Share

Bab 8

Sejak awal pertama studi, Zahid terus memperhatikan dua orang Eropa itu. Mereka terlihat miskin karena baju dan celana mereka terlihat lusuh dan kusam padahal mereka merupakan mahasiswa calon magister di salah satu kampus terbaik dunia.

Zahid kemarin membeli beberapa pakaian di sebuah toko di Zurich. Dia merasa kasihan. “Hanz, Avraam, aku punya hadiah buat kalian.”

“Oh, My God,” Avraam terbelalak. “Kemarin-kemarin kau beberapa kali mentraktir kami berdua makan. Kau baik sekali.”

“Terimakasih, Orang Indonesia. Lain kali tidak usah memberikan sesuatu kepada kami,” balas Hanz.

“Agama dan keluargaku mengajarkan untuk berbuat baik kepada siapa pun. Terimalah.”

Mereka bertiga duduk di halaman kampus.

“Apa kegiatanmu selain dari mahasiswa di sini, Zahid?” tanya Avraam. Pria ini berambut pirang. Wajahnya putih kemerahan. Sekilas mirip Shevchenko.

“Apa kau bekerja?” tanya Hanz. Sekilas Hanz mirip Eden Hazard.

“Di Indones
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status