Home / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 3. Menjalankan Rencana Part 1

Share

Bab 3. Menjalankan Rencana Part 1

Author: Tri Setyorini
last update Last Updated: 2025-02-07 02:08:58

Nara sudah berada di depan pintu kamar lelaki yang tadi mengusirnya dengan kasar. Dia sekali lagi menarik napasnya dalam sebelum akhirnya tangannya mengetuk pintu itu.

Satu ketukan, Nara tidak mendapat jawaban. Nara kembali mengetuk pintu kamar itu hingga tiga kali ketukan.

"Aku tidak mau diganggu!" seru suara Jaden terdengar begitu jelas di telinga Nara.

"Tuan Muda Jaden, waktunya makan siang dan minum obatmu," Nara akhirnya memberanikan diri mengatakan sesuatu.

"Sudah aku bilang, aku tidak mau diganggu. Kamu pergi dari sini!" bentaknya marah.

Nenek dan Reno yang melihat hal itu tampak cemas. "Ren, Jaden kenapa hari ini terlihat begitu marah?"

"Sebenarnya tadi Tuan Jaden melihat berita di sosial media jika Nona Kalista akan pergi ke Barcelona untuk pemotretan dan di sana Nona Kalista juga mengatakan akan sekalian liburan. Barcelona, kan, tempat yang sangat ingin didatangi oleh Nona Kalista jika nanti menikah dengan Tuan Jaden. Jadi, Tuan Jaden mungkin merasa kecewa karena dia tidak bisa mewujudkan hal itu." Wajah Reno pun tampak menunjukan kesedihannya.

"Kasihan sekali cucuku, dia sangat mencintai Kalista, tapi ternyata wanita itu tidak bisa menerima hal yang sudah terjadi pada cucuku."

Reno melihat pada nenek. "Nenek tahu tidak, jika aku tidak suka sama Nona Kalista."

Nenek melihat heran mendengar ucapan Reno. "Kenapa kamu tidak suka?"

"Aku pernah melihat Nona Kalista bersama dengan seorang pria, dan mereka bergandengan sangat mesra saat Tuan Jaden belum mengalami kecelakaan itu."

"Kamu serius, Reno?" tanya Nenek tidak percaya.

"Aku tidak mungkin berbohong sama Nenek. Sebenarnya aku mau mengatakan hal ini pada tuan Jaden, walaupun aku tahu jika tuan Jaden tidak akan percaya, tapi saat ingin memberitahunya, kecelakaan itu menimpa tuan Jaden. Kalau begini aku kadang bersyukur tuan Jaden tidak jadi menikah dengan Nona Kalista, tapi juga tidak menginginkan tuan Jaden seperti ini."

Nenek tidak bisa berkata apa-apa saat ini. "Tapi cucuku sangat mencintai Kalista, Ren."

Reno menganggukkan kepalanya pelan. "Eh, Nek, lihat!" Reno tiba-tiba terkejut melihat Nara yang malah membuka pintu kamar Jaden dan masuk ke dalam.

Nenek Miranti pun terkejut melihat hal itu. "Ren, bagaimana ini?"

"Tidak tahu, Nek."

"Kita lihat saja kalau begitu. Entah kenapa aku merasa Nara orang yang tepat untuk menangani cucuku itu." Reno hanya bisa mengangguk.

Nara melangkah masuk perlahan, dia berdoa dalam hatinya semoga Jaden tidak mencekiknya kali ini.

"Tuan Muda Jaden, saya membawakan makan siang untuk Tuan Muda."

Jaden yang mendengar suara Nara seketika membalikkan kursi rodanya dan menatap Nara dengan tajam.

"Siapa yang memberimu izin untuk masuk ke dalam kamarku?" tanya Jaden dengan suara marah.

Nara meletakkan nampan berisi makanan di atas meja dan dia berjalan lebih dekat ke arah Jaden.

"Saya minta maaf jika sudah lancang berani masuk ke dalam kamar Tuan Muda, tapi saya harus melakukan tugas. Ini sudah saatnya Tuan Muda makan dan minum obatnya."

"Aku bilang tidak mau makan dan kamu tidak perlu memperdulikan hal itu. Sekarang kamu keluar dari kamarku, aku tidak membutuhkan pelayan sepertimu!" sekali lagi Nara mendapat bentakan kasar dari Jaden.

Namun, Nara bukan wanita yang akan mundur hanya dengan mendapat bentakan kasar dari Jaden.

Nara mengambil piring berisi makanan dan dia menempatkan kursi tepat di depan Jaden. "Saya akan menyuapi Tuan Muda Jaden. Tuan Muda harus makan jika ingin sembuh."

"Jangan coba sok berani di depanku, pelayan bodoh!"

Nara malah mengambil satu suapan sendok dan menyodorkan pada mulut Jaden. "Tuan Jaden pasti tidak ingin terus duduk di kursi roda, kan?"

"Apa kamu tahu, jika aku selamanya akan duduk di kursi roda karena semua dokter tidak ada yang bisa menyembuhkan kaki brengsekku ini!"

Nara menarik napasnya pelan. "Jika dokter mengatakan kesempatan sembuh kaki Tuan hanya satu persen, kenapa Tuan tidak mencoba agar satu persen itu bisa menjadi seratus persen dengan berusaha dan tidak putus asa untuk sembuh?"

Jaden malah tersenyum miring mendengar apa yang Nara katakan. "Jangan bicara sok bijak. Memangnya siapa kamu? Kamu hanya pelayan bodoh yang sok berani melamar menjadi pelayan di sini. Aku sudah memberikan kamu kesempatan untuk pergi dari sini, tapi sepertinya kamu memaksa ingin menjadi pelayanku. Baiklah, kalau begitu kamu bisa menjadi pelayanku, dan aku akan dengan senang hati memberimu kesempatan merasakan menjadi pelayanku." Jaden sekali lagi tersenyum miring.

"Terima kasih kalau begitu. Sekarang Tuan Muda Jaden makan dulu."

"Aku tidak lapar. Bawa saja itu pergi."

"Tuan harus makan." Nara terlihat memaksa Jaden.

Jaden pun akhirnya membuka mulutnya dan menerima suapan sendok dari Nara. Nara pun terlihat senang, tapi sedetik kemudian, Nara seolah menahan napasnya saat sebuah ludahan mengenai wajah Nara.

Iya! Jaden meludahkan makanan yang tadi disuapkan oleh Nara dan tepat mengenai wajah Nara.

"Aku sudah bilang tidak mau makan, tapi kamu tetap memaksanya," Jaden menekankan kata-katanya.

Nara mengusap wajahnya dengan tisu dan dia kembali mengambil satu sendok suapan dan sekali lagi menyodorkan pada mulut Jaden. "Obat harus segera Tuan minum," ucap Nara santai seolah tidak terjadi apa-apa padanya.

Jaden yang melihat hal itu seketika emosinya meledak, dia mengambil piring Nara dan melemparkannya sehingga terdengar suara pecahan piring yang membuat nenek dan Reno kaget.

Nenek dan Reno sengaja berdiri di dekat kamar Jaden untuk berjaga-jaga jika Jaden berbuat hal buruk pada Nara.

"Nek, aku akan masuk ke dalam kamar Tuan Jaden."

Nenek dengan cepat menahan tangan Reno. "Biarkan dulu, Ren. Kita tunggu saja." Sebenarnya dalam hati nenek juga cemas, tapi dia ingat apa yang tadi Nara katakan sebelum Nara membawakan makanan ke kamar Jaden.

Nara berpesan agar nenek atau yang lainnya tidak masuk ke dalam kamar Jaden saat Nara berada di dalam kamar, apapun yang mereka dengar nantinya.

Wajah Nara tampak memerah saat ini karena lelaki tempramen itu sedang mencengkeram kedua rahang Nara dengan kuat.

Wajah Jaden pun melihat Nara dengan tatapan seolah ingin membunuh wanita di depannya itu.

"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi untuk memilih, tetap menjadi pelayanku atau keluar dari rumahku."

"A-aku akan tetap menjadi pelayanmu, Tuan Jaden Luther," ucap Nara terbata.

Jaden semakin mengeratkan cengkeramannya, tapi Nara berusaha menahan rasa sakit dari cengkeraman tangan Jaden.

"Benar-benar sok berani." Jaden segera melepaskan tangannya dan Nara dengan segera mengambil napasnya. Dia sebenarnya merasakan takut karena melihat kedua mata Jaden yang penuh amarah.

"Kamu yang memilih untuk menjadi pelayanku, dan aku akan membuat kamu merasakan neraka atas pilihanmu."

"Saya hanya ingin Tuan Jaden bisa kembali menjadi Tuan Jaden yang dulu, seperti apa yang Nenek Miranti rindukan." Nara berjalan keluar dari dalam kamar Jaden.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 4. menjalankan Rencana part 2

    Nara menemui Nenek dan Reno yang ada di luar kamar Jaden. Nenek dapat melihat wajah Nara yang sepertinya baru saja menangis.Iya! Nara tadi sempat menitikkan air mata karena perlakuan Jaden di dalam kamar tadi."Nara, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Nenek Miranti dengan wajah khawatirnya. "Nek, aku tidak apa-apa.""Nona Nara, tadi aku sempat mendengar suara piring pecah. Apa Tuan Jaden sudah menyakitimu?" Gantian Reno yang wajahnya cemas. "Tuan Muda Jaden tadi melempar piring makanannya saat aku menyuapinya.""Sudah aku duga, dia memang sering sekali seperti itu saat para pelayan yang aku tunjuk untuk merawatnya sedang membawakan dia makanan."Reno melihat warna merah pada kulit pipi Nara dan Reno tahu jika selain melempar piring makannya, bosnya itu juga menyakiti Nara."Apa Tuan Jaden juga menyakiti Nona Nara?" Telunjuk Reno menunjuk pada wajah Nara."Ya Tuhan! Cucuku benar-benar keterlaluan! Nara aku minta maaf karena cucuku sudah kasar sama kamu.""Nenek tidak perlu khawatir. O

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 5. Sikap Buruk Yang Nara Terima

    Hari itu juga Nenek Miranti menyiapkan banyak sekali keperluan untuk dibawa ke rumah kenangan.Nara malam ini juga tidur di rumah Jaden, dia meninggalkan rumah lamanya dengan membawa beberapa barang yang dia butuhkan. Malam itu, Jaden yang terbangun dan ingin mengambil air minum, tapi dia melihat gelas airnya tidak ada isinya."Pelayan di sini benar-benar tidak bisa bekerja dengan benar. Sebaiknya aku berhentikan saja mereka semua," umpatnya kesal.Jaden mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan meraih kursi rodanya, tapi yang ada dia malah terjatuh."Tuan Muda Jaden!" suara yang Jaden kenali tiba-tiba ada di dalam kamarnya.Nara mencoba membantu, tapi pria itu terkejut melihat Nara ada di dalam kamarnya. Jaden malah mendorong tubuh Nara hingga Nara terjatuh dengan duduk dan tangannya menabrak pada kursi roda Jaden."Aduh!" Nara memegang sikutnya yang ternyata berdarah terkena tepi kursi roda Jaden."Kenapa kamu ada di sini?""Saya memang tinggal di sini sekarang, Tuan JL." Nara tetap

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 6 Ciuman Yang Tak Diinginkan

    Pagi itu Nara sudah bangun dan segera menyiapkan makan pagi untuk Jaden. Nenek yang berada di dalam dapur sedikit terkejut melihat ada Nara di sana. "Kamu sedang apa di sini, Nara?" "Pagi, Nek, aku sedang membuat makan pagi untuk tuan JL." Tangan Nara sembari mengaduk sesuatu di dalam panci berukuran sedang. "Tuan JL?" Nenek melihat bingung pada Nara. "Tuan JL itu ya cucu Nenek." "Kenapa kamu memanggil cucuku dengan sebutan Tuan JL?" "Tuan Jaden Luther dan aku singkat Tuan JL saja." "Hm! Kamu ini bisa-bisa mendapat masalah memanggil cucuku seperti itu. Dia itu orang yang tidak suka dikatai aneh-aneh." "Itu bukan aneh, Nek, tapi itu inisial nama saja. Dia kalau mau marah ya aku biarkan saja, kan memang dia suka sekali marah-marah." "Cucuku itu dulu memang orang yang tegas dan kaku, tapi dia selalu menunjukan rasa sayangnya padaku, Nara, tapi sejak kejadian itu dia bahkan sama sekali tidak pernah memeluk neneknya ini, padahal aku sangat merindukan dia memanggilku wanita tua ca

    Last Updated : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 7 About Mandi

    Nara tampak berdiri terdiam di tempatnya, dia memikirkan tawaran yang Jaden baru saja berikan padanya.Tersungging senyum licik pada bibir lelaki yang sedang menatap Nara. "Bagaimana? Apa kamu mau melakukan apa yang aku inginkan, dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan?""Kenapa lelaki ini jadi mesum begini? Dari informasi yang aku dapatkan, dia bukan orang seperti itu? Apa dia sengaja agar aku menyerah menjadi pelayannya. Kamu salah jika mencari lawan, Tuan JL," Nara berdialog di dalam hatinya."Pelayan tidak tau diri! Kenapa malah diam saja? Apa kamu mendadak jadi tuli tidak mendengar apa yang aku katakan?""Baik, Tuan JL. Saya akan membantu Tuan JL mandi dan bahkan sampai berganti baju, tapi setelah itu Tuan JL harus makan dan pergi terapi."Jaden terhenyak mendengar apa yang Nara katakan, dia tidak mengira jika Nara akan mengiyakan apa yang dia inginkan."Aku kira dia seorang wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Dia murahan," umpat Jaden dalam hati.Nara membantu Jaden

    Last Updated : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 8 Kegigihan Nara

    Nara keluar dari kamar mandi meninggalkan Jaden sendiri di dalam. Dia memilih keluar karena pria di dalam sana sedang terlihat sangat marah padanya. Nara tidak mau tambah membuat Jaden semakin emosi."Kita lihat saja, nanti kalau kamu sudah di rumah kenangan, apa yang bisa kamu lakukan?" Nara berdialog sendiri.Beberapa menit kemudian Nara menempelkan telinganya pada daun pintu karena dia takut jika Jaden jatuh saat duduk di kursi rodanya setelah keluar dari bathub. "Nona Nara!""Nara tersentak kaget saat mendengar suara Reno dan ketukan pada pintu kamar Jaden."Reno ada apa ke sini?"Nara segera membuka pintu kamar Jaden dan dia melihat Reno sudah berdiri di depan pintu sembari mengedarkan pandangannya seperti mencari sesuatu."Nona Nara, Tuan Muda masih di kamar mandi?""Tuan JL masih di dalam kamar mandi, memangnya kenapa?""Dia tadi menghubungiku dan menyuruhku datang ke kamarnya untuk membantunya keluar dari kamar mandi.""Menghubungi kamu?" Nara memang ingat tadi dia melihat ad

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 9 Mengantar Terapi

    Jaden duduk di depan meja, di mana ada semangkuk sup buatan Nara. Jaden melihat ke arah dalam mangkuknya dengan sorot mata heran."Ini sup buatan saya sendiri, Tuan JL, jadi Tuan tenang saja karena ini sup yang sehat.""Sup jagung?"Nara mengangguk dengan cepat. "Bukankah Tuan JL suka sekali dengan sup jagung, makannya saya buatkan sup jagung.""Apa kamu tau semua itu dari kontrak yang kamu tanda tangani?""Tidak, saya tau karena saya mencari tau sendiri.""Jadi, kamu mencari tau semua tentangku?""Em ... bisa dibilang begitu karena aku harus profesional dalam bekerja. Sekarang Tuan JL makan dulu dan kita bisa segera berangkat untuk terapi."Jaden masih terdiam melihat sup di depannya. "Kenapa Tuan JL diam saja? Apa mau aku suapi?"Jaden kemudian menatap Nara datar. "Aku hanya lumpuh pada kakiku, tidak pada tanganku."Nara mengangguk perlahan. Jaden kemudian menyendokkan sedikit sup dan memasukkan ke dalam mulutnya. Nara melihat serius pada Jaden karena dia ingin mengetahui reaksi pr

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 10 Menculik Jaden Part 1

    Nara berdiri di depan kaca jendela besar di mana dia dari sana bisa melihat tuan mudanya sedang mengikuti terapi untuk bisa berjalan lagi. Nara melihat wajah Jaden tidak ada sama sekali ekspresi senangnya. Wajah itu terlihat datar dan dingin. "Dia apa aslinya memang seperti itu ya wajahnya?" Nara kembali melihat Jaden yang sedang duduk dan dipijit kakinya oleh sang terapis. Nara benar-benar memperhatikan cara terapis itu memijit kaki Jaden dan apa saja yang dilakukan pada Jaden. Sampai pada akhirnya, Jaden mulia berdiri dengan berpegangan pada kedua tiang datar. "Perlahan saja Tuan Jaden." Nara yang melihat Jaden berusaha berdiri dengan kakinya tampak senang, tapi juga khawatir. "Tuan JL, ayo berusahalah." Kedua tangan Jaden mencengkeram kedua pegangan kayu sembari menahan rasa yang mungkin sangat menyakitkan. "Argh! Shit! Sudah aku bilang kalau aku tidak bisa!" Jaden tiba-tiba marah karena dia terjatuh. Nara yang melihat dari kaca besar di depannya seketika mendekat ke ar

    Last Updated : 2025-03-03
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 11 Menculik Jaden Part 2

    Nara hanya terdiam melihat pria di depannya itu. Dalam hati kecil Nara berkata, jika hanya untuk membius seorang Jaden Luther saja adalah hal yang sulit. Bagaimana jika nanti mereka akan tinggal satu atap?"Tuan harus minum untuk menghilangkan rasa takut Tuan JL karena naik mobil tadi."Jaden langsung memberikan tatapan tajamnya. "Jadi, kamu tahu kalau aku takut naik mobil?""Tentu saja saya tahu karena beberapa kali melihat Tuan JL panik dan cemas saat berada di dalam mobil.""Kamu benar-benar tidak tau diri. Kamu sengaja mengajakku ke pantai agar lebih lama bisa menyiksaku di dalam mobil."Nara menggeleng pelan. "Saya sama sekali tidak ada niat seperti itu. Saya malah ingin membuat Tuan JL bisa melawan semua rasa takut yang sedang Tuan rasakan karena saya tau jika Tuan JL orang yang sangat kuat."Nara membereskan pecahan kaca dan segera berjalan keluar dari kamar Jaden Luther.Terdengar suara marah Jaden yang juga membanting beberapa barang di dalam kamarnya."Oh Tuhan, apa aku bisa

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 85 Menyembunyikan Kecemburuannya

    Nara akhirnya menerima suit dari Jaden. Entah kenapa, di hatinya merasa jika pria lumpuhnya itu masih sangat mencintainya, hanya rasa bencinya saja yang membuat pria itu menolak mengakuinya."Terima kasih, Tuan JL."Jaden tidak menjawab, dia malah kembali melihat pada layar laptopnya. Nara yang tidak mendapatkan balasan ucapan pun memilih berjalan menuju pintu keluar. Pyaar!Baru dua langkah Nara keluar dari dalam kamar rawat Nenek Miranti. Indra pendengaran Nara mendengar ada benda jatuh dan teriakan Reno memanggil nama seseorang yang sangat Nara kenali"Tuan JL?" Nara langsung masuk kembali ke dalam kamar dan melihat pria lumpuhnya itu jatuh ke lantai dan ada pecahan gelas di sampingnya. Reno pun sudah mencoba membantu Jaden duduk kembali di atas sofa."Tuan Jaden kenapa bisa jatuh?" tanya Nara yang sekarang mengambil beberapa pecahan gelas yang mengenai tangan Jaden."Aku juga tidak mengetahui kejadiannya dengan persis. Saat berbalik melihat Nenek. Tiba-tiba terdengar suara pecah

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 84 Ribut Yang Manis

    Nara dengan wajah kesalnya berjalan menuju kamar Nenek Miranti setelah dirinya hampir saja menampar wajah Alexa yang terus menghinanya. Jika Reno tidak cepat menarik paksa tangan Nara dan membawa pergi dari sana. Nara benar-benar tidak bisa menahan emosinya saat Alexa mengatainya jika dirinya membutuhkan uang kenapa tidak menjual diri saja. "Tadi kenapa kamu menahan tanganku, Ren? Wanita itu harus ditampar mulutnya karena ucapannya itu benar-benar membuatku sakit hati." Wajah Nara masih ditekuk kesal."Nara, kamu lupa siapa musuh kamu? Dia Nyonya Alexa, apalagi kamu pernah punya catatan buruk yang bisa dia jadikan senjata untuk membuat kamu dilaporkan. Kalau saja Tuan JL adalah suami kamu, aku pasti akan membiarkan kamu menamparnya karena kamu memiliki orang yang kuat di belakangmu."Nara terdiam sejenak. "Aku tidak takut padanya, Ren." Wajah Nara tampak sedih."Kalau tidak takut, tapi kenapa wajah kamu sedih begitu?""Aku teringat hal itu dulu saat kamu mengatakan jika saja Tuan JL

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 83 Tidak Takut

    Siang itu benar saja, Alexa dan putranya—Andrew sudah tiba di rumah sakit. Alexa tampak meneteskan air matanya melihat nenek yang duduk dengan wajah yang masih tampak pucat. Andrew pun terlihat sama sedihnya.Nara pun sudah diajak Reno untuk pergi dari sana sesuai dengan apa yang Jaden perintahkan. Jaden yang menunggu nenek di kamarnya sembari dia mengerjakan pekerjaan kantornya."Ibu kenapa bisa terkena serangan jantung? Bukannya Ibu sering kontrol dan sudah lama sekali tidak pernah sakit," ucap Alexa. "Iya, Nek, kenapa Nenek bisa sampai sakit begini?" Andrew pun menggengam erat tangan Nenek Miranti."Aku tidak apa-apa, kalian tidak perlu cemas. Aku sakit karena tidak sengaja mendengar kabar tidak enak tentang salah satu cucuku." Nenek Miranti pun menatap dengan tajam pada Andrew dan Andrew yang ditatap seperti itu pun merasa jika wanita tua di depannya ini sedang membicarakan tentangnya."Cucu Nenek siapa? Apa Jaden?" tanya Alexa bingung. Nenek Miranti mencoba menahan esmosinya, d

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 82 Izin Makan Malam

    Jaden yang sudah terbangun dari tidurnya, melihat pada sofa yang di sana ada Nara yang masih mendengkur halus. Beberapa menit pria itu duduk dengan menatap wajah Nara yang terlihat dari tempatnya. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan, hanya helaan napas pendek yang bisa dia embuskan."Tuan Jaden, Anda sudah bangun." Reno yang baru memasuki ruangan melihat pada bosnya itu. Dia pun sekilas melihat pada Nara."Ren, hari ini aku ingin menghabiskan waktu di sini. Mama dan Andrew juga nanti siang akan datang dan langsung ke sini. Ren, apa kamu bisa mengajak Nara pergi dari sini?""Loh, kenapa saya harus mengajak Nara pergi dari sini? Tuan tidak ingin melihat Nara?" Reno pun sekarang berdiri di depan pria lumpuh itu."Lebih baik dia tidak di sini. Mamaku dan Andrew akan datang, dan lagi pula dia tidak ada tempat di sini." Sorot mata dengan aura dingin itu menatap pada wanita yang masih terlihat memejamkan kedua matanya.Reno terdiam di tempatnya. Dia sama sekali tidak menyangka jika apa y

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 81. Begitu Sakit Perasaan Ini

    Nara kembali dari kamar mandi setelah puas dia menangis di sana. Tak lupa juga dia membawa minuman jus alpukat kesukaannya untuk menenangkan dirinya. Nara membuka pintu kamar rawat nenek dan melihat wanita paruh baya itu sudah tertidur di tempatnya. Di sana kedua matanya juga menangkap sosok Jaden yang tengah duduk pada tempat tidur yang dikhususkan untuk penunggu pasien. Pria lumpuhnya itu sedang membaca buku seperti biasanya."Reno ke mana?" Nara celingukan mencari di mana Reno, tapi sepertinya Reno tidak ada di dalam kamar. "Reno sedang aku suruh pulang untuk mengambil sesuatu," jawab Jaden tanpa melihat ke arah Nara.Nara tentu saja kaget karena tuan lumpuhnya itu mengetahui apa sjg sedang dia pikirkan. Nara duduk di sofa panjang tepat di depan tempat tidur Jaden. Wanita itu menikmati jusnya dengan melihat ke arah Jaden yah sibuk membaca meskipun sebenarnya Jaden sadar jika dia diperhatikan oleh Nara."Tuan JL sudah minum obat, kan?" Nara pun membuka pembicaraan."Reno sudah mem

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 80 Pengen Cicit

    Nara menjauhkan tubuhnya dari Jaden yang saat ini menatapnya tajam. Pria itu melihat ada selimut yang menutupi tubuhnya, dia pun menariknya dengan kasar dan mengembalikan pada Nara. "Jangan sok peduli denganku. Dan apa tadi? Kamu asih sangat mencintaiku? Pelayan, buang jauh-jauh perasaan cinta kamu yang tidak ada artinya itu karena sebentar lagi aku akan menikah dengan Kalista—wanita yang aku cintai," Jaden menekankan ucapannya. Jujur saja, saat ini perasaan Nara sangat sakit mendengar Jaden mengatakan jika Kalista adalah wanita yang sangat dia cintai. Padahal waktu itu dia melihat jika tuan lumpuhnya itu menaruh cinta yang begitu besar padanya. "Tuan JL, apa benar kamu sudah benar-benar tidak mencintaiku? Meskipun sedikit saja?" tanya Nara dengan nada bergetar. "Pergilah dari hadapanku, Pelayan!" bentak Jaden. "Aku bertanya padamu, Tuan JL." Jaden tampak gusar, tapi dia mencoba menyembunyikan hal itu. Cinta yang dia rasakan pada Nara begitu besar melebihi cintanya dulu pada K

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 79. Perasaan Itu Masih Ada

    "Kak Dean, aku minta maaf jika beberapa hari ini, aku tidak masuk kerja. Aku masih mau menjaga Nenek Miranti di sini. Kak Dean tau sendiri kalau aku merasa sangat bersalah setelah menceritakan hal itu pada Nenek Miranti." Wajah Nara pun tampak pias. "Iya, aku tau." Tangan Dean pun mengusap lembut kepala Nara. "Nanti kalau Nenek sudah benar-benar sehat, aku akan kembali bekerja. Aku juga kangen ingin membuat kue lagi di dapur cafe milik Kak Dean." Terlukis senyum kecil pada sudut bibir Nara. Dean pun mengangguk. "Nara, bulan depan rencananya aku mau mengajak kamu pergi menemui Nio dan ibumu. Aku kangen dengan keponakanku itu." "Aku mau, Kak. Kemarin, aku juga sudah menghubungi putra kecilku itu dan juga ibuku. Perkembangan kesehatan Nio juga semakin membaik. Dia terlihat sangat ceria, Kak." Ekspresi wajah Nara pun tampak bahagia saat sedang menceritakan tentang keadaan putranya. "Ya sudah, kalau begitu bulan depan kita akan pergi ke sana. Aku pulang dulu dan jangan lupa maka

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 78 Keahlian Reno

    Nara mendekatkan dirinya pada kaca besar di sana. Dia seolah sedang menyapa wanita tua yang sudah membuka kedua matanya dan melihat ke arahnya. Nara benar-benar merasa senang karena dia bisa melihat Nenek Miranti membuka keduanya. Wanita tua yang masih terpasang begitu banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya tampak tersenyum tipis."Reno! Nenek sudah sadar!" seru Nara yang memeluk Reno di sana. Reno pun tak lupa membalas pelukan Nara karena dia pun merasa sangat senang."Iya, Nenek sudah sadar dan aku sebaiknya segera memberitahukan ini pada Tuan Jaden."Nara pun melepaskan pelukannya. "Iya, Ren, beritahu dia jika Nenek sudah sadar. Tuan JL pasti akan sangat senang mengetahui hal ini." Reno pun segera pergi dari sana. Nara masih memperhatikan Nenek Miranti. Nara seolah sedang mengajak Nenek Miranti untuk berbicara menggunakan bahasa isyarat. Wanita tua itu pun hanya menanggapi dengan mengangguk perlahan. Ada suatu kelegaan di hati Nara melihat Nenek Miranti sudah sadar.Tak lam

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 77 Sakit Yang Tak Berdarah

    Pria dengan kursi rodanya itu mengerjapkan kedua matanya. Dirinya tidak sadar jika semalam dia malah ketiduran di depan ruang ICCU, di mana neneknya sedang dirawat. "Selimut?" ujarnya heran melihat ada selimut berwarna biru menutupi tubuhnya yang tidur dia atas kursi rodanya.Tak lama kedua matanya menangkap sosok yang sebenarnya tidak ingin dia lihat, tapi hati kecilnya rindukan. Nara sedang berdiri tepat di depan jendela kaca besar dengan tirai ruangan yang masih tertutup. Tangannya pun menampak pada kaca besar itu, serta terlihat guratan kesedihan pada wajahnya. "Nek, aku mohon nenek bisa bertahan dan sembuh. Aku ingin melihat nenek kembali." Air mata Nara pun perlahan menetes.Sekarang Jaden tahu siapa yang sudah menyelimuti tubuhnya. Dia mengambil selimut itu dan melemparnya dengan kasar. Rasa bencinya pada Nara seketika muncul mengingat apa yang sudah wanita itu lakukan."Untuk apa kamu ke sini? Pergi dari sini! Nenekku tidak membutuhkan dirimu, Pelayan!" bentak Jaden marah.N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status