Share

03. Pengawal Baru

Author: Hannfirda
last update Last Updated: 2025-04-09 08:23:51

Belakangan, Charlotte tidak suka diberi kejutan. Dia pikir, kejutan yang Jenna yang berikan malam itu sudah yang paling mendebarkan. Namun, seorang pria yang berdiri tiga langkah darinya dengan seragam khas pengawal keluarga Soedarso malah menjadi kejutan terhoror yang pernah ada.

Bagaimana mungkin ... gigolo yang dihadiahkan oleh Jenna malam itu akan menjadi pengawal barunya?

Puas dengan keterkejutan yang menghinggapi wajah cantik Charlotte, pria itu tersenyum simpul. "Selamat malam, Nyonya Charlotte. Perkenalkan, saya Lucas. Mulai malam ini, saya akan menjadi pengawal pribadi Nyonya Charlotte sampai seterusnya."

Charlotte masih menganga, membayangkan kalau dunianya yang tenteram sedang tidak baik-baik saja. Omong-omong, dia tidak tahu nama pria itu. Baru sekarang dia mengetahuinya, biarpun sudah menghabiskan malam panas yang sama.

Sebelum Charlotte membuka suara, tiba-tiba saja Megan datang ditemani pengawal pribadi wanita muda itu. Megan tampil manis dengan gaun yang lebih tertutup, mencerminkan sosok istri termuda yang polos dan lugu. Berbanding terbalik dengan Charlotte; mengenakan gaun merah tanpa lengan, serta belahan yang memanjang memperlihatan kaki kiri indahnya.

"Kak Charlotte? Ayo! Sudah ditunggu sama Mas Hendra," ajak Megan. Mau tidak mau, Charlotte mengangguk, meski was-was tidak karuan lantaran kehadiran pengawal baru yang entah bagaimana ke depannya.

Charlotte merasakan tatapan tajam Lucas menusuk tepat ke punggungnya yang setengah terekspos saat berjalan ke mobil utama. Terlihat jika Hendra Soedarso, serta Elmira sudah berada di sana. Bahkan, istri pertama Hendra yang sangat membenci ketiganya telah tampil paling heboh dengan gaun yang bermodel sama seperti Charlotte, hanya saja warnanya berbeda.

Miriam, istri pertama yang tidak pernah menyukai keputusan Hendra untuk menikah lagi, sehingga membenci tiga istri yang lain melebihi apa pun di dunia ini. Charlotte tidak pernah benar-benar bisa membenci wanita itu. Bagaimanapun, diduakan memang bukan harapan setiap wanita. Kebencian yang dirasakan Miriam sangat bisa diterima oleh Charlotte.

Menaiki mobil utama bersama-sama, Charlotte mengembuskan napas lega kala melihat pengawal barunya yang berada di mobil lain. Setidaknya, dia bisa terbebas dari pria itu meski sebentar. Nantinya, kalau bisa dia akan meminta Hendra untuk mengganti pengawalnya.

Hanya saja, entah mengapa otaknya kerap terbayang akan malam panas yang pernah dia lewati bersama gigolo—yang sekarang menjadi pengawal pribadinya—tersebut. Biarpun berada dalam pengaruh obat, Charlotte masih bisa merasakan tubuh kekar pria bernama Lucas itu merengkuhnya. Menyalurkan entakan-entakan yang membuat keduanya mabuk kepayang.

Charlotte segera menggeleng, mengutuk diri sendiri dalam hati. Walaupun situasinya sebagai istri kedua Hendra Soedarso karena keterpaksaan, tetap saja dia tidak boleh memikirkan hal semacam itu dengan bayangan pria lain 'kan?

Mendapati sepuluh menit perjalanan diisi lamunan, Charlotte tersentak saat Megan menyikutnya pelan. "Kak Charlotte, kita sudah sampai."

"Ah ... iya," Charlotte berdeham, kembali memindai penampilannya melalui layar ponsel sebelum keluar mobil. Seperti sosok yang berbeda, Charlotte memasang tampang datar dan dingin. Melemparkan senyum tipis setengah hati pada para tamu lain yang menyapa.

Menjadi arogan, adalah salah satu cara untuk bertahan hidup di dunia kelas atas. Tidak peduli akan apa yang mereka katakan, Charlotte akan tetap memerankan perannya yang satu itu.

Untuk sesaat, dia nyaris melupakan keberadaan pengawal pribadi barunya itu yang mengekori dari tepian ballroom. Wanita itu berbaur dengan caranya sendiri, walau diam-diam banyak yang menghujatnya di balik senyum yang terpajang.

Merasa sudah terlalu lama berinteraksi, Charlotte menuju beranda ballroom yang berhadapan langsung dengan area kolam renang hotel. Embusan angin malam yang menyerangnya tidak terasa dingin, lantaran dia telah melewati kehidupan yang bahkan telah membekukan seluruh hatinya.

Akan tetapi, dia merasakan sesuatu tersampir pada pundaknya, menutupi dari dinginnya angin malam yang menusuk.

Wanita itu mendongak, sontak membulatkan mata lebar-lebar kala mendapati pengawal pribadi barunya yang bernama Lucas tengah bersandar pada tepian beranda dengan senyum timpangnya.

"Kamu tidak seharusnya berdiri di sini sendirian, Nyonya Charlotte. Bagaimana kalau kamu sakit? Atau ... bagaimana kalau ada pria asing yang mendekatimu secara diam-diam?" tanya Lucas, sengaja memancing.

Charlotte memicingkan mata, tetapi melirik sekitar sebelum membalas pria itu. "Lucas 'kan namamu? Tolong, terima kasih atas jasnya, tapi kamu bisa pergi dari sini! Kenyataannya kamu adalah orang yang sedang menemuiku secara diam-diam sekarang ini."

Lucas terkekeh pelan, mendekat selangkah ke arahnya. "Ah, tidak juga. Saya 'kan pengawal pribadi Nyonya Charlotte. Wajar-wajar saja kalau sekarang ini saya mendampingi Nyonya Charlotte dengan harapan untuk menjauhkan Anda dari pria lain."

Charlotte mengepalkan tangan. Yang dikatakan Lucas memang ada benarnya. Kembali memastikan tidak ada orang yang cukup dekat untuk bisa mendengar percakapan mereka, Charlotte turut mengambil satu langkah untuk berbisik.

"Dengar, aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan, Lucas, tapi malam itu—argh! Kalau saja Jenna tidak mencampurkan obat laknat itu ke dalam botol minum itu, aku tidak akan menggunakan jasamu. Paham? Dan tolong ... kalau kau memang berniat untuk menghancurkan kehidupan tenangku sebagai salah satu istri Mas Hendra, beri tahu saja aku sekarang! Apakah kamu sedang kesusahan uang? Aku akan memberimu berapa pun yang kamu mau. Bagaimana?"

Lucas malah tertawa kecil, menumpu dagunya dengan satu tangan yang bersandar pada tepian beranda. Sepasang mata pria itu berkilat senang, terhibur atas 'kebaikan' Charlotte untuk menawarinya uang.

"Berapa pun itu jumlahnya, Nyonya Charlotte?"

Charlotte mendengkus pelan, lantas mengangguk. "Berapa pun itu, Lucas. Jadi, berapa yang kamu mau?"

Bukannya mendengar nominal yang diinginkan, justru Lucas terkekeh disertai gelengan singkat. "Tidak, Nyonya Charlotte. Saya tidak memerlukan uang, berapa pun itu jumlahnya. Saya hanya mau ...."

Charlotte tercekat saat merasakan tubuh Lucas bersentuhan dengannya. Dia merasakan pipinya memerah, refleks mengingat sentuhan yang pernah pria itu berikan padanya malam itu.

"A-apa yang kamu lakukan?!" paniknya.

Lucas tersenyum miring, memajukan kepalanya hingga berada tepat di samping telinga kanan Charlotte.

"Bagaimana kalau saya menginginkan sesuatu yang lain selagi saya bekerja sebagai pengawal pribadi Anda, Nyonya Charlotte?"

Charlotte menelan ludah susah payah. Suara berat pria itu membuatnya merinding. "A-apa yang kamu inginkan?"

"Anda, Nyonya Charlotte."

Charlotte merasakan jantungnya seketika melorot ke tanah.

"Bagaimana kalau setiap malam saya menghangatkan Anda sampai puas, Nyonya Charlotte?"

•••••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   20. Tengah Malam (2)

    Charlotte mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak. Dia tidak marah pada Lucas. Justru, dia sangat berterima kasih karena pria itu telah menyelamatkannya. Hanya saja, dia menginginkan kesendirian melebihi apa pun saat ini.Menginjak tengah malam, Charlotte terbangun dari tidur panjangnya. Beberapa saat lalu, dia sempat mendengar gumaman dari luar kamarnya bahwa Lucas telah menginformasikan insiden tadi pada Hendra. Kemudian, Charlotte tidak mendengar apa-apa lagi lantaran terlalu lelah.Akan tetapi, wanita itu merasakan cacing pada perutnya meronta-ronta meminta asupan. Dengan malas, Charlotte mengenakan kimono tidur untuk menutupi gaun malam tanpa lengannya sembari keluar kamar.Begitu membuka pintu, dia dikejutkan oleh sosok tegap Lucas yang bertahan di depan pintu kamarnya bagai patung. Melirik sekitar untuk memastikan tidak ada orang lain, Charlotte menepuk lengan pria itu."Lucas? Kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu tidur atau berganti shift dengan yang lain?" tan

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   19. Kencan di Kebun

    "Ada apa, Nyonya? Apa terjadi sesuatu?!" panik Luna saat mendengar seruan Charlotte atas nama Lucas.Salah tingkah, Charlotte cepat-cepat menggeleng. "Ti-tidak ada, Luna. Maaf, tadi aku hanya melihat ada serangga yang lewat, karena Lucas ada di sampingku, jadi aku menyerukan namanya secara spontan saja. Ma-maaf sudah mengejutkanmu, Luna."Luna mengembuskan napas lega, manggut-manggut. "Tidak apa-apa, Nyonya Charlotte. Mungkin ini juga efek dari penjagaan ketat yang mulai diberlakukan. Jadi, saya juga ikutan panik lebih dari yang saya kira. Omong-omong, serangga apa, Nyonya? Saya ingat, Nyonya Charlotte tidak takut serangga semacam apa pun.""Oh?"Manik mata Charlotte bergerak gelisah, tidak menyangka bila Luna akan melayangkan pertanyaan semacam itu. Namun, Lucas membuka suara sembari menahan senyum akibat tingkah Charlotte barusan."Luna, sepertinya Nyonya Charlotte hanya melihat sesuatu yang melintas tadi. Lebih baik, kita meneruskan perjalanan mengelilingi kebun saja," ucap Lucas.

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   18. Penyelidikan

    "Menurut penyelidikan, seseorang yang berniat memasuki gudang Barat sepertinya paham tentang keamanan yang terbiasa diterapkan di kediaman Soedarso—atau setidaknya pernah mengetahui bagaimana Tuan Besar menyuruh para arsitek saat menyerahkan cetak biru beberapa gudang secara bersamaan."Lucas menyimak ucapan Kepala Pengawal yang bernama Danni itu dengan saksama. Selepas memastikan seluruh penghuni vila terlelap di kamar masing-masing, Danni meminta para pengawal yang tersebar untuk berkumpul sejenak di halaman belakang vila.Danni, pria bertubuh tegap yang berusia empat puluh tahun itu menghampiri salah satu bawahan yang turut membersamai saat pergi bersama Hendra Soedarso seharian ini. "Yang jelas, telah ditemukan sebuah jeriken yang tergeletak di bagian belakang gudang, seolah-olah orang yang berniat membakar gudang itu meletakkannya karena terburu-buru ingin kabur sebelum para pengawal yang ada di sana memergokinya. Tapi, yang menjadi pertanyaan besar; mengapa harus ditinggalkan b

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   17. Adiktif

    Charlotte terperanjat, berbalik sembari mendesah panjang. "Astaga, kamu mengejutkanku, Lucas!"Lucas menyeringai, tanpa rasa bersalah berhenti tepat di hadapan Charlotte. Pandangan pria itu jatuh pada belahan dada sang nyonya yang tampak menggoda. Kalau tidak ingat apa yang telah Charlotte lewati beberapa saat lalu, mungkin pria itu akan menerkam sang nyonya pada detik yang sama.Berdeham, Lucas berusaha menjauhkan pandangannya pada belahan dada Charlotte. "Kepala Anda, Nyonya Charlotte. Apakah sakit? Ah, tapi saya berani menjamin kalau rasanya sakit sekali. Benar? Nyonya Miriam tidak tanggung-tanggung saat menggenggam rambut Anda tadi."Charlotte terpejam begitu merasakan elusan tangan Lucas yang bersarang pada kepalanya. Entah karena terlalu lelah atau memang tidak mau mengomel, Charlotte hanya mampu menikmati sentuhan hangat yang Lucas berikan.Selama beberapa saat, tidak ada yang membuka suara. Keduanya seakan-akan menikmati keheningan yang melingkupi dengan berbagai pikiran serta

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   16. Keributan

    Makan malam kali itu, dihadiri oleh empat istri Hendra Soedarso—sedangkan sang kepala keluarga belum menjejaki vila sama sekali seharian ini.Suasananya bisa dipastikan tegang luar biasa. Sebagai yang termuda, Megan berusaha mencairkan suasana dengan bertanya penuh kepolosan, tetapi malah mendapat pelototan dari Miriam maupun Elmira. Charlotte hanya mampu mendesah lelah, berharap makan malam akan segera selesai. Masalahnya, semua orang entah mengapa sengaja melahap secara perlahan-lahan. Entah karena perjalanan jauh membuat tidak nafsu makan, atau memang sedang malas mencerna sesuatu.Bukan hanya para istri yang merasakan ketegangan tersebut, para pengawal serta pelayan pribadi masing-masing pun melempar lirikan yang seakan-akan meminta pertolongan agar seseorang membawa topik ringan yang bisa mengendurkan ketegangan di antara mereka.Merasa muak dengan atmosfer yang ada, Elmira berdiri. Seluruh pasang mata tertuju padanya, sedangkan Elmira mulai bersenandung ringan dengan harapan un

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   15. Cium Lagi

    "Ah, makanya itu mereka tidak terlihat bahkan di rest area tadi," Charlotte meringis selepas mendengar penjelasan Megan, bahwa Miriam dan Elmira sedang berseteru di mini market sebelah rest area.Oleh karena itu, Charlotte tidak melihat keduanya padahal mobil yang memuat dua orang itu berbelok terlebih dahulu di tempat parkir rest area. Belum lagi, dia tidak bisa terlalu fokus akibat kejadian dengan pria asing yang nyaris mendapatkan foto tidak senonoh atas dirinya itu.Telah menaiki mobil dan kembali meneruskan perjalanan ke daerah Barat, Charlotte menyandarkan diri sembari menatap punggung tegap Lucas yang duduk di kursi samping kemudi.Lucas memang menyebalkan. Namun, dia tidak bisa berbohong kalau pria itulah yang telah membantunya saat berada di rest area tadi. Jika tidak—ah, Charlotte tidak mau memikirkannya. Membayangkan untuk sedetik saja sudah membuatnya kesal bukan main.Sementara itu, diam-diam Lucas mengamati pergerakan Charlotte melalui spion luar yang sedikit memergoki n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status