Home / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 7 About Mandi

Share

Bab 7 About Mandi

Author: Tri Setyorini
last update Last Updated: 2025-03-01 13:26:58

Nara tampak berdiri terdiam di tempatnya, dia memikirkan tawaran yang Jaden baru saja berikan padanya.

Tersungging senyum licik pada bibir lelaki yang sedang menatap Nara. "Bagaimana? Apa kamu mau melakukan apa yang aku inginkan, dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan?"

"Kenapa lelaki ini jadi mesum begini? Dari informasi yang aku dapatkan, dia bukan orang seperti itu? Apa dia sengaja agar aku menyerah menjadi pelayannya. Kamu salah jika mencari lawan, Tuan JL," Nara berdialog di dalam hatinya.

"Pelayan tidak tau diri! Kenapa malah diam saja? Apa kamu mendadak jadi tuli tidak mendengar apa yang aku katakan?"

"Baik, Tuan JL. Saya akan membantu Tuan JL mandi dan bahkan sampai berganti baju, tapi setelah itu Tuan JL harus makan dan pergi terapi."

Jaden terhenyak mendengar apa yang Nara katakan, dia tidak mengira jika Nara akan mengiyakan apa yang dia inginkan.

"Aku kira dia seorang wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Dia murahan," umpat Jaden dalam hati.

Nara membantu Jaden duduk di atas kursi rodanya dan mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

Sampai di dalam kamar mandi, Nara mendudukkan Jaden pada tepian bathub dengan desain quality drop-in bathtub, desain itu memiliki tempat yang  luas sehingga Jaden bisa duduk di sana.

Nara terdiam tepat di depan lelaki yang sedang menunggunya melakukan apa yang tadi sudah dia katakan.

"Kenapa kamu diam saja? Kalau tidak mau melakukan apa yang aku perintahkan, sebaiknya segera berkemas dari rumahku."

Nara sekali lagi menarik napasnya dan dia kemudian duduk berjongkok di depan Jaden.

Tangan Nara bergetar saat dia ingin membuka kancing piyama tidur yang dipakai oleh Jaden.

Jaden yang melihat itu hanya menunjukkan smirknya. Dia berharap Nara segera pergi dari rumahnya.

"Kenapa kamu lambat sekali?"

"I-iya."

Nara membuka satu persatu kancing piyama Jaden dan akhirnya sampai pada kancing terakhir.

Di sana Nara dapat melihat bentuk tubuh Jaden yang atletis dan kulitnya pun bersih terawat.

"Kenapa? Apa kamu belum pernah melihat tubuh seorang pria?"

"Baju Tuan sudah saya buka. Sekarang saya akan mengambilkan handuk satu lagi untuk Tuan." Nara berdiri dan baru satu langkah, tangannya sudah ditahan oleh Jaden.

"Kamu mau ke mana? Tugas kamu belum selesai. Apa aku harus mandi dengan memakai celana piyamaku?"

"Maksud, Tuan?" Nara mencoba berpura-pura lupa akan hal itu.

"Aku tau jika kamu bukan pelayan yang bodoh, dan kamu pasti tau maksudku."

Nara terdiam sekali lagi di tempatnya. "Tuan bisa membukanya sendiri dan masuk ke dalam bathub yang sudah saya siapkan."

"Aku mau kamu yang membuka semua bajuku dan menggosok punggungku dengan sabun. Bukannya itu yang harusnya kamu lakukan."

"Ini tidak ada dalam perjanjian dikontrak yang saya tanda tangani."

Jaden sekali lagi menunjukan smirknya. "Kalau begitu kita tidak akan pergi terapi atau kamu bisa sekalian saja angkat kaki dari rumahku."

Nara kemudian sekali lagi berjongkok dan tangannya tiba-tiba memegang tepi celana piyama Jaden hendak membukanya. Jaden pun terlihat terkejut, tapi dia ingin melihat sampai di mana pelayan yang dia benci ini bisa lakukan.

Nara seketika memejamkan kedua matanya dan melepas celana Jaden. Nara berdiri dan dengan sekuat tenaga membantu Jaden masuk ke dalam bathub. Dia masih memejamkan kedua matanya mencari di mana celana Jaden yang dia letakkan di lantai.

"Tuan JL, saya akan mengambilkan handuk untuk Tuan." Nara segera berbalik dan berjalan dengan meraba-raba mencari pintu keluar.

Entah ada angin apa? Jaden malah tersenyum melihat tingkah Nara yang baginya bodoh.

"Dia ternyata bukan pelayan yang bodoh."

Nara yang berada di luar kamar mandi sedang mencoba mengatur napasnya karena hal barusan yang Jaden suruh.

"Kenapa jadi seperti ini? Aku tidak menyangka jika dia akan menyuruhku melakukan hal itu. Aku kira tadi dia hanya menakutiku, tapi ternyata dia benar-benar ingin membuatku pergi dari rumah ini dengan cara itu."

Beberapa menit kemudian. Jaden yang tengah memejamkan kedua matanya terkejut saat ada kedua telapak tangan. mengusap punggungnya.

Saat dia membuka kedua matanya, dia melihat Nara yang ada di belakangnya dan masih dengan menutup kedua matanya menggosok punggung Jaden dengan sabun cair.

Nara pun memijit pundak Jaden dan pijatan Nara membuat Jaden tampak menikmatinya. Dalam hatinya, Jaden merasa lebih nyaman sekarang.

"Tuan JL, setelah terapi apa Tuan mau pergi ke suatu tempat dengan saya?"

Jaden seketika membuka kedua matanya dan dengan kasar menepis tangan Nara yang masih memijit pundaknya.

"Auw!" Nara tampak kaget karena tepisan tiba-tiba dari Jaden.

"Jangan coba sok akrab denganku, Pelayan Bodoh! Siapa kamu yang beraninya mengajak aku pergi ke suatu tempat? Jangan mengira aku membiarkan kamu memijitku dan kamu bisa seenaknya berbuat hal sesukamu."

"Aku hanya ingin mengajak pergi Tuan JL saja, agar Tuan bisa melihat dunia luar yang sudah lama Tuan tidak lihat karena selalu berada di dalam kamar. Lihat saja itu janggut Tuan sudah mulai tumbuh. Tuan JL terlihat aneh." Nara ini bicara masih dengan menutup kedua matanya.

"Jangan mengatakan aku aneh, Pelayan Bodoh!"

Seketika Nara merasa sakit sekali lagi pada dagunya yang dicengkeram erat oleh tangan besar Jaden.

"Tuan JL, sakit," rintih Nara lirih.

"Kamu bisa lebih merasakan sakit jika sok berani mengaturku!" Jaden kemudian melepaskan cengkeramannya.

"Saya tadi hanya bertanya."

"Sebaiknya kamu pergi dari sini karena aku bisa mengurus diriku sendiri, dan satu lagi, jangan berharap aku akan pergi untuk terapi. Pergi sana!"

"Tapi Tuan sudah berjanji pada saya, jika saya mau melakukan apa yang Tuan perintahkan, maka Tuan JL akan mau makan pergi terapi."

"Aku Jaden Luther, dan aku bisa berbuat semauku."

"Tuan JL selain aneh, juga seorang pengecut yang tidak bisa menepati janjinya."

"Apa kamu bilang?" suara Jaden seketika meninggi, bahkan wajahnya tampak berubah seram. Nara yang tau jika pasti Jaden pasti marah dengan ucapnya, seketika berdiri dan agak menjauh dari pria itu karena dia tidak mau sampai dicekik oleh Jaden.

"Iya, Tuan JL itu seorang pengecut dan bukan pria sejati karena pria sejati itu akan memegang janjinya yang dia ucapkan, tidak akan berbuat seenaknya. Saya kasihan sekali pada Nenek Miranti yang membanggakan cucu seperti Tuan JL."

"Diam kamu, Nara!" bentak Jaden marah.

Di ruang tengah Nenek Miranti sedang menunggu Nara keluar dari kamar Jaden dan menemuinya, tapi sampai hampir satu jam Nara tidak keluar dari kamar Jaden.

"Ren, apa Nara baik-baik saja? Kenapa dia belum keluar dari kamar cucuku?"

"Tidak tau, Nek. Semoga saja Tuan muda tidak sampai membunuh Nona Nara," celetuk Reno.

"Reno! Kenapa malah berdoa hal seperti itu?"

"Di surat kontrak itu memang ada jadwal Jaden terapi, tapi aku sudah bilang jika cucuku tidak mau melakukan terapi." Wajah Nenek Miranti tampak cemas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 92 Kebahagiaan Mereka (Ending)

    Nara masih serius mendengarkan cerita dari Jaden tentang rencana Jaden memberi kejutan untuk Kalista dan Devon. Jaden juga bercerita jika dirinya tidak memperbolehkan Reno ataupun Nenek Miranti menghubungi Nara setelah acara itu. Jaden membutuhkan banyak waktu. Ada perasaan lega dan bahagia saat Nara mengetahui jika pria lumpuhnya yang kini sudah bisa berjalan itu tidak jadi menikah dengan Kalista. Nara tiba-tiba ditarik pinggangnya oleh Jaden dengan tangan yang masih bebas sampai wajah Nara sangat dekat dengan wajah pria itu. "Sekarang, apa kamu mau menikah denganku tidak?" "Apa? Aku?" Nara pun tentu saja tersentak kaget dengan pertanyaan dan gerakan Jaden yang tiba-tiba."Tentu saja, Nara! Aku ini ingin menjadi ayah sambung bagi Nio.""Em ...." Nara malah bingung sendiri. Nara bukannya bingung hanya saja dia masih benar-benar tidak percaya dengan semua ini."Kenapa kamu lelet sekali menjawabnya? Kalau orang bicara, kamu harus fokus mendengarnya!" omel Jaden.Kedua alis Nara malah

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 91 Kejutan Tak Diinginkan

    Devon berdiri di antara kerumunan orang-orang yang hadir di acara akad nikah Jaden Luther dan Kalista. Pria itu tampak tersenyum miring saat mengakhiri panggilan teleponnya dengan Kalista. "Dev, kenapa kamu bisa datang ke sini? Apa kau dan si lumpuh itu sudah berteman lagi?" tanya Andrew yang tiba-tiba menghampiri temannya itu. Andrew tetap bersikap seolah-olah dia tidak terlalu akrab dengan Devon."Iya, aku dan si lumpuh itu kembali berteman dan aku senang sekali karena aku nanti bisa dengan mudah menghancurkannya sekali lagi. Kakak tirimu itu benar-benar pria yang sangat bodoh," umpat Devon lirih."Dia tidak hanya bodoh, tapi juga lumpuh." Andrew pun tersenyum miring.Reno yang berdiri tidak jauh dari sana, tampak geram melihat dua orang yang sedang berbicara itu. Meskipun dia tidak mendengar apa yang sedang dikatakan oleh Devon dan Andrew. Namun, Reno tahu, pasti dua orang itu memiliki niat jahat pada Tuna Muda Jadennya, mengingat, Reno sangat tahu apa yang sudah Devon dan Andrew

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 90 Kamu Tetap Milikku

    Nara berjalan keluar menemui seseorang yang ingin bertemu dengannya. Saat berada di luar cafe. Tepatnya meja pelanggan yang ada di bagian halaman luar. Nara memindai pria yang berdiri tegap dengan membelakanginya. Kedua mata Nara tampak heran melihat penampilan pria yang saat ini mengenakan suit lengkap itu."Selamat pagi, maaf, apa Anda orang yang ingin bertemu dengan saya?" tanya Nara dengan sopan. "Ibu!" seru seseorang yang baru saja turun dari dalam mobil tepat di depan cafe miliki Nara."Nio? Kamu kenapa bisa ke sini? Ibu juga di sini?" Kedua mata Nara pun mendelik kaget. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat putranya dan ibunya di sini."Nio, jangan berlarian, Sayang!" pekik sang Nenek, tapi bocah tampan itu malah sudah menyambar pelukan di pinggang Nara.Nara yang masih berdiri di sana tampak tercengang, tapi tangannya membalas memeluk tubuh putranya. Bocah laki-laki itupun terlihat tidak melepaskan pelukannya. Dia seolah sangat bahagia bisa berada di tempat selain ruma

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 89 Jatuh Cinta Itu Tidak Mudah

    Sudah hampir sebulan Nara berada di Belanda. Dia sengaja pergi di saat pria yang sangat dia cintai memilih untuk memiliki masa depan dengan wanita lain. Sakit? Tentu saja sangat sakit, oleh karena itu Nara memutuskan untuk pergi ke Belanda. Setidaknya di sana dia bisa menghabiskan waktu dengan putra yang baginya sebagai obat akan kesedihan yang sedang dia alami. "Ibu, kenapa kemarin malam aku lihat Ibu menangis dia sudut sofa? Apa ada yang membuat Ibu sedih?" tanya polos Nio yang sekarang sedang disuapo oleh Nara. "Ibu tidak apa-apa, Nio. Mungkin Ibu hanya sedih karena lusa Ibu harus pulang. Ibu harus bekerja juga soalnya." Nara sebenarnya berbohong pada putranya itu. Dia teringat kembali akan kebersamaannya dengan Jaden. "Ibu, kata dokter Nio sudah lebih baik dan beberapa bulan lagi, Nio sudah dibolehkan pulang jika keadaan Nio semakin membaik. Kita bisa tinggal bersama." "Iya, Sayang. Nio nanti menurut pokoknya dengan semua ucapan yang dokter suruh agar keadaan Nio semakin memba

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 88 Ingin Bertemu Sekali Lagi

    Jaden yang sedang berada di dalam kantornya, tampak melihat beberapa berkas di tangannya. Dia terlihat sangat serius membaca setiap tulisan yang ada di sana. Tak lama pintu ruangannya di ketuk."Pak, ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap wanita dengan rambut sebahunya yang adalah sekretaris Jaden Luther.Pandangan Jaden seketika dialihkan pada pria yang baru saja memasuki ruangan itu. Pria dengan sorot mata nanar itu memandang Jaden Luther."Ada apa kau datang ke sini?" tanya Jaden dingin."Selamat, akhirnya kamu mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikmu, Tuan Jaden Luther," ujar pria itu datar."Kalista maksudmu?" jawab Jaden dingin."Iya, kau dan dia akan menikah bukan? Aku menghubunginya, tapi dia marah padaku dan mengatakan sebentar lagi dia akan menikah denganmu."Jaden mendorong kursi rodanya berjalan mendekat ke arah Devon yang berdiri tepat di depannya. "Tentu saja, dia akan menjadi milikku seperti seharusnya. Namun, aku sama sekali tidak merasa menang karena

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 87 Memilih Pergi

    Nenek Miranti sudah kembali ke rumahnya. Keadaan wanita tua itu sudah dinyatakan baik-baik saja. Nara sesuai janjinya akan pergi dan kembali pada kehidupannya seperti biasanya. Nenek dan Nara bisa bertemu hanya melalui telepon karena Jaden tidak ingin jika neneknya akan kenapa-napa karena terlalu dekat dengan wanita itu."Reno, bagaimana dengan persiapan hari pernikahannya?" tanya Jaden disela-sela makan malamnya bersama dengan para keluarganya.Reno yang berdiri di sana tampak melihat pada Nenek Miranti yang memperlihatkan wajah datarnya. Reno malas sebenarnya harus diminta mempersiapkan acara pernikahan Jaden dan Kalista. Dirinya seolah menjadi pengkhianat bagi Nara."Persiapannya sudah hampir seratus persen, Tuan Jaden.""Bagus kalau begitu." Wajah Jaden tampak puas."Apa kamu sudah benar-benar memikirkan masalah ini, Jaden?" tanya wanita tua itu lembut."Sudah, Nek. Aku ingin segera menikah dengan Kalista. Aku ingin menyelesaikan semuanya agar setelah ini kehidupanku jauh lebih te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status