LOGIN"Bagaimana kakak bisa punya musuh? Bukankah selama ini kak Nathan selalu berada di pulau terpencil itu?" tanya Rania semakin bingung. "Nia… sayang, kakak akan ceritakan semuanya perlahan-lahan, namun yang pasti… pulau tempat kakak terdampar bukanlah sekedar pulau terpencil biasa." jawab Nathan. Rania dan Mila langsung mengernyit, tak bisa segera mencerna informasi yang diberikan Nathan. "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." kata Nathan lembut berusaha menenangkan suasana. "Bagaimana bisa kami tenang kak, jika sampai terjadi sesuatu padamu…" Nathan langsung menutup mulut Rania dengan tangannya, "Cukup jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu, tidak akan terjadi sesuatu padaku. Sekarang sudah hampir gelap, bersihkan diri kalian lalu istirahatlah, besok kita akan mengunjungi orang tua kalian satu per satu." Nathan menatap Nasha, lalu melanjutkan, "Nasha, kau berikan teknik latihan dasar ini kepada Little Bear, dan yang lainnya. Bimbing mereka sampai mencapai tahap Pemb
Dia tidak tahu apa yang terjadi, namun rasa panas itu benar-benar tak tertahankan. Nathan yang gelisah tanpa sengaja membangunkan Nasha. "Suamiku, kamu sudah sadar? Baguslah kau baik-baik saja," ucap Nasha lembut sambil memeluk Nathan. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas," jawab Nathan sambil menahan ekspresi kesakitan. Tanpa sengaja, tangan Nasha menyentuh punggung kanan Nathan dan refleks ia menarik tangannya saat merasakan panas yang begitu menyengat, seolah tangannya terbakar. "Su... suamiku, ada apa dengan punggungmu? Kenapa terasa begitu panas saat kusentuh?" tanya Nasha bingung. Namun Nathan justru tampak lebih bingung, "Aku juga tidak tahu, coba tolong kau lihat punggungku! Rasanya begitu panas dan tak tertahankan," keluh Nathan saat butiran-butiran keringat mulai menetes dari dahinya. Nasha langsung berjalan ke belakang Nathan, dan alangkah kagetnya dia saat melihat tato naga hitam dengan mata merah telah tergambar di punggung Nathan. "I... ini, tato berg
"A... apa yang akan kau lakukan?" tanya Ravina gemetaran. "Tidak ada, aku hanya akan menunjukkan seberapa bocahnya aku." jawab Nathan sambil perlahan melepas pakaiannya. Ravina mulai merasakan kekhawatiran yang aneh, dia menatap Nathan dengan seksama, ia sama sekali belum tahu apa yang Nathan akan lakukan. "Sebenarnya aku sudah berjanji akan memberikan keperjakaanku pada seseorang, tapi rasanya jika aku melakukannya pada jiwa seorang gadis, bukankah sejatinya tubuh fisikku masih tetap perjaka." ujar Nathan dengan seringai jahat. Mendengar ucapan Nathan, jiwa Ravina tertunduk malu, jika saja dia punya tubuh fisik mungkin kedua pipinya sudah memerah. "Dasar bocah mesum, jangan mendekat!" teriak Ravina panik. Jika Nathan ingin melakukannya dia tidak bisa menolak, karena leluhurnya sudah bersumpah bahwa seluruh keturunannya akan mengabdi pada pemegang Cincin Naga Kuno itu. "Bocah mesum, bukan... Tu... Tuan Muda, maafkan aku yang asal bicara sebelumnya, tolong jangan memaksaku melep
Saat cincin itu terpasang di jari manis Nathan, cincin hitam itu mendadak memperkecil ukurannya sendiri sampai terpasang erat di jari Nathan dan seolah tak bisa terlepas lagi. Tiba-tiba, Nathan merasakan panas luar biasa di dantiannya, perlahan tapi pasti rasa panas itu mengalir ke seluruh tubuhnya. Napas Nathan berat, matanya merah... Dia merasakan rasa panas yang terasa membakar di seluruh tubuhnya terutama di bagian punggung belakang sebelah kanannya. Nathan menjatuhkan dirinya ke tanah, berteriak kencang dengan tubuh kurusnya yang terus meronta. Nasha yang panik dan kebingungan mencoba meraih tubuh Nathan untuk membantunya, namun sebuah cahaya tipis berpendar di sekeliling tubuh Nathan yang membuat Nasha terpental, membentur akar pohon dan pingsan seketika. Sementara Nathan sama sekali tidak sempat memperhatikan hal itu, karena tubuhnya sendiri sekarang mulai memerah seperti lava hidup, dan perlahan kesadaran Nathan mulai menghilang. ... Setelah waktu yang tidak diketahu
Sarah menatap Nathan dengan tatapan bangga, kelima wanita cantik yang telah menemani Nathan pun menampilkan tatapan yang sama, bangga dan penuh syukur. Sementara keempat orang lainnya menatap Nathan dengan tatapan takjub seperti sedang melihat dewa. Nathan sendiri hanya tersenyum, ia teringat kembali kondisi dirinya dan Nasha di pulau Alcatraz. ... Tiga tahun lalu... "Suamiku, aku tidak menyangka kemampuanmu akan berkembang begitu pesat, sekarang kau bahkan sudah mencapai Alam Transformasi Jiwa tingkat akhir, itu sudah jauh melampauiku, kamu memang berbakat. Dengan kekuatan yang kita miliki sekarang, aku rasa kita sudah cukup kuat untuk menghadapi para petinggi Aula Penghakiman," ujar Nasha dengan tatapan penuh kelembutan. "Ini semua berkat bantuan dan bimbinganmu, sayang." jawab Nathan sedikit merayu, yang berhasil membuat Nasha sedikit tersipu. "Pria jahat, kau senang sekali menggodaku." suara Nasha merajuk. "Tunggu dulu! Nasha, bagaimana kalau kita mencoba menyusup ke
Mereka berdua dengan serempak berteriak, “Kami bersedia tunduk dan mengikuti semua aturan Bos Nathan.” “Baiklah, artinya sekarang dunia bawah tanah kota ini telah berhasil kita satukan. Selanjutnya, kumpulkan para bawahan berbakat dari tiga geng kalian. Mulai sekarang organisasi kita akan disebut Pasukan Pengawal Bayangan Hantu. Kita akan membangun bisnis pengawalan yang tertata dengan rapi. Kembali aku ingatkan, identitasku tidak boleh kalian sebarkan,” perintah Nathan tegas. “Untuk kalian berdua, aku akan menjuluki Marila sebagai Black Rose dan Mathilda sebagai Red Rose. Little Bear dan Little Snake akan menjadi rekan kalian mulai sekarang. Aku akan menyiapkan persenjataan untuk organisasi kita, tapi sebelum itu besok kita akan merayakan tahun baru,” lanjutnya. Setelah semua selesai, Nathan membawa mereka semua ke rumah Kevin. Kemudian Nathan meminta izin untuk menggunakan bekas gudang di sebelah rumah Kevin sebagai kantor untuk perusahaan ekspedisi yang akan ia bangun bersama t







