Share

Bab 8

Author: Gorenganbasah
last update Last Updated: 2025-10-13 17:31:41

"Tuan Vincent benar," kata Mada, mengangguk setuju. "Gaji satpam saya memang tidak cukup untuk membeli mobil termurah di sini."

Vincent menyeringai puas. "Akhirnya sadar diri juga. Bagus. Sekarang keluar sana, jangan bikin suasana di sini jadi berdebu.”

Tapi Mada tidak benar-benar merendah. Dia melangkah maju, melewati Vincent, dan berhenti tepat di depan mobil paling mahal di showroom itu. Mobil yang berkilauan di bawah sorotan lampu, tampak seperti berlian raksasa.

"Mobil ini. Berapa harganya? Rolls-Royce Ghost? Aku akan membelinya, sekarang juga!"

Sontak, seluruh showroom hening. Vincent yang tadinya tertawa, kini rahangnya jatuh. Bella memegang erat lengan suaminya, matanya membelalak. Bahkan para sales yang pura-pura sibuk mendadak menoleh.

"Mada! Kau sudah gila, ya?!" Vincent akhirnya bersuara, tawanya terdengar sumbang. Ia berjalan cepat, menarik lengan Mada dari kap mobil. "Jangan main-main! Kau pikir ini pameran lukisan, bisa kau tunjuk sesuka hati?! Itu Rolls-Royce Ghost! Harganya Tujuh Puluh Lima Miliar Rupiah! Tujuh Lima! Paham?!"

"Oh, mahal sekali," balas Mada santai, menarik lengannya dari cengkeraman Vincent. Ekspresinya seperti sedang menawar harga kopi di warung.

"Mahal ndasmu!" Vincent sudah naik pitam. Ia merasa harga dirinya diinjak oleh seorang satpam di depan istrinya dan para sales elit. "Kau tahu, Mada? Kalau kau jadi satpam selama seribu tahun tanpa makan dan minum, uangmu belum tentu cukup buat beli spionnya!"

Bella ikut menyahut, suaranya melengking. "Ini bukan lelucon, ya! Berhenti ngondek di sini! Kau pikir kau siapa? Elon Musk?! Tujuh puluh lima miliar itu uang tunai, cash! Kau mau bayar pakai apa? Pakai recehan yang kau kumpulkan di pos jaga?!"

Mada menatap Bella sebentar. Hinaan ini, ngondek, recehan, mengingatkannya pada Nabila. Orang-orang ini selalu mengukur harga diri dari uang di dompet.

"Aku bayar tunai," ujar Mada, suaranya rendah.

Vincent tertawa lagi, tawa yang penuh amarah. "Tunai? Hahaha! Coba tunjukkan! Mana uangmu?! Mana rekeningmu?! Aku berani potong kuping kalau kau punya seratus juta saja di rekeningmu!"

"Aku tidak perlu membuktikan rekeningku padamu," jawab Mada. "Aku hanya perlu membuktikannya pada manajer showroom ini."

"Manajer?!" Vincent mengejek. "Manajer showroom akan menendang pantatmu keluar! Kau ini! Aku tahu track record-mu, Mada! Kau ini satpam tukang cari masalah! Chandra dan Bayu pernah cerita padaku! Kau itu anak baru yang suka sok jagoan, sok pahlawan kesiangan!"

Mada mengerutkan dahi. Chandra dan Bayu, dua satpam senior yang selalu menghinanya, ternyata ngadu pada Vincent.

"Mereka bilang, kau pernah mencoba mencuri di rumah salah satu penghuni Blok B, makanya kau selalu diintai!" sambung Vincent, kini nadanya lebih menusuk, mencoba menghancurkan reputasi Mada. "Kau lihat? Kau punya niat kriminal! Kau pikir di sini ada yang mau melayani maling yang menyamar jadi satpam?!"

Wajah Mada mengeras. Hinaan fisik dan uang tidak masalah, tapi tuduhan kriminalitas langsung memancing Zero.

"Aku tidak pernah mencuri," kata Mada, matanya mulai sedikit menggelap.

Bella tertawa licik. "Oh ya? Bukti mana bukti? Satpam sepertimu mana mungkin punya uang segitu. Paling-paling kamu cuma mau show-off, mau cari perhatian perempuan kaya, kayak yang kau lakukan pada Bu Claire di Waston, kan?"

DEG.

Nama Claire disebut. Zero mulai berdenyut.

"Jangan sebut nama Bu Claire," desis Mada, suaranya kini terdengar mengancam. "Dan jangan pernah menyebutkan seseorang yang sudah berjasa ke dalam hidup Fasya, ibu asuhku!?"

"Kenapa? Takut ya? Kau naksir Bu Claire, kan? Woy, dia itu konglomerat! Dia itu istri orang! Kau cuma satpam yang jaga gerbangnya! Jauhkan fantasimu, Mada!" Vincent mendorong dada Mada. "Kau pikir Bu Claire mau sama satpam yang bahkan tidak mampu membelikan ibunya rumah yang layak?"

BRUK!

Sesuatu di dalam Mada bergolak. Vincent telah melanggar batas. Menyebut ibunya adalah tombol bahaya.

Mada menggenggam tangannya erat-erat. Ia merasakan sensasi dingin dari puncak gunung es kembali menyergapnya. Ingatan Zero langsung muncul, ingatan akan hari-hari ia menahan diri dari membunuh Komandan karena cemoohan Komandan yang selalu menyangkut ibunya.

"Aku bilang, jangan sebut ibuku," suara Mada kini nyaris seperti geraman, membuat Vincent spontan mundur selangkah.

Bella, yang tidak menyadari bahaya yang mendekat, malah melanjutkan faceslapping-nya. "Alah! Satpam mau sok galak! Memangnya ibumu itu siapa? Pengemis? Atau... jangan-jangan pembunuh makanya kau bersembunyi jadi satpam! Hahaha!"

CUKUP.

Tubuh Mada menegang sepenuhnya. Mata Mada berubah warna, dari hitam pekat menjadi hitam dengan semburat merah gelap yang sangat samar. Hawa dingin dari Leviathan Army langsung menyelimuti area itu.

Mada merasa tato naga di punggungnya berdesir lagi, mendesak untuk keluar.

“Bunuh!” Suara Zero berbisik di benaknya. “Hancurkan mulut kotornya! Jangan biarkan orang rendahan ini menghina ibumu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 37

    “Mada, barusan aku dapat mandat dari Jenderal Zhang Ze. Kamu diuruh mencairkan beberapa ratus dollar di ATM yang aku berikan kapan hari lalu. Pergilah ke Bank Platina di pusat ibukota. Setelah itu, carilah villa mewah yang kelak jadi tempat tinggalmu.”Baru saja ingin menutup mata, ponselnya berdering, dan Sofia segera memberi perintah.“Hmm, aku masih ngantuk. Apa nggak bisa diundur sampai nanti siang atau sore?” Mada menguap setelah semalaman tidak tidur.“Jenderal Zhang Ze ingin kamu segera pergi. Aku sarankan, villa Phoenix yang letaknya ada di perkomplekan mewah Heaven Garden.”“Ah, sialan! Oke. Aku pergi sekarang.”Dengan kantung mata bengkak dan pakaian kusut milik Boris yang belum diseterika, Mada pergi, tanpa membangunkan Boris yang masih mendengkur pulas.Sofia mengirim titik koordinat lokasi Bank Platina.“Aneh, kenapa hanya ada satu Bank Platina di ibukota? Harusnya, ada minimal tiga atau empat bank. Kenapa pula Jenderal Zhang Ze memberi perintah dadakan seperti ini!?”Sel

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 36

    “Benar. Barusan, aku dapat info dari markas pusat. Kamu pasti tahu, kan, dia bukan laki-laki biasa. Dia mantan pembunuh bayaran terkenal. Aku takut kalian berdua terluka, atau bahkan terbunuh karena laki-laki itu.”Boris dan Mada saling tukar pandang. “Tenang, Sofia, kami tidak semudah itu mati. Percaya pada kami. Kami akan membereskan orang ini, seberapapun mengerikannya dia.”Kekhawatiran Sofia ternyata tidak terjawab.Louis, yang rencana awalnya datang ke Cliff Inna untuk memburu Mada, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Padahal, lima menit sebelumnya, Mada mendapat kabar jika Louis dalam perjalanan menuju perbatasan mengendarai jeep dengan kaca anti peluru.Pun hingga pagi menyongsong, Mada tak kunjung menutup mata. Sementara Boris, dia sudah terlelap sebelum matahari terbit tadi. Mungkin pria itu capek setelah pertempuran tengah malam tadi.Merenung menatap latar pergudangan tua, Mada masih kepikiran, bagaimana nasib Kristal setelah rencana pembunuhan itu gagal.Serigala Merah past

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 35

    Sekarang, sisa satu perampok yang menggunakan topi baseball hitam. Dia memberondongkan senjata, menembak acak orang-orang sipil di sana.Mada menunggu kesemptan hingga perampok itu teralihkan perhatiannya oleh Boris, dan tidak menatapnya lagi.Julukan Zero tidak main-main. Kecepatan dan keakuratan serangan yang dimiliki Mada dalam menotok leher perampok itu, sangat cepat. Bagai ular, tepat di nadi meridian tengahnya.Perampok itu tumbang sebelum sempat membabi-buta lebih lama lagi. Urat nadinya mati sementara. Jangankan membalas pukulan Mada, untuk berteriak saja, dia tidak mampu.“Sssttt...”“Jangan berisik!”Mada menoleh ke seluruh pelanggan, memberi kode menggunakan gerakan bibir sembari menautkan telunjuknya. Mereka mengangguk paham. Tidak satu pun membuat kegaduhan sampai Mada selesai.Kecerdikan Mada didukung oleh prediksi akurat Boris, dia sudah menghitung estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengalihkan perhatian, sampai Mada berhasil mengalahkan perampok satunya.Usai menenan

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!    Bab 34

    Mada terkenal dengan julukan Zero.Di Leviathan Army, ada kode tertentu yang diberikan sesuai kekuatan dan kepiawaian anggota dalam menjalankan misi. Makin kecil angkanya, makin tinggi pula pangkatnya.Zero sendiri merupakan julukan yang hanya diberikan pada militer-militer terkuat di zamannya.Di antara semua pasukan khusus Leviathan Army, hanya Mada yang menunjukkan kemajuan signifikan sejak dia bergabung.Hanya butuh waktu empat tahun dia menguasai semua ilmu beladiri, senjata, juga obat-obatan yang harusnya ditempuh dalam waktu minimal 15 tahun.Dalam empat tahun itu juga, Mada berhasil menyelesaikan misi-misi sulit, yang bahkan menurut anggota Leviathan Army lainnya, mustahil untuk diselesaikan.Salah satunya adalah, memberantas organisasi hitam yang merugikan dunia bernama Red Lotus, seorang diri, tanpa bantuan petinggi Leviathan Army yang lain.Dan, sekarang, para petinggi Red Lotus berkumpul, membentuk afiliasi baru bersama mafia-mafia kejam dunia, lalu menamai diri mereka seb

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 33

    “Berhasil atau tidak, kita belum tahu, sampai kita mencoba rencana ini! Tapi, ada satu hal yang perlu kamu ingat. Aku tidak bawa identitas apapun. Kemungkinan besar, aku diusir petugas keamanan. Jadi, keluar lah sebelum aku diusir!”Bertepatan juga, Nabila ingin membahas perceraian itu dengan Mada.Sesuai kata pepatah, tanpa perlu menebar umpan, jika timing mu sesuai, ikan pasti menyambar. Hal itu yang dialami Mada kala tatapan tajamnya direspon Nabila.Menggandeng mesra tangan Robby, Nabila mendekati posisi duduk Mada, lalu mengata-ngatainya. Tapi, kali ini, Nabila tidak terlalu ngotot.Sekali lagi, mereka membuat keributan dan memancing atensi tamu undangan. Semua perhatian terpusat.Sofia menggunakan kesempatan ini untuk mencari dua anggota Serigala Merah lain yang menyamar. Dan, benar kata Mada, ada empat anggota yang bertugas masuk hotel.“Sial! Begitu ingatannya pulih, akurasi pengamatannya jauh lebih hebat dari tiga tahun lalu!?” Sofia menggeleng, masih tidak percaya dengan apa

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 32

    “Diancam putus kontrak? Ti-tidak mungkin!”Gleg!Nabila meneguk ludah.Majalah Beautyness adalah satu-satunya majalah kecantikan terkemuka yang digunakan Nabila meraih follower serta popularitas. Tanpa majalah itu, dia hanya gadis biasa, tak punya pengikut, ataupun fans sejati.Meski cantik, perilaku arrogan dan lidahnya yang tajam, seringkali membuat netizen enggan untuk mengikuti segala postingan aktivitasnya.“Maafkan aku, Ris, bukan maksudku mengacau-”“Sekali lagi aku melihatmu mengacau, aku tidak segan memutus kontrakmu, juga seluruh aset-asetmu di salon kecantikan Beautyness. Camkan itu!”Nada dingin Risa membuat Nabila mati kutu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Amarah yang tertahan, dia luapkan dengan sorotan tajam ke arah Mada.Seolah gadis itu berkata, “lihat aja, Mada, kamu pasti terima akibatnya!?”Pesta berlanjut seperti biasa. Kali ini, Tuan Bram meminta orang-orang berkumpul di aula hotel yang disulap menjadi restoran prasmanan bNabilag lima.Malam ini terlihat sangat m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status