Pukul sepuluh malam, kota Yogyakarta.
Seorang wanita paruh baya berjalan di trotoar jalanan sendirian. Dia baru saja pulang bekerja, lelahnya pekerjaan membuatnya sedikit mengantuk.
BRAK!
Tiba-tiba dari arah belakangnya terdengar suara keras, sebuah mobil melaju dengan kencang menabrak tempat sampah. Kecepatannya yang tinggi membuat mobil itu tidak terkendali dan akhirnya menabrak wanita paruh baya itu, dan membuatnya meninggal ditempat.
Wanita itu adalah Ibu kandung dari Sean. Hasil investigasi menyatakan bahwa sopir itu menyetir mobil dalam keadaan mabuk, tapi Sean tidak percaya akan semua ini. Dia sangat yakin bahwa kecelakaan ini ada hubungannya dengan wanita simpanan sang ayah.
—
Kediaman Keluarga Diningrat.
"Ayah! Aku ingin mendengar penjelasan darimu!" Sean bertanya kepada Ayahnya.
"Apa yang ingin kamu ketahui?" tanya sang ayah.
"Apa yang kamu rencanakan? Apa kamu sengaja membunuh ibuku?" tanya Sean dengan penuh amarah dalam hatinya.
PLAK!
Bukan sebuah jawaban yang dia dapatkan, sebuah tamparan melayang dari Ayahnya.
"Brengsek! Anak durhaka! Apa yang kamu pikirkan? Untuk apa aku membunuh Ibumu?" teriak sang Ayah.
"Aku sudah mengetahui semuanya! Demi wanita jalang itu, kamu rela membunuh istrimu sendiri, kan? Mulai hari ini, aku tidak ada hubungannya lagi dengan keluarga Diningrat!"
Sean sangat kecewa, setelah acara pemakaman Ibunya, dia pergi meninggalkan Kota Yogyakarta dan pergi ke Kota Bandung. Kehidupannya sama persis dengan kehidupan orang biasa, dia menikah dengan seorang wanita cantik asli Bandung. Meskipun dia tidak pernah mendapat sambutan yang bahagia dari Keluarga mertuanya setelah menikah.
Hingga dia dengan Istrinya, Mega Litari, diusir dari keluarganya dan menjalani hidup dengan gaji yang berkecukupan. Tapi dia sama sekali tidak mengeluh, karena dia memiliki istri yang pengertian dan anak perempuan yang sangat cantik. Kehidupannya sudah sangat lebih dari cukup.
—
Jl. Soekarno Hatta, tangan Sean membawa sekotak kue yang dia beli untuk anak perempuannya, Andini. Ketika dia sedang berjalan menuju ke rumahnya.
Ding!
Sebuah pesan masuk ke ponsel milik Sean, kemudian dia melihat isi pesan itu dan membacanya.
'Tuan Muda, tujuh tahun telah berlalu, sebesar itukah dendam Anda terhadap Tuan Besar?'
Ding!
Sebuah pesan kembali masuk.
'Seminggu lagi ulang tahun Tuan Besar, Anda dan Tuan Besar sudah tujuh tahun lebih tidak bertemu. Tuan Besar ingin sekali bertemu denganmu. Selain itu, Tuan Besar juga mengumumkan berita bahwa Anda adalah pewarisnya.'
"Hehe… pulang?" Sean tertawa pelan dengan tatapan mata yang cuek. Kemudian dia membalas pesan teks itu.
'Sejak dia membiarkan Natasha, wanita jalang itu mencelakai Ibuku hingga meninggal, Keluarga Diningrat tidak ada hubungan apapun lagi denganku.'
'Tapi, boleh juga kalau dia ingin aku pulang. Aku memiliki satu syarat, suruh dia penggal kepala Natasha untukku!'
Sean kemudian melangkah besar maju ke depan, dengan postur tubuhnya yang tegak. Sean merasa sangat marah, dia sangat membenci ayahnya.
"Aku? Kembali ke Kediaman Diningrat? Haha, itu hanyalah sebuah mimpi buruk!"
Kring~
Tiba-tiba telepon Sean berdering.
Baru saja tersambung, suara Mega yang kesal terdengar dari seberang sana, "Sean, kemana saja kamu? Penyakit Andini tiba-tiba kambuh. Apakah kamu mengetahuinya? Bukankah aku menyuruhmu untuk merawat Andini di rumah sakit? Mengapa kamu malah keluar di saat seperti ini?" Bagai petir di hari yang cerah.
Sean tersadar kembali dan memegang teleponnya berbicara, "Aku akan segera pergi kesana."
Sean juga sangat panik, tidak banyak menjelaskan dan segera memanggil taksi di tepi jalan. Perasaannya sangat kacau, tapi tangannya masih memegang erat kotak kue yang terlihat mewah. Itu adalah makanan kesukaan Andini, Andini sudah memintanya sejak lama, dia tidak boleh membuat Andini merasa kecewa!
---
PLAK!
Di depan pintu ruang pasien, sebelum Sean bisa bernafas dengan baik karena kepanikannya, dia mendapatkan tamparan yang keras dari seorang wanita yang cantik. Mega Litari, istri Sean, dia memiliki wajah yang cantik, badan yang sekal tinggi putih dan mulus, rambut terurai panjang.
Meskipun anak perempuan mereka telah berusia enam tahun, tapi dia masih terlihat cantik seperti gadis usia dua puluh tahun. Tubuhnya terlihat sempurna dan semakin dewasa. Hanya saja, wajah Mega sekarang penuh dengan kemarahan.
"Sean, sungguh! Kamu membuatku sangat kecewa!"
Sean tidak dapat berkata-kata, dia hanya menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah, "Dimana Andini? Bagaimana dengan keadaannya?"
"Kamu, masih memiliki hati untuk menanyakan kondisi Andini? Penyakit Andini kambuh selama beberapa menit, kemudian baru ditolong dokter. Kalau telat semenit lagi, nyawa Andini akan melayang!" Mega menunjuk hidung Sean dan dengan kesal berkata, "Untung saja penyakit Andini terkontrol. Kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu selamanya!"
Mengetahui kondisi anaknya stabil, hati Sean membaik. Andini adalah anak perempuan kesayangannya, dia menginginkan Andini hidup sehat dibanding dengan apapun. Kalau bisa, dia rela menggunakan nyawanya untuk menukar kesehatan Andini.
Di saat ini, dua orang wanita muncul dari belakang Mega. Sean tentu saja mengenal mereka berdua. Mereka adalah Ibu Mertuanya dan adik iparnya.
Natalie langsung marah setelah melihat Sean, "Menantu brengsek! Orang yang tak berguna! Sudah tujuh tahun lebih, kamu mau terus bergantung kepada putriku? Lebih baik aku memelihara seekor anjing penjaga daripada kamu! Kamu, bahkan anak sendiri juga tidak bisa menjaganya, benar-benar tidak berguna!" "Orang yang mengejar anakku begitu banyak, semuanya sangat baik. Entah sihir apa yang kamu gunakan kepada anakku, hingga dia bisa menikah denganmu!" Natalie berteriak marah lalu berbalik dan berkata kepada Mega, "Dengar kata-kata Ibu, segera ceraikan laki-laki pecundang ini. Jangan menghabiskan waktumu untuk pria sampah sepertinya!" "Benar, Kak, aku setuju!" Jennie menatap ke arah Sean dan lanjut berkata, "Biaya pengobatan Andin beberapa hari ini telah menghabiskan seluruh tabunganmu, tapi apakah dia pernah mengeluarkan uangnya sedikitpun? Orang ini tidak bisa disebut sebagai lelaki! Kudengar atasanmu yang bernama, Khair Alfarizky, tertarik kepadamu? Lebih baik kamu bersama d
Khair menatap sekilas kearah Mega dan Sean, seketika dia muncul ide. Lalu berkata, "Mega, sepertinya bantuanku tidak disetujui suamimu. Kalau begitu, aku pergi dulu." "Tunggu, Pak Khair..." ucap Mega pelan. Khair tertawa ke arahnya dan melangkah besar meninggalkan ruang pasien. Dia sudah menebak bahwa Sean dan Mega tidak bisa membayar tiga ratus juta saat ini, jadi dia terlihat sangat percaya diri, seperti ingin mengalahkan Sean. Setelah Khair pergi, dia menunjukkan senyuman liciknya dan menemukan suster yang bertanggung jawab untuk memberi obat untuk Andin. Diam-diam Khair memberikan tiga juta rupiah kepada suster itu, "Orang tua Andin belum mendapatkan uangnya. Tolong nanti kamu suruh mereka untuk mengurus administrasi keluar rumah sakit." Suster tersenyum senang dan mengangguk kepalanya setelah melihat sejumlah uang yang diberikan. Setelah kepergian Khair, tatapan Mega menjadi kosong dan raut wajahnya penuh dengan kekecewaan, "Sean, apakah harga d
Kalau bukan karena anaknya memiliki anak, dia ingin sekali anaknya cerai dengan pengecut ini. Sean lihat dirinya tidak bisa menghindari Natalie, kemudian dia berkata, "Aku datang kesini untuk meminjam uang." "Sean… Sean, kamu juga tidak lihat dulu tempat apakah ini. Karpet merah di depan pintu itu lebih mahal dari nyawamu. Bagaimana kamu bisa meminjam uang dari sana? Benar-benar tidak tahu diri!" Natalie mendengus. Natalie adalah Wakil manajer dari Perusahaan Arizona. Beberapa hari ini, dia sedang membahas kerjasama dengan pihak Perusahaan Rhys. Setelah dia pergi meninggalkan rumah sakit, dia langsung datang kesini. Hanya saja dia tidak bisa masuk ke Perusahaan Martaguna, sehingga ini membuat dia sangat kesal. Suasana hatinya tentu akan sangat tidak baik. Kebetulan dia melihat Sean dan melampiaskan kekesalannya. "Dasar sampah! Kakakku harus bekerja dan merawat Andin. Kamu sekarang datang kesini untuk bermain dengan alasan meminjam uang. Apakah kamu adala
Wanita itu membungkuk pelan kepada Sean dan berkata, "Tuan Muda, silahkan, ikuti aku." Sean mengangguk dan tatapannya menyapu pelan dari wajah Jennie dan Fikri, lalu ia pergi bersama dengan sekretaris cantik itu. Menyisakan Natalie bertiga terdiam, terkejut dan curiga di tempat. — "Tapi, Paman, sungguh aku tidak ingin menjadi pewaris Keluarga Diningrat! Mereka telah menbunuh Ibuku!" "Tuan Muda, tolong kerja samanya, ya?" Sean dan Roby berbincang sesaat, fdia masih saja tidak ingin meneruskan warisan, sungguh tidak ingin untuk mengalah dengan Ayahnya. Tapi kalau dia tidak menandatangani surat perjanjian itu, Roby tidak akan pernah meminjamkan uang untuknya, atau mungkin dia akan membiarkan Arga menghubunginya. Sean menghela nafas tak berdaya dan hanya bisa mengambil pena lalu menandatangani surat itu. Lalu dia menyuruh Roby untuk mencari orang yang memiliki sumsum yang sama dengan Andin. Dia juga menyuruh Roby untuk memberikan tiga ratus juta kep
Dia sangat mengetahui apa yang dipikirkan oleh Khair, tentunya sekarang dia tidak menunjukkan raut wajah yang baik untuknya. Khair tercengang, setelah melihat sejumlah uang yang memenuhi koper itu, dia tidak dapat berkata-kata. Khair sama sekali tidak menyangka bahwa Sean yang bekerja sebagai seorang satpam, bisa memiliki uang tiga ratus juta dalam begitu cepat. Siapakah orang yang begitu baik, rela meminjamkan tiga ratus juta kepada seorang satpam yang gajinya hanya satu juta lebih perbulan? Mega juga terkejut, gaji Sean per bulan dia mengetahuinya. Da tidak dapat membayangkan darimana Sean mendapatkan uang tiga ratus juta ini. “Kamu pinjam uang dari mana? Apakah kamu pergi meminjam kepada rentenir?” Setelah Mega terkejut, dia dengan kesal menatap Sean. Sekarang kondisi mereka sudah sangat sulit, jika Sean meminjam kepada para rentenir, maka keluarga mereka akan hancur di tangan Sean. Sean tidak peduli terhadap omongan Mega, dia hanya memandang dingin ke
"Khair? Sean teringat kata-kata Khair yang mengancam kemarin, lalu mengangkat sudut bibirnya. Tapi dia awalnya memang ingin mengundurkan diri, jadi memecat itu sama saja baginya. Sean datang ke kantor ketua petugas keamanan alias Bima. Dia belum saja bilang ingin mengundur diri, lalu terdengar Bima berkata, “Sean, kamu terlalu sering meminta ijin kerja, sangat mengganggu rencana pekerjaan divisi kita. Aku telah meminta persetujuan Pak Chandra. Maksud Pak Chandra ingin memecatmu.” “Oh, baiklah kalau begitu berikan gajiku beberapa hari ini,” ucap Sean tenang. “Kamu itu dipecat, bagaimana mungkin dapat gaji, bahkan uang jaminan tidak bisa dikembalikan,” ucap Bima dengan senyum tipis. Bima pikir, Sean akan berdebat lama dengannya, tapi siapa sangka dia langsung menerimanya, "Dasar bocah, kenapa harus mencari masalah dengan Pak Khair? Dia adalah salah satu tokoh yang memiliki hak pasti di dalam perusahaan ini. Saat ingin memecatmu saja, tidak perlu menjalani p
“Paman Roby, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat Perusahaan Arthaguna bangkrut?” tanya Sean. “Jika mau, dalam waktu setengah hari pun bisa, Tuan Muda.” ucap Roby tertawa. “Baik. Kalau begitu, aku ingin melihat mereka bangkrut secepatnya.” ucap Sean, lalu memutuskan panggilannya. Dia tersenyum ke arah Chandra dan berkata, “Di dunia ini, tidak ada satu orangpun yang berani mengambil uangku. Walaupun cuma sedikit, aku akan membuat mereka sengsara." Lalu dia bangun dan berjalan menuju keluar. Chandra memasang raut wajah tersenyum dingin. Menghadapi ancaman Sean yang membosankan, dia tidak akan pernah menganggapnya. Kalau Sean memiliki kemampuan untuk membuatnya bangkrut, untuk apa dia datang ke perusahaannya menjadi satpam? Sean menahan amarahnya dan meninggalkan kantor Chandra, langsung menuju rumah sakit. Hari ini Mega akan membahas kerjasama, jadi membutuhkan dia untuk menemani anaknya. Sean baru saja tiba di resepsionis lantai satu,
“Apa?” Khair tercengang, dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Chandra yang raut wajahnya penuh kekesalan, sepasang kakinya juga bergetar. Bima dan beberapa orang satpam yang lain juga tercengang. Bukankah Pak Chandra akan memecat Sean? Apa sekarang maksudnya? Sean memandang Chandra yang marah besar kepada Khair, lalu menyeringai. Semua terjadi begitu tiba-tiba, sehingga membuat Khair mereka tidak sadar. “Untuk apa terdiam? Segera minta maaf kepada Sean!” Hati Chandra sangatlah panik. Dia juga tidak menyangka bahwa orang di belakang Sean adalah Roby, orang terkaya di Kota Bandung. Setelah Sean keluar dari kantornya, dia langsung menerima telepon dari Roby. Roby langsung menjelaskan bahwa dia telah mencari masalah dengan Tuan Mudanya. Demi menenangkan amarah Tuan Mudanya, harus membuat perusahaannya bangkrut sebelum pukul empat sore. Tujuan Roby menghubunginya adalah agar dia mengetahui jelas apa saja yang telah dia lakukan. Ucapan ini memang te