlah denganku, aku akan menjelaskan semuanya sama kamu."

Nara berjalan mengikuti ke mana langkah wanita tua itu berjalan. Mereka sekarang berada di dalam ruang kerja dan Nenek Miranti memberikan sebuah sobekan dari majalah tahun lalu.

Nara membacanya dan dia tampak menunjukan wajah datarnya. "Ini apa, Nyo—. Maksudku Nenek?"

"Setahun yang lalu Jaden mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan kakinya lumpuh dan kata dokter kesempatan untuk sembuhnya sangat kecil. Sejak saat itu dia berubah menjadi orang yang tempramen dan sangat dingin."

Nara tampak menarik napasnya dalam dan mencoba mengembuskannya perlahan. Nara sedang mencoba menenangkan dirinya. "Apa Nenek sudah berusaha membawa Tuan Muda Jaden ke rumah sakit yang lainnya untuk mencari opini kedua?"

"Semua sudah aku lakukan untuk mengembalikan kesembuhan cucuku, tapi semuanya sia-sia. Jaden pun seolah sudah tidak memiliki keinginan untuk sembuh. Dia sangat membenci dirinya sendiri, apa lagi calon tunangannya juga meninggalkannya setelah tahu cucuku mengalami kelumpuhan. Jaden benar-benar berubah menjadi orang yang tidak aku kenali." Perlahan butiran air mata keluar dari kelopak mata Nenek Miranti.

Ada sesuatu yang seketika membuat hati Nara sangat sakit saat melihat Nenek Miranti menitihkan air mata. Rasa bersalah di hati Nara juga semakin besar setelah mendengar Jaden sampai ditinggal oleh tunangannya karena kecelakaan itu.

"Nek, apa aku bisa bertemu dengan Tuan Muda Jaden Luther?"

Nenek Miranti melihat Nara dengan wajah serius.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
92 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status