Bab46 "Ayah, kau membuat anak- anakku terkejut dan ketakutan," seru Aluna dan menghentikan langkahnya. "Aluna Welas! Dengarkan aku baik- baik. Aku tidak perduli dengan kedua anak itu, yang aku tanyakan, mengapa kamu kembali tanpa izinku?" bentak Welas, membuat Jeremy menangis kencang. "Ibu ..., Jeremy tacutt," teriak anak itu, sambil menarik baju Aluna Welas dengan kuat. Sedangkan Case menutup wajahnya dengan baju Ibunya. Gadis kecil itu pun ikut gemetar, tapi dia tidak menangis sama sekali. "Ayah keterlaluan," kata Aluna. Sembari menggendong dan menenangkan Jeremy. Aluna berniat berbalik. "Tetap di situ! Pelayan perempuan kemari," teriak Welas. Kemudian seorang pelayan perempuan yang posisinya paling dekat berlari tergopoh mendekati mereka. "Ya, Tuan." "Bawa kedua anak Aluna ke kamarnya dan tenangkan mereka! Sedangkan Aluna, tetap di sini, kita perlu bicara!" tegas Welas. Lelaki itu kini sangat marah pada anak perempuannya itu. Tanpa dia lihat lagi, bahwa wajah kepala keamana
Bab47 "Ada berita apa?" tanya Welas pada semua yang berdiri di dekatnya. Lelaki tua itu berulang kali menarik napas, untuk menetralkan emosi dalam dadanya yang meletup- meletup. Kepala keamanan langsung bersuara, dengan perasaan gugup. "Tuan Alberto Mose dihakimi di depan media. Semua kejahatannya telah terungkap dan semua sudah terbukti. Pembunuhan berencana hingga menghilangkan nyawa tuan Jhon Mose." Mendengar penuturan kepala keamanan rumah, Welas sangat terkejut. "Bukan hanya itu, nama anda pun terseret dalam hal ini. Tuan Alberto Mose mati di tembak, tepat di kepalanya. Dan menurut keterangan terakhir dari Tuan Wiliam, dia akan menemui anda, untuk di mintai pertanggung jawaban dan diadili di Negeri Fantasy ini." "Shitt! Bodoh sekali Alberto Mose itu! Lalu siapa orang yang dia tembak pagi tadi di mobil itu?" "Menerut beritanya, itu adalah Tuan Marvin, asisten tuan Wiliam." "Celaka!" desis Welas sedikit panik dan juga gugup. Kemudian lelaki tua itu memanggil Aluna dengan b
Bab48 "Kami mendapat perintah dari Pengadilan Negeri Fantasy, untuk membawa anda." "Baiklah." Welas menarik napas, lelaki itu sadar, dia tidak akan lepas dari jerat hukum. Sebab semua bukti mengarah kepadanya, bahkan media telah menyorot semua bukti yang memberatkan Welas. Karir dan nama baik lelaki tua itu telah hancur sekarang ini. "Aku berpamitan pada anakku dulu," ucap Welas lagi. Dengan gontai, Welas berjalan menaiki anak tangga. 10 lelaki itu menunggu di depan istana Welas dengan tegak. Sedangkan beberapa anak buah Welas diam tanpa suara dan juga berdiri di depan pintu utama. Hingga bruucckkkk, terdengar suara seperti benda jatuh. "Aaaaaaaaakkkkkk ...." seorang pelayan perempuan berteriak, membuat semua terkejut. "Seseorang melompat dari atas!" teriak pelayan itu dari atas balkon lantai 2. Semua berlarian keluar memeriksa halaman. Hingga di samping istana, tubuh Welas di temukan hancur berlumur darah, dengan kepala pecah. Aluna Welas histeris, melihat semua itu dan me
Bab49 "Aku turut bersedih," seru wanita, yang disebutnya Angela. Wanita bernama Angela itu memiliki tubuh ramping, tinggi, berkulit putih dengan rambut panjang pirang bergelombang. Aluna gegas bangkit dan memeluk wanita cantik berhidung mancung itu. "Tenanglah, semua akan baik- baik saja, oke." Angela mengusap lembut punggung Aluna. "Aluna Welas, siapa dia?" tanya suara datar perempuan paru baya, dengan dandanan lumayan nyentrik. Aluna Welas melepaskan pelukannya dan melihat ke arah asal empu suara tadi. "Tante Merlin," seru Aluna lagi. "Hhmm, tidak kusangka, kematian ayahmu begitu memalukan," seru wanita paru baya, bernama Merlin tersebut. "Bu, kendalikan dirimu," pinta Angela lembut. "Bagaimana aku bisa mengendalikan diri? Yang mati bunuh diri itu adalah Kakak Ibu, yang benar saja kamu, sakit hati ini," tegas Merlin, tidak senang ditegur anaknya. "Bu, kita semua sedang berduka. Lagi pula, ini sudah takdir dan pilihan Paman," jawab Angela, masih dengan suara pelan. Wiliam
Bab50 "Dia tampan dan entah mengapa, aku merasakan getaran aneh, ketika dia menatapku," desah Angela seorang diri di dalam kamar. Kini, dia dan Ibunya tinggal di istana Welas bersama Aluna Welas. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin, sembari tersenyum manis. "Wajah cantik wanita ini lumayan juga. Setidaknya, aku tidak sejelek dulu," lirih wanita itu kembali. Sementara di dalam kamar lainnya, Aluna meratapi diri yang semakin tidak beruntung. Saudara kandung ayahnya begitu seenaknya dalam berkata dan bersikap pada Aluna juga pada si kembar. "Mau kemana? Sudah rapi saja," celetuk Aluna Welas, ketika Angela memasuki ruang makan dan duduk di meja makan bersama mereka. Kedua bocah kembar itu tengah sibuk menyantap sarapan pagi buatan Ibunya. "Aku mau ngecek usahaku di kota Monarki." "Usaha? Usaha apa?" tanya Aluna penasaran. Angela tersenyum. "Toko barang branded, yang berada di kawasan pusat perbelanjaan di sana," jawab Angela santai. "Wah, selain cantik, ternyata kamu pand
Bab51 "Untuk apa menikah? Demi anak, bukan karena cinta?" Wiliam menghela napas. "Aku merasa seakan mengkhianati Esmeralda, jika aku mencintai wanita lain," ungkap Wiliam, membuat hati Aluna hancur semakin dalam. Kini tubuhnya seakan melayang, pijakkannya terasa melemah seketika, membuat wanita itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuh. "Selugas itu, kamu seakan tidak mengerti, bahwa ungkapan semacam itu, sangat melukai hati." "Maaf," lirih Wiliam. "Tapi ini tentang kejujuran. Ayolah Aluna, berhenti bersikap kekanakan. Bagaimana pun juga, kita ini orang tua." Aluna berkali- kali menghela napas berat. "Menikahlah denganku," pinta Wiliam lagi. "Biarkan aku berpikir lagi," sahut Aluna. "No, waktuku tidak banyak di negeri ini, aku harus kembali ke kota Monarki. Jika kamu tidak bisa memberikan jawaban, kedua anak itu aku bawa sekarang juga," tegas Wiliam. "Kau ...." Aluna menunjuk wajah Wiliam dengan suara serak. "Jangan memaksaku! Kau tidak berhak membawa mereka!" bentak Aluna W
Bab52 "Jeremy, Case, kalian main dulu, oke. Tante mau keluar sebentar," kata Angela, kepada dua anak kembar itu. "Oke, Tante." Case menjawab dengan santai, sedangkan Jeremy nampak asik dengan semua mainannya. Angela keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan, yang keadaannya semakin memanas. "Tante jahat! Tega sekali Tante merampas semua hak aku!" bentak Aluna Welas tak terima. Merlin mendengkus. "Ini hak aku dan anakku! Karena aku adik kandung dari Welas." "Tapi aku anaknya." "Kamu anak yang durhaka! Demi lelaki pencabut nyawa kakakku ini, kamu rela hamil dan melahirkan anak sialannya," maki Merlin dengan keras. "Nyonya! Jaga bicara Anda, jangan coba menguji kesabaran saya," pinta Wiliam, sambil menarik napas berulang kali, seakan mencoba menahan diri. "Mengapa kalian seribut ini?" tanya Angela dengan santai, seolah dia tidak tahu apa- apa. "Ibumu! Ibumu mengambil semua hak aku di istana ini," lirih Aluna Welas. "Apa? Ibu, benarkah itu?" tanya Angela, sembari menatap Ibun
Bab53 "Dasar buaya sialan," pekik Aluna Welas dalam hati, sembari mendelik tak senang pada Angela dan Wiliam. Benar saja, lelaki mengesalkan itu mengantarkan Aluna Welas ke depan hotel Grand Sakura. Semua karyawan berkumpul di depan hotel dan menunduk hormat, membuat Angela berdecak kagum pada Wiliam, yang begitu memiliki pengaruh besar. "Tidak buruk! Bahkan lelaki ini di mataku bukan Jeremy Mose, tapi Wiliam Alexander," gumam Angela dalam hati. Melihat tatapan kagum Angela pada Wiliam, Aluna Welas tidak senang. "Sudah! Aku perlu istirahat dengan cepat. Angela, kamu bisa sendiri kan?" tanya Aluna, sembari meraih lengan Wiliam. "Tentu saja, tuan Wiliam, terimakasih atas kebaikan hati Anda." Angela tersenyum manis pada Wiliam, membuat hati Aluna seakan meleleh kepanasan.______ Di dalam mobil, Wiliam terus menebar senyum. "Kau sangat begitu senang, apakah kamu menyukai sepupuku itu?" tanya Aluna Welas dengan tatapan menyelidik. Wiliam terkekeh, melihat wajah Aluna Welas yang b